Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Memahami Sejarah Lebih Mudah Melalui Literasi Visual
14 April 2022 14:06 WIB
Tulisan dari Enggar Pristianora tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Menurut UNESCO, Literasi adalah seperangkat keterampilan nyata terutama ketrampilan dalam membaca dan menulis, yang terlepas dari konteks dari mana ketrampilan itu diperoleh serta siapa yang memperolehnya. Membaca dapat diartikan sebagai proses menerjemahkan lambang-lambang bahasa hingga diproses menjadi suatu pengertian, dan menulis berarti mengungkapkan pemikiran dengan mengukirkan lambang-lambang bahasa hingga membentuk suatu pengertian.
ADVERTISEMENT
Badan penelitian dan pengembangan KEMDIKBUD menyatakan, kemampuan membaca anak usia 15 tahun di Indonesia hanya 37,6 dan itupun membaca tanpa bisa mengungkap maknanya. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan literasi siswa di Indonesia masih tergolong buruk, sehingga perlu dilakukan kajian dan pencarian solusi yang tepat untuk memperbaiki kualitas siswa di Indonesia. Orang tua dan Guru berperan dalam peningkatan kemampuan literasi maupun kognitif pada siswa. Salah satu caranya adalah melalui pembelajaran literasi visual pada siswa.
Literasi visual siswa meliputi kemampuan memahami dan menginterpretasi serta memberi makna dari suatu informasi yang berbentuk visual yang lahir dari pemikiran bahwa suatu gambar bisa “dibaca” dan dilihat oleh seseorang. Selanjutnya, hasilnya dapat dituangkan dalam bentuk tulisan. Literasi ini didasarkan pada indra penglihatan, saat proses melihat, manusia berpikir, belajar dan berusaha untuk menginterpretasikan apa yang dilihatnya untuk memaknai ide dan konsep yang terdapat dalam gambar atau video yang dilihat.
ADVERTISEMENT
Media video merupakan suatu media pembelajaran yang menggunakan prinsip audio-visual, di mana media ini menggunakan suatu gambar berjalan dan suara/ audio untuk menjelaskan apa yang terjadi. Pembelajaran menggunakan media video juga dapat melatih kemampuan siswa untuk fokus pada penjelasan dalam video sekaligus mengarahkan konsentrasi siswa sehingga mampu menggugah emosi dan sikap siswa.
Media ini dapat membantu siswa yang memiliki kemampuan lemah dalam mengorganisasikan dan mengingat kembali informasi yang diterima. Dengan demikian dapat membantu peserta didik yang lemah dan lambat menangkap suatu pesan menjadi mudah dalam menerima dan memahami inovasi yang disampaikan, hal ini disebabkan karena video mampu mengkombinasikan antara gambar dengan suara. Tidak jarang, saat pelajaran siswa terlihat mengantuk karena materinya yang membosankan. Terutama untuk mempelajari sejarah. kebanyakan materi dari mata pelajaran sejarah adalah hafalan yang kurang diminati siswa.
ADVERTISEMENT
Agar tidak terkesan membosankan, pelajaran sejarah tidak hanya menyuruh siswa untuk mengingat atau menghafal saja, namun harus menciptakan kreasi baru sebagai solusi.Untuk membuat siswa di kelas lebih bersemangat belajar sejarah, siswa diajak untuk menonton film dokumenter bertema sejarah di kelas. Hindari film dokumenter yang membosankan dan semakin membuat mengantuk. Tayangkan film dokumenter terbaru dan yang sudah menggunakan teknologi tinggi dalam pengambilan gambarnya, sehingga murid lebih semangat menonton. Ketertarikan siswa dalam menonton itulah yang akan membuat mereka semangat belajar.
Selain aktivitas menonton film dokumenter di kelas, guru dapat memberikan tugas yang menarik dan menyenangkan. Misalnya meminta siswa bercerita mengenai tokoh sejarah dunia atau Indonesia yang mereka kagumi. Seperti kisah mengenai perjuangan R.A.Kartini termasuk alasan mengapa mereka memilih tokoh itu. Selanjutnya meminta siswa untuk bercerita di depan kelas dan memberi kebebasan kepada mereka untuk menceritakan sekreatif mungkin dengan gaya masing-masing.
ADVERTISEMENT
Alternatif berikutnya adalah menjadikan murid sebagai reporter untuk mewawancarai pelaku sejarah atau orang yang memiliki pengalaman di peristiwa sejarah, seperti tetangga, saudara atau kakek nenek mereka. Bisa juga seseorang yang memiliki peran terhadap sejarah, seperti pakar atau juru kunci di situs sejarah yang dekat dengan tempat tinggal mereka.
Program acara podcast juga bisa menjadi pilihan lain. Dengan menghadirkan narasumber yang kompeten dibidang sejarah maka akan memudahkan siswa untuk memahami materi.
Supaya siswa lebih semangat lagi, Guru menugaskan siswa secara berkelompok, untuk membuat sebuah film dokumenter. Dengan mewawancarai orang-orang yang terlibat dalam sejarah dan mengenal tempat-tempat bersejarah disekitar tempat tinggal mereka. Namun demikian sebelum memutuskan untuk memberi siswa tugas membuat film dokumenter, seorang Guru harus memperhatikan Langkah pembuatan film dokumenter yang baik dan benar.
ADVERTISEMENT
Hal yang harus guru perhatiakan pertama kali adalah menentukan ide. Temukan ide cerita yang akan diangkat dan setelahnya, lakukan riset di lapangan. langkah selanjutnya adalah menuliskan film statement. Film statement yaitu penulisan ide yang sudah ke kertas, sebagai panduan kita dilapangan saat pengambilan gambar. Langkah berikutnya yaitu membuat treatment atau outline. Outline disebut juga script dalam bahasa teknisnya. Script adalah cerita rekaan tentang film yang kita buat. script juga berisi gambar kerja keseluruhan dalam memproduksi film, jadi kerja dilapangan akan lebih terarah. Keempat adalah mencatat shooting. Langkah berikutnya ini ada dua yang harus kita catat yaitu shooting list dan shooting schedule. Dan yang terakhir adalah proses editing. Dalam proses ini dilakukan proses menyusun dan menata hasil rekaman gambar menjadi satu keutuhan berdasakan naskah. itulah alternatif literasi media audio visual untuk siswa. Kini belajar sejarah akan lebih menyenangkan.
ADVERTISEMENT