Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Dampak dari Egoisme Pengguna Kendaraan Pribadi
16 Desember 2022 18:07 WIB
Tulisan dari Sofwah Maulidi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Peningkatan jumlah kendaraan di daerah perkotaan menyebabkan problem terhadap jalan raya dan lalu lintas terutama pada jalan-jalan besar. Selain itu, kapasitas jalan raya yang tidak seimbang dengan peningkatan jumlah kendaraan akan berpengaruh terhadap kelancaran lalu lintas. Banyaknya penggunaan kendaraan pribadi dibanding kendaraan umum menyebabkan lalu lintas terganggu dan mengakibatkan kemacetan. Para pengguna kendaraan pribadi banyak yang tidak mau mengalah satu sama lain karena rasa egois dan menyebabkan kericuhan di jalan raya.
ADVERTISEMENT
Kemacetan di Jakarta sudah menjadi momok, bukan hanya masyarakat Jakarta tapi seluruh masyarakat Indonesia juga merasakannya. Menjadi suatu ironi bagi negara kita yang keadaan angkutan umumnya sangat memprihatinkan. Di negara maju kebanyakan masyarakatnya menggunakan angkutan umum (public transport) dibandingkan menggunakan kendaraan pribadi. Akan tetapi di kota Jakarta, pada umumnya masyarakat lebih memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi daripada kendaraan umum yang sudah disediakan oleh pemerintah. Dengan berbagai komentar dan alasan masyarakat Jakarta menolak untuk menaiki angkutan umum seperti masalah kenyamanan, waktu tempuh perjalanan yang lama, alasan keamanan saat menaiki kendaraan umum, sering menimbulkan kekesalan karena kendaraan berhenti atau menurunkan penumpang terlalu lama dan tanpa aturan sehingga penumpang yang terburu-buru menjadi terlambat. Pembangunan terus dilakukan untuk kelancaran lalu lintas di kota Jakarta, namun karena pembangunan berbagai infrastruktur ini dilakukan dengan kondisi kemacetan saat ini dan penggunaan kendaraan pribadi semakin banyak sehingga menimbulkan permasalahan baru yang menambah kemacetan lalu lintas.
ADVERTISEMENT
Faktor utama yang menyebabkan kemacetan adalah banyaknya pengguna kendaraan pribadi baik kendaraan roda empat maupun kendaraan roda dua. Penggunaan mobil pribadi yang mendominasi dan sangat tidak efisien dengan ukurannya yang lebih besar tidak sepadan dengan ketersediaan ruang jalan, juga seringkali penumpang yang berada dalam mobil hanya berisi satu orang saja padahal jika ia mau menggunakan kendaraan umum atau motor dapat meminimalisir kemacetan yang terjadi. Dapat kita bayangkan bagaimana pemborosan ruas jalan yang sia-sia dengan ukuran ukuran besar dan hanya diisi satu orang. Tanpa mereka sadari rasa egois mereka yang lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi terutama mobil menghambat aktivitas orang lain yang menggunakan kendaraan roda dua atau motor (Sitanggang, 2018, 293).
ADVERTISEMENT
Masih banyak pengendara sepeda motor atau mobil yang belum paham tata tertib berkendara yang sesuai dengan aturan. Alhasil, timbul rasa saling egois dan paling fatal dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas. Menurut Edo Rustayanto, pemerhati keselamatan lalu lintas jalan, setiap pengendara wajib bertindak adil, dan berperikemanusiaan ketika di jalan raya. Paling penting menggunakan akal sehat (Maulana, 2018).
Menggunakan kendaraan pribadi seperti motor sangat banyak digunakan terutama yang bertempat tinggal di kota yang penuh hiruk pikuk seperti Jakarta. Sebagian orang, tentu memilih menggunakan kendaraan pribadi daripada harus menggunakan kendaraan umum yang bersifat massal seperti kereta api, transjakarta ataupun angkutan umum. Hal ini mungkin disebabkan karena banyak orang yang memikirkan tingkat keamanan dan kenyamanan saat menggunakan fasilitas kendaraan umum. Namun, hal ini justru menimbulkan pribadi yang memiliki tigkat egois yang tinggi seperti kendaraan bermotor yang seolah ingin cepat sampai tujuan tanpa memikirkan pengendara yang lain sehingga lupa akan rasa saling menghormati. Masih ada pengendara bermotor khususnya melintasi trotoar agar lebih cepat sampai tujuan tanpa memikirkan pejalan kaki yang berhak melewati trotoar. Contoh lain banyak pengemudi yang masih menerobos lampu lalu lintas tanpa memikirkan orang lain yang berada di awan arah dan bisa menyebabkan kecelakaan lalu lintas jika aparat yang berwenang tidak bertindak terhadap pelanggaran tersebut (Aldyputra, 2014).
ADVERTISEMENT
Padahal, semua itu bisa kita praktekkan pada diri sendiri dengan menekan keegoisan yang kita rasakan saat berada di jalan raya. Jika kita tidak dapat mengendalikan keegoisan ini, akan ada banyak orang yang pribadinya terbentuk menjadi seseorang yang egois dalam berkendara dan menimbulkan permasalahan yang lain seperti terjadinya kecelakaan lalu lintas atau kerusuhan yang terjadi akibat rasa tidak terima dan ingin menang sendiri. Egoisme para pengguna kendaraan pribadi menyebabkan berbagai kerugian yang dialami. Khususnya para pelajar atau mahasiswa yang dituntut untuk tepat waktu tapi karena egoisme para pengguna kendaraan pribadi banyak yang mengalami keterlambatan. Tidak jarang banyak kasus kecelakaan yang terjadi oleh mahasiswa atau pelajar yang terpaksa mengebut karena keegoisan satu sama lain dan kurangnya rasa saling menghargai antara sesame pengemudi maupun pejalan kaki.
ADVERTISEMENT
Sering kita menemukan pengendara yang melanggar aturan lalu lintas yang perilakunya membahayakan pengemudi lain. Banyak yang harus dipelajari oleh pengendara ketika mengendarai motor atau mobil bukan hanya sekadar bisa tapi mengerti aturan apa saja yang harus dipatuhi di jalan. Kesadaran bahwa jalan umum milik bersama serta penggunaan logika dan kedewasaan juga diperlukan. Karena ketika kita berkendara, kita tidak hanya memikirkan keselamatan sendiri untuk mencapai tujuan, namun juga harus bertanggungjawab terhadap keselamatan penumpang, pengendara lain, bahkan pejalan kaki. Banyak pengendara yang terlalu egois dan merasa bahwa jalanan itu milik sendiri, sehingga tidak mempedulikan keselamatan orang lain. Selain itu, rambu lalu lintas seakan tidak terlihat juga ditambah infrastruktur yang kurang memadai membuat angka kecelakaan sangat tinggi (Pangestuti, 2012).
ADVERTISEMENT
Begitulah kehidupan, tidak ada yang bisa menganggap benar setiap hal yang dilakukan. Pasti ada saja kurangnya. Setiap kendaraan dianggap egois oleh kendaraan lain. Begitu juga manusia, akan dianggap egois oleh manusia lain (Mairoza, 2020).
Sumber Pustaka
Aldyputra. (2014). Egoisme Para Pengendara Bermotor. Accessed 9 Desember 2022. https://aldyputra.net/2014/10/egoisme-para-pengendara-bermotor/.
Mairoza, Detri. (2020). Kendaraan Egois?. Accessed 9 Desember 2022. https://www.kompasiana.com/destrimairozasyahrisal/5e36e7dd097f36234f7efed2/kendaraan-egois.
Maulana, Aditya. (2018). Egoisme Selalu Mengancam di Jalan Raya. Accessed 9 Desember 2022. https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/otomotif/read/2018/01/22/084200315/egoisme-selalu-mengancam-di-jalan-raya.
Pangastuti, Bernadethadyah. (2012). Egoisme Jalan Raya Tak Pernah Cukup. Accessed 9 Desember 2022. https://www.sesawi.net/egoisme-jalan-raya-bisa-tak-cukup/.
Sitanggang, Rohana dan Euis Saribawan. (2018). Faktor-Faktor Penyebab Kemacetan di DKI Jakarta. Jurnal Manajemen Bisnis Transportasi dan Logistik 4(3), 289-293.