Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Santri Serba Bisa
13 November 2024 18:14 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Hanylidyaa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dalam dunia pesantren tentunya tidak asing lagi dengan kata santri.
ADVERTISEMENT
Santri sendiri adalah seorang murid yang bermukim di pesantren dari berbagai daerah yang jauh,sedangkan pendapat lain Santri dapat diartikan sebagai orang-orang yang melakukan kewajiban agama Islam secara sungguh-sungguh (Muhammad,2009). Di pesantren santri diajarkan berbagai ilmu dari yang mudah sampai yang memiliki tingkatan tinggi oleh para kyai maupun ustadz. Bukan hanya di ajarkan tentang ilmu, santri juga di ajarkan untuk memiliki jiwa sosial yang tinggi serta perilaku yang baik menurut agama. Di lingkungan pesantren, santri dikenal sebagai sosok yang tangguh, disiplin, dan mandiri. Kehidupan sehari-hari mereka bukan hanya diisi dengan berbagai kegiatan keagamaan, pendidikan, dan pengembangan keterampilan, tetapi tentang kebiasaan santri dalam mengantri.
ADVERTISEMENT
Muncul gagasan bahwa santri harus "serba bisa" ditengah masyarakat masa kini seolah-olah menjadi multitalenta adalah bagian dari menjadi santri. Apakah ini tugas yang diberikan kepada para santri atau keputusan yang mereka ambil secara sukarela? Seorang santri tidak hanya memiliki kemampuan keagamaan. Banyak pesantren telah mengembangkan kursus yang mengajarkan keterampilan umum lainnya, seperti wirausaha, teknologi, bahasa asing, seni, dan olahraga. Hal ini menyebabkan munculnya fenomena "santri serba bisa"santri yang mahir dalam berbagai bidang selain ilmu agama. Masyarakat kerap menempatkan santri sebagai sosok panutan dan problem solver, khususnya di daerah-daerah pedesaan. Ketika santri pulang ke kampung halaman, mereka diharapkan tidak hanya mampu memimpin kegiatan keagamaan, tetapi juga mampu memberikan solusi terhadap berbagai permasalahan sosial, ekonomi, hingga pendidikan di masyarakat.
Ada sebagaian santri yang merasa bangga dengan kemampuan serba bisa yang mereka kuasai. Dengan demikian memberikan mereka rasa percaya diri yang lebih tinggi dan memperluas kesempatan dalam kehidupan pasca pesantren. Namun, di sisi lain, tak sedikit pula santri yang merasa beban mental akibat banyak ekspektasi tinggi yang diberikan oleh lingkungan sekitar. Padahal sejatinya santri tetaplah seorang manusia yang tidak luput dari kesalahan. Mungkin di beberapa pesantren, menguasai berbagai bidang ini kadang-kadang lebih terasa sebagai kewajiban daripada pilihan. Diharapkan bahwa santri tidak hanya mahir menghafal Al-Qur'an atau kitab-kitab klasik, tetapi juga mampu berkompetisi di dunia modern yang penuh dengan persaingan keterampilan. Beberapa santri mungkin merasa terbebani oleh ekspektasi ini dan terjebak dalam keyakinan bahwa mereka harus "sempurna". Menjadi seorang santri yang memiliki banyak talenta tentu bukan hal mudah. Santri tidak hanya diharuskan untuk menghafal dan mempelajari ilmu agama, tetapi mereka juga diharuskan untuk mengelola waktu mereka dengan baik sehingga mereka dapat belajar keterampilan tambahan.
ADVERTISEMENT
Tidak jarang, keterbatasan fasilitas di beberapa pesantren ini menjadi tantangan tersendiri. Mereka harus belajar dengan alat seadanya dan menghadapi keterbatasan sumber daya. Namun, ditengah segala tantangan ini, banyak pesantren yang kini berinovasi dengan menyediakan program keterampilan dan pelatihan tambahan. Pesantren modern ini memahami bahwa di era globalisasi, keterampilan non-religius seperti teknologi, wirausaha, dan komunikasi sangat dibutuhkan agar santri bisa bertahan dan berkontribusi lebih luas dalam masyarakat. Fenomena santri serba bisa ini adalah cerminan dari perubahan zaman yang menuntut adaptasi. Namun, perlu diingat bahwa setiap santri memiliki kemampuan dan bakat yang berbeda – beda. Tentunya sebagai orang tua maupun pengurus pondok pesantren bisa mendorong mereka untuk berkembang di berbagai bidang, tetapi jangan sampai hal ini menjadi beban kewajiban yang berlebihan. Keseimbangan antara pilihan dan tuntutan adalah kunci utama agar santri tetap dapat menjalani hidupnya dengan penuh semangat dan kebahagiaan. Meski demikian, penting untuk diingat bahwa esensi dari pesantren adalah membentuk karakter santri yang berakhlak mulia, berilmu, dan beramal. Status "serba bisa" seharusnya bukan menjadi beban, melainkan peluang bagi santri untuk berkontribusi lebih luas di masyarakat. Pesantren yang sukses adalah pesantren yang mampu menyeimbangkan antara pendidikan agama yang mendalam dan keterampilan praktis yang relevan dengan kebutuhan zaman.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, apakah menjadi "santri serba bisa" merupakan sebuah kewajiban atau pilihan? Itu sangat tergantung pada bagaimana individu santri tersebut memaknai perannya. Dalam hal kewajiban, santri diingatkan untuk tetap menjunjung tinggi adab dan akhlak, menghormati guru, serta menjaga komitmen pada pendidikan agama. Kewajiban lain meliputi pengembangan diri untuk menjadi individu yang bermanfaat bagi lingkungan dan bangsa, baik melalui dakwah maupun pengabdian sosial. Bagi sebagian santri yang memiliki multitalent ini adalah pilihan yang membanggakan kesempatan untuk berkembang dalam berbagai bidang dan menjadi kontributor yang lebih baik bagi masyarakat.
Namun, bagi yang lain, tuntutan ini bisa menjadi beban yang perlu dikelola dengan bijak. Sejatinya santri juga manusia yang tidak luput dari kesalahan. Pesantren dan masyarakat perlu memahami bahwa status "serba bisa" bukanlah kewajiban yang harus dibebankan kepada semua santri. Yang jelas, pesantren sebagai institusi pendidikan agama memiliki tanggung jawab untuk mendampingi santri agar mereka dapat berkembang sesuai dengan kapasitas dan minat masing-masing, tanpa merasa terbebani oleh ekspektasi yang berlebihan. Dengan demikian, santri dapat tumbuh menjadi individu yang utuh baik dalam ilmu agama maupun keterampilan lainnya dengan rasa bahagia dan percaya diri dengan apa yang dimiliki. Pada akhirnya, santri serba bisa bukan sekadar simbol kemampuan multitasking, tetapi juga cerminan dari potensi besar yang dimiliki generasi pesantren dalam membangun masa depan bangsa yang lebih baik.
ADVERTISEMENT