Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Cerita Pendek Terkini Untuk Pembelajaran Gen Z: Hubungan Antar Ibu Dan Anak
1 Juli 2024 10:31 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Dela fitria tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Berikut ini cerita pendek dengan tema "Time travel: Dendam adnan" untuk bahan pembelajaran siswa
ADVERTISEMENT
Dibawah ini merupakan contoh cerita pendek mengenai seorang anak yang dendam terhadap ibunya dan ibu yang mencoba memperbaiki semuanya yang dapat di pakai untuk pembelajaran bahasa Indonesia siswa, mari kita baca bersama......
Di suatu sore, tampak seorang bocah laki-laki duduk seorang diri di bawah pohon mahoni pinggir lapangan. Ia tengah menyaksikan anak-anak seusianya yang sedang bermain dari kejauhan. Anak-anak itu tampak sangat asyik berlarian, bermain galaksin tanpa dirinya. Ya, tak ada yang mau bermain dengannya. Semua anak mengucilkannya hanya karena bocah itu tidak punya ayah. Begitulah hari-hari Adnan berlangsung. Tak punya teman, dan selalu dicemooh.
Kaki Adnan bergerak-gerak risau mengikuti gerak bocah yang sedang bermain seakan ia tengah bermain. Menggocek ke sana kemari agar bisa melewati bocah yang menghalangi. Saat sedang asyik dengan imajinasinya, tiba-tiba angin bertiup kencang. Debu jalanan berterbangan hingga masuk ke mata. Adnan mengusap-usap matanya.
Bruk!
“Eh!” Adnan tersentak kaget. Ia membuka mata dan mengerjap-ngerjap bingung.
Di depannya ada seorang lelaki yang tengah tengkurap. Lelaki yang Adnan kira baru saja jatuh dari pohon itu mendongak. Sekali lagi Adnan berseru kaget. Belum hilang keterkejutannya karena kehadiran orang jatuh dari pohon—yang Adnan yakini tak ada apa-apa di sana sebelumnya—kini tambah terkejut saat menyadari kalau wajah lelaki itu mirip dengannya, tapi dalam versi dewasa.
“Si-siapa kamu? Kamu datang dari mana?” Adnan menunjuk lelaki itu seraya celingukan ke atas pohon.
Lelaki berkumis tipis itu bangun. Ia membersihkan pakaiannya seraya berujar, “Aku dari masa depan.”
“HAH?” Adnan melotot
ADVERTISEMENT
.
“Ahahaha!”
Gelak tawa anak-anak yang sedang bermain mengalihkan perhatian Adnan. Tetiba saja, satu ide melintas di kepalanya. Ia menatap lelaki yang tengah
memperhatikan lapangan.
“Hei, Om,” panggil Adnan. “Apakah Om mau membantuku?”
Lelaki itu mengangkat kedua alis. “Membantu apa?” ujarnya.
“Bisakah Om pura-pura jadi ayahku? Supaya aku bisa memberitahu teman-teman kalau aku punya ayah.”
Lelaki itu terdiam.
“Gak bisa, ya ...?” lirih Adnan lesu.
“Bisa, bisa!” Lelaki itu mengangguk antusias, membuat sebuah senyum terbit di wajah Adnan.
Dan seperti yang direncanakan, Adnan memperkenalkan lelaki itu sebagai ayahnya. Anak-anak tercengang mengetahui kalau ternyata Adnan punya ayah dan ayahnya itu sangat mirip dengannya. Mereka pun berjanji akan bermain dengan Adnan besok.
“Om!” panggil Adnan lagi. “Apa Om mau mampir ke rumahku? Aku mau ketemuin Om sama Mama.” Pasti Mama bakal kaget pas ngeliat Om, batin Adnan.
**
“Mama!” Adnan berteriak selagi berlari menghampiri rumahnya.
ADVERTISEMENT
"Ma?” Ia membuka pintu.
“Ssst! Apa sih, Nan? Sudah mau magrib, jangan berisik!” omel ibu Adnan.
“Ma, Ma ..., ada yang mau ketemu sama Mama!”
“Ha? Siapa, sih?” Ibu Adnan mengernyit heran.
“Itu, Om ....” Adnan tak bisa melanjutkan kalimatnya. Ia sadar kalau ia tak tahu siapa lelaki itu. Saking antusias untuk mengenalkan lelaki itu sebagai ayahnya pada anak-anak di lapangan dan mengajaknya bertemu ibunya, ia lupa bertanya tentang siapa lelaki itu.
“Tunggu!” Adnan berlari keluar rumah. “ ... Om, ayo masuk!” ujarnya pada si lelaki yang berdiri di depan rumah.
“Siapa, sih, Nan?” Ibu Adnan menghampiri. “i—” Ia tersentak.
“Ma, ini Om yang tadi Adnan temuin di lapangan!” seru Adnan.
ADVERTISEMENT
"Om ini tadi bantuin Adnan supaya aku bisa main sama teman-teman.” Dengan
riang Adnan memberi tahu.
Ibu Adnan terdiam.
“O-oh ..., ya sudah. Ajak masuk dulu,” ujar ibu Adnan dengan terbata.
Adnan mengajak lelaki itu ke ruang tamu,
sementara sang ibu bergegas ke dapur menyiapkan suguhan untuk tamunya.
“Ini, silahkan diminum.” Ibu Adnan menyerahkan secangkir teh.
Lelaki itu tersenyum—lebih tepatnya menyeringai—menatap ibu Adnan. “Terima kasih,” ujarnya.
“Adnan, kamu mandi dulu sana,” titah ibu Adnan.
Adnan pun beranjak dari ruang tamu untuk mandi dan bersiap-siap untuk pergi mengaji.
Kini tinggallah dua orang dewasa itu di ruang tamu. Mata ibu Adnan awas menatap lelaki di hadapannya. Sedangkan lelaki yang ditatap tengah tersenyum culas di tempatnya.
“Akhirnya kita ketemu lagi,” desis lelaki itu. “Mama gak bisa lari lagi, Ma ....” Ia bangkit, lalu merogoh kantong jaket.
Ibu Adnan bangkit dan menjauh.
“Durjana kamu!” Ibu Adnan berseru ngeri melihat lelaki itu menodongkan sebilah pisau.
“Mama gak bisa lari lagi. Gak bisa lari lagi! Mama harus mati!” Lelaki itu merangsek ke arah ibu Adnan. Namun, baru beberapa langkah, tubuhnya tiba-tiba kejang dan jatuh ke sofa di belakangnya.
Ibu Adnan gemetar. Ia terisak, menangis dalam diam.
“Loh, Omnya kenapa, Ma?” Beberapa saat kemudian, Adnan muncul dengan pakaian muslimnya. Ia hendak berpamitan untuk mengaji, tetapi melihat sang ibu sedang membopong si lelaki di sofa.
“O-oh, sepertinya dia ngantuk, makanya ketiduran,” jelas ibu Adnan. “Mam
ADVERTISEMENT
a mau pindahin.”
Adnan mengangguk-angguk walaupun agak heran. Ia pun berpamitan
dan pergi.
Ibu Adnan menatap lelaki di hadapannya. “Maafin Mama, Nan,” ujarnya
seraya membelai kepala lelaki itu. “Mama akan perbaiki semuanya sehingga kelak di masa depan kamu enggak akan menderita lagi.”
Lelaki yang terbaring itu adalah Adnan, Adnan yang sudah dewasa. Di masa depan, ia hendak membunuh ibunya karena kesal pada sang ibu yang telah membuatnya menderita. Akan tetapi, sang ibu berhasil kabur dan tiba-tiba masuk ke portal waktu saat jatuh dari tangga. Ia kemudian kembali ke masa lalu di saat Adnan masih kecil. Tanpa ia sangka, ia bertemu lagi dengan Adnan dewasa di masa itu.
Selesai.
ADVERTISEMENT
Dari keseluruhan cerita pendek ini dapat kita tangkap cerita pendek ini menyoroti tema tentang kesepian, keinginan untuk diterima, dan dampak dari tindakan dan hubungan antara ibu dan anak. Semoga cerita ini dapat memberi pembelajaran yang bermanfaat dan menghibur pembaca