Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Hobi Menjadi Wadah Ekspresi Diri
27 Juni 2023 13:56 WIB
Tulisan dari Hanifa Khayla Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Menjelang Ujian Akhir Semester Genap 2022/2023 Mahasiswa Universitas Pembangunan Jaya mengadakan manajemen acara, salah satunya Creature. Adapun rangkaian acara Creature yakni pertunjukan teater Pagupon pada 26/05/23.
ADVERTISEMENT
Teater Pagupon ini merupakan teater kampus Univeristas Indonesia (UI) yang didirikan oleh Ikatan Keluarga Sastra Indonesia (IKSI). Pada dasarnya teater ini didirikan untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa dalam ekspresi kesenian, khususnya di bidang teater. Teater yang awalnya diperuntukan khusus untuk mahasiswa UI kini telah terbuka untuk umum.
Annika dan Devina seorang mahasiswa Universitas Indonesia (UI) fakultas ilmu budaya, yang menjadi bagian dalam penampilan teater Pagupon dengan judul “Luntah” terbilang cukup baru dalam menggeluti dunia teater. Mereka bergabung sejak menjadi mahasiswa baru tahun 2022.
“Kita ini angkatan 22 jadi termasuk baru bergabung dalam Pagupon ini, belum ada setahun juga dan baru bisa aktif di semester 2 ini,” kata Annika.
Devina mengatakan, meskipun masih terbilang baru tapi ia memiliki cara tersendiri untuk mendalami peran misalnya dengan lagu.
ADVERTISEMENT
“Untuk mendalami peran aku dengerin lagu yang relate dengan peran yang akan aku mainkan, itu aku dengerin 2 sampai 3 hari sebelum tampil,” ujarnya.
Selain menjadi aktris dalam teater Pagupon ini, Annika juga merupakan seorang penulis naskah dalam teater tersebut. Hal ini dikarenakan Annika memang suka menulis sejak dulu.
“Aku emang suka nulis, mulai dari nulis naskah, puisi, dan lain-lain. Waktu Pagupon bilang mau ada pre-event di UPJ, kita kerkurangan anggota dan nggak bisa narik orang, jadi yaudah aku yang nulis naskah,” jelasnya.
Dalam pernyataanya Annika dan Devina juga menjelaskan alasan mereka mau bergabung dalam teater Pagupon ini.
“Aku tertarik di dunia akting dari kecil dan aku menemukan Pagupon, wadah dimana aku dapat berkembang di bidang itu,” jelas Devina.
ADVERTISEMENT
Tidak berbeda jauh dengan Devina, Annika juga menyuarakan hal yang sama.
“Aku juga kurang lebih sama, aku tertarik di dunia sastra termasuk teater ini. Jadi waktu aku tau FIB UI punya teater aku langsung masuk,” tambah Annika.
Teater yang bertajuk “Luntah” ini menggambarkan tentang bagaimana sistem patriarki yang masih lekat dalam kehidupan kita, bagaimana perbedaan derajat yang sangat signifikan antara laki-laki dan perempuan.
“Seperti yang sudah Annika (penulis naskah) bilang, dia merasakan sendiri, melihat dari lingkungannya, banyak wanita yang direndahkan oleh laki-laki. Wanita tidak boleh seperti ini, yang boleh hanya laki-laki, padahal kita sebagai wanita seharusnya juga bisa mendapatkan derajat yang sama seperti laki-laki,” jelas Farah, salah satu tim Pagupon.
ADVERTISEMENT
Pagupon sendiri mengangkat tema mengenai feminisme karena itu merupakan isu penting yang harus dibahas dan diatasi.
“Isu ini tentu sangat relevan ya, karena kita tahu perempuan menjadi hal yang sensitif akhir-akhir ini, kita juga tahu bahwa teman-teman di desa dan di pedalaman masih terikat banget soal pernikahan, perawan di usia 23 tahun dianggap memalukan dan sebagainya,” ucap Eka, selaku salah satu pemeran teater Pagupon.
Dalam penampilannya, Pagupon juga ingin menyuarakan bahwa wanita memiliki kebebasan, hak dan derajat yang sama dengan laki-laki.
“Kita wanita juga bisa bangkit, kita wanita juga bisa tumbuh dan kita wanita juga bisa berkarya serta mengejar cita-cita yang kita impikan,” tutur Farah.
Miko selaku bagian dari tim Pagupon juga berpendapat bahwa ia merasa dengan adanya teater ini bisa menjadi media yang cukup baik untuk menyampaikan pesan, contohnya seperti “Luntah” yang menyampaikan pesan tentang partiarki.
ADVERTISEMENT