Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Nikmat Sehat yang Sering Terlupakan
6 Juli 2022 12:54 WIB
Tulisan dari Fajar Sidik tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tahun lalu, suara sirine memenuhi rumah-rumah kita. Lebih dari tiga kali sehari, hilir mudik menjemput satu-persatu tetangga yang terjangkit wabah covid. Memang tengah tahun lalu, menjadi waktu yang riuh dengan suara ambulance. Kadang diiringi dengan muadzin mengumumkan duka, lebih sering melihat mereka yang terpapar senyum kembali bercengkrama bersama keluarga. Masa pandemi menjadi waktu yang kita lalui dengan ketakutan dan kekhawatiran. Baik terhadap diri kita sendiri, anak-anak, keluarga, tetangga dan handai-taulan. Pandemi mencerabut kenikmatan kita untuk berjabat tangan penuh keakraban, atau kongkow di warung kopi sambil terbahak penuh keceriaan, atau bakti pada ibu yang tertahan demi menjaga penyebaran. Hari ini, syukur kita tidak tertahan, pandemi mulai kita tinggalkan. Meskipun sikap waspada terus perlu dipertahankan.
ADVERTISEMENT
Pandemi mengabarkan banyak nestapa kepada kita. Ucapan duka cita hilir mudik setiap harinya. Mulai dari keluarga dekat, rekan kerja, teman sepermainan maupun tetangga sekitar lingkungan. Kabar tersebut membuat kita dirundung kedukaan, kesedihan yang bertubi-tubi menghampiri. Kita merasakan sekali pilunya ditinggalkan orang yang dicintai, suami/istri yang harus single parent atau anak-anak yang menjadi yatim piatu. Semoga masa-masa itu, tidak terulang kembali. Cukup sudah cobaan itu, kita lalui dengan susah payah, dengan pengorbanan yang tidak sedikit.
Kesehatan menjadi rezeki yang sering manusia lupakan. Nikmatnya baru dirasakan saat kita lemah terbujur bersama sakit yang menjangkit. Bahkan tidak jarang saat sakit semakin menjauhkan kita dari rasa syukur, mendekatkan kita pada kekecewaan dan kenestapaan. Padahal, seluruh urusan muslim itu selalu baik. Bahagianya penuh syukur, dukanya dilalui dengan kesabaran. Semua bernilai pahala di hadapan Tuhan.
ADVERTISEMENT
Berkah sehat sejatinya bisa kita ’beli’. Dalam salah satu hadits riwayat At-Thabrani berbunyi ”Bersegeralah bersedekah, sebab bala bencana tidak akan pernah mendahului sedekah. Belilah semua kesulitanmu dengan sedekah. Obatilah penyakitmu dengan sedekah. Sedekah itu sesuatu yang ajaib. Sedekah menolak 70 macam bala dan bencana, dan yang paling ringan adalah penyakit kusta dan sopak (vitiligo)”
Masya Allah, sedekah bisa membeli itu semua. Sedekah bisa menjadi penawar sakit bahkan sakit yang pada zamannya sangat berat yakni kusta dan sopak. Jika disamakan dengan kondisi saat ini, penyakit yang hadir hari ini, bisa diobati dengan sedekah. Tentunya dengan tetap menyempurnakan ikhtiar, tetap mendasarkan upaya pada standar keilmuan.
“Dua kenikmatan yang sering dilupakan oleh kebanyakan manusia adalah kesehatan dan waktu luang” (HR. Al-Bukhari). Rezeki sehat dan waktu luang memang sering membuat kita lalai beribadah pada Allah SWT. Dalam kitab Fathul Bari disebutkan bahwa barangsiapa yang memiliki waktu luang dan badan yang sehat, hendaknya ia bersemangat agar jangan sampai ia tertipu dengan meninggalkan syukur kepada Allah atas segala nikmat yang diberikanNya. Termasuk bersyukur kepada Allah adalah dengan melaksanakan segala perintahNya dan menjauhi segala larangan-Nya. Barangsiapa yang tidak bersyukur seperti itu maka ialah orang yang tertipu (Fathul Bari 183-184).
ADVERTISEMENT
Masih dalam kitab yang sama, Ibnul Jauzi mengatakan bahwa terkadang seseorang memiliki badan yang sehat, akan tetapi ia tidak memiliki waktu luang karena sibuk dengan mata pencahariannya. Terkadang seseorang memiliki waktu luang namun badannya tidak sehat. Apabila kedua nikmat ini (waktu luang dan badan yang sehat) dimiliki oleh seseorang, lalu rasa malas lebih mendominasi dirinya untuk melakukan ketaatan kepada Allah, maka dialah orang yang tertipu.
Ibnul Jauzi juga memberi nasehat bahwa dunia adalah ladang amal untuk kehidupan akhirat. Dunia adalah tempat berdagang yang keuntungannya akan kita petik di akhirat. Barangsiapa menggunakan waktu luang dan sehatnya untuk ketaatan kepada Allah, maka dialah orang yang memperoleh kebahagiaan. Barangsiapa yang menggunakan keduanya untuk bermaksiat kepada Allah maka dialah orang yang tertipu. Karena setelah waktu luang akan datang waktu yang penuh kesibukan, dan setelah kondisi sehat akan datang kondisi sakit yang tidak menyenangkan.
ADVERTISEMENT
Jadi sudahkah kita bersyukur dengan nikmat sehat? Mulai hari ini, mari kita mulai dengan meningkatkan kualitas penghambaan kita pada Sang Khalik. Memperbaiki ibadah mahdhah (habluminallah) dan menyempurnakan dengan ibadah ghairu mahdhah (habluminannas). Karena perintah memperbaiki kualitas ibadah, selaras dengan perintah beramal sholeh. Selamat mencoba.