Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Mahasiswa PMM 54 Tinjau Komoditas Murah Kualitas Mewah
19 Agustus 2024 18:17 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Jundi Robbani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Siapa yang tak suka kopi? Komoditas yang satu ini memang memiliki banyak penggemar di segala kalangan. Pasalnya, tanpa merogoh kocek dalam, secangkir kopi yang nikmat dan penuh khasiat langsung bisa dinikmati.
ADVERTISEMENT
Di samping itu, terdapat satu jenis kopi memiliki cita rasa lebih nikmat dari jenis kopi lain kebanyakan. Kopi tersebut adalah jenis kopi Asisa.
Mahasiswa PMM 54 melakukan monitoring sekaligus edukasi langsung terhadap petani dan penjual kopi Asisa terkait pemasaran kopi ini di salah satu daerah Malang Kabupaten. Tepatnya di Desa Sidodadi, Kecamatan Ngantang. Dikarenakan kurangnya relasi dan literasi, membuat penjual kopi hanya mampu memasarkan produk di sekitar warga domisili terdekat. Hal ini sangat disayangkan sekali, mengingat produk kopi Asisa ini sangat potensial untuk dikembangkan lebih pesat lagi.
Akan tetapi ada beberapa hal yang membuat petani kurang mampu mengembangkan produk ini menjadi lebih maju lagi, seperti cara mendapatkan pupuk yang sulit, kurangnya bantuan dari pemerintah dan juga kopi yang sifatnya musiman, karena untuk mendapatkan kopi yang rasanya enak ini sendiri membutuhkan waktu kurang lebih kisaran 1 tahun lamanya.
ADVERTISEMENT
Kopi Asasia sudah mulai beredar di pasaran sejak tahun 2018 silam. Dimana, para petani kopi sudah mampu memasarkan kopi hasil olahan tangan sendiri ke berbagai wilayah termasuk Blitar dan Kalimantan. Kopi tersebut dijual dengan kemasan kiloan dengan kisaran harga 80 hingga 90 ribu. Kopi hasil olahan tersebut juga sudah memiliki brand sendiri, nama brandnya adalah Kopi Salam.
Dari pertemuan ini, terdapat satu kesimpulan, yaitu pemerintah masih tidak serius dalam menangani masalah ketersediaan bahan-bahan pokok pertanian. Hal tersebut terkait dengan kelangkaan, kesulitan penjangkauan karena harga, bahkan distribusi yang kurang merata.