Konten dari Pengguna

Laut China Selatan: Persaingan China dan AS terhadap Sumber Daya Mineral Natuna

Andra Kurniawan
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia
24 November 2021 21:17 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Andra Kurniawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pic source: https://pixabay.com/photos/south-china-sea-sky-clouds-sunset-81254/
zoom-in-whitePerbesar
Pic source: https://pixabay.com/photos/south-china-sea-sky-clouds-sunset-81254/
ADVERTISEMENT
Dalam kasusnya, China melakukan klaim sepihak terhadap Natuna yang disebabkan oleh adanya nine dash line dari history sejarah nenek moyang mereka yang jelas tidak memiliki landasan hukum yang sah. Padahal Indonesia telah mengeklaim ZEE sejak 1983 melalui UU No 5 Tahun 1983 dan tidak pernah ada keberatan dari China akan hal itu.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, berdasarkan hukum internasional, China telah mengakui klaim Indonesia atas ZEE-nya. Dari hal ini, negara pesaing China yakni Amerika Serikat dalam kasusnya juga menolak atas klaim sepihak China terhadap wilayah Natuna khususnya laut China Selatan karena AS beranggapan bahwa klaim China terhadap wilayah tersebut merupakan pelanggaran terhadap hukum internasional. Dalam kasus ini juga dapat dilihat bahwa Amerika Serikat bukan negara yang terlibat langsung dalam perselisihan.
Namun, Amerika Serikat terus mencampuri masalah apapun yang dilakukan oleh China terutama atas pengakuan sepihak yang dilakukan oleh China tersebut. Dalam hal ini, dapat dilihat bahwa persaingan yang dilakukan oleh Amerika dan China tersebut bukan hanya persaingan biasa melainkan persaingan yang menguntungkan mengingat wilayah perairan Natuna merupakan wilayah dengan sumber daya alam melimpah baik itu biota laut maupun minyak bumi serta gas yang ada di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Kemudian dapat dilihat kembali bahwasanya dalam rangka memperebutkan kekuasaan atau kepentingan strategis serta menyebarkan pengaruhnya terhadap dunia internasional, persaingan antara Amerika Serikat dengan China tersebut memang kerap terjadi dalam sebuah kawasan yang ada di berbagai belahan dunia.
Dalam bidang ekonomi khususnya pada saat ini, China berhasil menandingi Amerika Serikat yang menyebabkan timbulnya pertengkaran terutama dalam hal perebutan kepemilikan energi seperti minyak dan gas. Seperti yang kita ketahui bahwasanya energy menjadi alat diplomasi yang dianggap penting karena dalam perumusan kebijakan politik luar negeri isu energi menjadi sesuatu yang sering dibahas oleh sejumlah negara.
Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan dunia terhadap sumber daya energi yang di mana sumber daya tersebut mempunyai sangkut paut dan sangat penting terhadap kehidupan.
ADVERTISEMENT

Posisi dan Sikap Indonesia Terhadap Rivalitas China & AS Dalam Konsep Geopolitik

Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam, khususnya potensi sumber daya energinya. Berdasarkan data BP Migas, Indonesia memiliki 128 cekungan sedimen, 42% yang sudah dieksplorasi di mana 14% (18 cekungan) sudah produksi, 9% (12 cekungan) sudah dibor dan ditemukan minyak, serta 19% (24 cekungan) sudah dibor tetapi tidak ditemukan minyak. Masih ada 58 persen (74 cekungan sedimen) yang belum dieksplorasi dan sebagian besar berada di Kawasan Timur Indonesia.
Sementara itu, cadangan gas bumi tersebar di seluruh Indonesia dan salah satu yang terbesar berada di Natuna yang di mana memiliki cadangan minyak bumi yang diperkirakan hingga 14.486.470 barel dan gas bumi mencapai 112.356.680 barel. Selain itu di sebelah utara Pulau Natuna tepatnya di dalam Zona Ekonomi Eksklusif sejauh 225 kilometer terdapat ladang gas D-Alpha dengan total cadangan 222 triliun cubic feet dan gas hidrokarbon yang dapat ditampung sebesar 46 TCT. Ladang tersebut menjadi salah satu sumber terbesar di Asia Pasifik yang di mana menyebabkan perairan Natuna menjadi target strategis bagi negara-negara besar seperti China dan Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Amerika Serikat sebagai negara dengan tingkat konsumsi energi terbesar di dunia saat ini tengah mencari sumber-sumber energi untuk mengamankan cadangan energi yang dimilikinya. Pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat juga tengah dirasakan oleh China. Saat ini, China berada di bawah Amerika Serikat dari tingkat penggunaan energi terutama minyak dan gas. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa klaim terhadap laut china selatan lebih terfokus kepada sumber daya alam yang dimilikinya sehingga dapat meningkatkan perekonomian dan menyaingi AS.
Apabila dilihat dari sudut pandang Indonesia, mendominasinya perusahaan minyak milik Amerika Serikat yang beroperasi di Indonesia membuat China mengambil langkah untuk melakukan klaim terhadap wilayah teritorial laut Indonesia yang ada di Natuna. Seperti yang kita ketahui bahwa Kepulauan Natuna sendiri mempunyai cadangan minyak dan gas alam yang melimpah sebagaimana yang penjelasan di atas.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa adanya klaim terhadap wilayah perairan Natuna oleh China ini salah satunya disebabkan oleh kalah saingnya China terhadap AS sehingga dari hal tersebut membuat China ingin menguasai dan bersegera mengambil tindakan berupa klaim sepihak agar daerah perairan Natuna tersebut tidak kemudian diambil alih oleh negara mana pun sehingga China dapat lebih meningkatkan power serta perekonomian terutama sektor sumber daya minyak dan gas negaranya untuk bersaing.
Pertumbuhan ekonomi yang tengah memuncak kini memberikan tantangan baru di dunia internasional. Tantangan ini harus mampu dilalui oleh negara-negara di dunia dengan menciptakan suatu kebijakan yang tepat terutama bagi pemerintah Indonesia yang tentunya harus menjamin dan melindungi kepentingan nasional negara sebagaimana tercantum dalam pancasila dan undang-undang dasar 1945.
ADVERTISEMENT
Tantangan tersebut juga diikuti dengan kebutuhan-kebutuhan ekonomi dari suatu negara di mana kepentingan ekonomi menjadi salah satu faktor negara untuk menjalin hubungan dengan negara lain. Indonesia dipandang sebagai negara yang cukup memiliki keuntungan ekonomi oleh negara-negara lain. Letak yang strategis, jumlah penduduk yang cukup banyak dan tenaga kerja yang relatif murah, serta sumber daya alam yang melimpah memberikan jaminan bagi negara lain untuk masuk dan berinvestasi.
Salah satu sumber daya alam penting yang ada di Indonesia yakni sumber energi. Oleh sebab itu, pemerintah serta rakyat Indonesia bagaimanapun caranya harus selalu membela wilayah kedaulatannya agar tidak di klaim secara sepihak oleh negara lain seperti apa yang dilakukan China.