Konten dari Pengguna

Potret Pendidikan Indonesia 2024

ANA WAGYINA
Saya Ana Wagyina Semester 1 dari prodi pendidikan matematika fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan universitas islam negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan hobi olahraga
12 Desember 2024 17:38 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari ANA WAGYINA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Generasi AI
zoom-in-whitePerbesar
Generasi AI
ADVERTISEMENT
Tahun 2024-2025 menjadi momen penting untuk memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia. Saat ini, sektor pendidikan di Indonesia masih terus mengalami berbagai perubahan dan permasalahan pendidikan yang kompleks, mulai dari kebijakan kurikulum merdeka yang diterapkan, digitalisasi pendidikan, kesenjangan akses di daerah terpencil, kurangnya pelatihan guru, infrastruktur yang terbatas, dan semuanya memerlukan perhatian yang serius. Namun, berbagai tantangan ini tidak menghentikan harapan dan semangat untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih inklusif dan berkualitas. Indonesia memiliki lebih dari 52 juta siswa yang tersebar di lebih dari 217 ribu sekolah. Sistem pendidikan kita telah mengalami berbagai inovasi, salah satunya penerapan Kurikulum Merdeka yang dirancang untuk memberi kebebasan kepada sekolah dan guru dalam menyusun pembelajaran sesuai kebutuhan siswa. Pada tahun 2024, penerapan kurikulum ini telah menjangkau sebagian besar sekolah di wilayah perkotaan dan pedesaan. Selain itu, integrasi teknologi semakin ditekankan, terutama sejak pandemi COVID-19 yang mempercepat transformasi digital dalam pendidikan. Sayangnya, distribusi fasilitas dan kualitas pendidikan masih belum merata. Berdasarkan data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), hanya 60% sekolah di Indonesia yang memiliki akses internet yang memadai pada tahun 2023, sedangkan sisanya masih bergantung pada metode pembelajaran tradisional. Selain itu, 30% sekolah masih memerlukan renovasi, terutama di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar). Kemudian masalah literasi juga menjadi perhatian serius. Menurut laporan PISA, skor siswa Indonesia masih tertinggal dalam kemampuan literasi dan numerasi dibandingkan negara lain. Di sisi lain, Kurikulum Merdeka yang mulai diterapkan di lebih dari 75% sekolah, tetapi belum semua guru memahami penerapan kurikulum tersebut . Masalah utama pendidikan 2024 yang dihadapi negara kita Indonesia saat ini adalah: 1. Kesenjangan Akses Pendidikan Anak-anak di wilayah terpencil masih sulit mengakses pendidikan berkualitas. Banyak sekolah tidak memiliki fasilitas dasar, seperti ruang kelas yang layak, laboratorium, atau sanitasi. Menurut laporan Kemendikbudristek, sebanyak 30% sekolah di Indonesia masih memerlukan renovasi, terutama di wilayah terpencil. Ketiadaan fasilitas dasar tersebut juga memperburuk kondisi. Hal ini memengaruhi motivasi siswa untuk belajar. 2. Kurangnya Pelatihan Guru Data menunjukkan bahwa 45% guru di Indonesia belum mengikuti pelatihan Kurikulum Merdeka secara menyeluruh. Akibatnya, pengajaran dengan metode pembelajaran modern kurang efektif, terutama di sekolah-sekolah yang minim dukungan teknologi. 3. Digitalisasi yang Belum Merata Transformasi digital pendidikan masih menjadi tantangan. Banyak siswa di daerah terpencil tidak memiliki perangkat atau akses internet, sehingga sulit mengikuti perkembangan pembelajaran berbasis teknologi. Menurut survei ADB (Asian Development Bank) pada 2023, hanya 50% sekolah di Indonesia Timur yang memiliki akses ke perangkat digital, jauh tertinggal dibandingkan sekolah di Jawa. 4. Rendahnya Tingkat Literasi dan Numerasi Meski ada peningkatan skor literasi pada laporan PISA, Indonesia masih tertinggal dibandingkan rata-rata global. Hal ini menunjukkan perlunya peningkatan kualitas pendidikan dasar. Solusi dan harapan sistem pendidikan Indonesia 2024, yaitu: 1. Pembangunan Infrastruktur yang Merata Pemerintah harus mempercepat pembangunan sekolah di wilayah 3T. Tidak hanya mencakup renovasi, tetapi juga penyediaan fasilitas dasar seperti perpustakaan, laboratorium, atau sanitasi dan akses air bersih. Hal ini penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Program kerja sama dengan sektor swasta melalui CSR juga dapat mendukung percepatan pembangunan. 2. Pelatihan Guru Berkelanjutan Pelatihan guru berbasis teknologi dan pedagogi modern harus menjadi agenda utama. Program sertifikasi kompetensi digital untuk guru, seperti yang dirancang oleh Kemendikbudristek, pemerintah perlu menyediakan modul pelatihan berbasis daring untuk menjangkau lebih banyak guru di daerah terpencil. Selain itu, kerja sama dengan perguruan tinggi dan lembaga internasional dapat meningkatkan kualitas pelatihan. 3. Digitalisasi Pendidikan yang Merata Pemerintah dapat memberikan subsidi perangkat digital dan paket data untuk siswa kurang mampu. Selain itu, pengembangan aplikasi pembelajaran offline yang bisa diakses tanpa internet juga dapat menjadi solusi bagi daerah yang minim akses. 4. Program Literasi dan Numerasi Nasional Kampanye literasi berbasis komunitas, penyediaan buku gratis, dan pengadaan perpustakaan keliling dapat membantu meningkatkan minat baca siswa. Selain itu, pelatihan untuk relawan pendidikan dapat mempercepat peningkatan kemampuan literasi dan numerasi siswa. 5. Kolaborasi Masyarakat dengan Sektor Swasta Perusahaan dapat memberikan beasiswa atau mendanai pembangunan fasilitas pendidikan. Sementara itu, masyarakat dapat berkontribusi melalui program relawan pendidikan seperti memberikan bimbingan belajar secara gratis. atau donasi untuk mendukung siswa di daerah terpencil. Dengan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, berbagai solusi dapat diimplementasikan untuk menciptakan pendidikan yang merata dan berkualitas. Pendidikan yang inklusif akan membuka jalan bagi generasi muda untuk meraih masa depan yang lebih cerah, serta menjadikan Indonesia bangsa yang lebih kompetitif di tingkat global.
ADVERTISEMENT

https://www.smartcpns.id/blog/Fakta-Menarik-Perkembangan-Pendidikan-Indonesia-2024