Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pemanasan Global: Antara Pesimisme Ilmuwan dan Harapan untuk Bumi
5 Desember 2024 12:04 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Siti Syifa Fauziah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pemanasan global adalah masalah yang semakin mendesak dan mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan di Bumi. Sebagai hasil dari peningkatan emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan pertanian intensif, suhu rata-rata Bumi terus meningkat, menyebabkan perubahan iklim yang drastis. Dalam menghadapi isu besar ini, apakah saintis pesimis dalam mengatasi pemanasan global? Untuk menjawabnya, perlu melihat pandangan mereka berdasarkan bukti ilmiah dan tantangan yang ada.
ADVERTISEMENT
Menghadapi Pemanasan Global: Apakah Ilmuwan Masih Optimis?Secara umum, banyak saintis merasa cemas dan pesimis tentang kemampuan dunia untuk mengatasi pemanasan global dengan cepat dan efektif. Mereka memiliki beberapa alasan untuk merasa demikian:
Ketidakpastian dalam Implementasi Kebijakan Global
Meskipun perjanjian internasional seperti Perjanjian Paris bertujuan untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5°C, implementasi kebijakan yang tepat dan konsisten sangat sulit tercapai. Beberapa negara besar penghasil emisi, seperti Amerika Serikat dan China, kadang-kadang tidak konsisten dalam komitmennya terhadap pengurangan emisi. Ketidakmampuan negara-negara besar untuk bergerak lebih cepat dalam hal pengurangan emisi membuat saintis khawatir bahwa target-target ini akan sulit tercapai dalam waktu yang terbatas.
Lambatnya Peralihan ke Energi Terbarukan
Meskipun ada banyak teknologi energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan geotermal yang lebih bersih, transisi global dari energi fosil ke energi terbarukan masih berjalan lambat. Ini bukan hanya soal teknologi, tetapi juga soal ekonomi, infrastruktur, dan kebijakan. Misalnya, negara-negara berkembang seringkali terkendala oleh keterbatasan sumber daya finansial dan akses terhadap teknologi yang ramah lingkungan, sementara negara maju masih bergantung pada bahan bakar fosil yang lebih murah dan lebih mudah diakses.
ADVERTISEMENT
Teknologi Penangkapan Karbon yang Belum Memadai
Salah satu harapan utama saintis untuk menurunkan kadar CO2 di atmosfer adalah teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS). Namun, meskipun CCS memiliki potensi, teknologi ini belum cukup berkembang atau diterapkan dalam skala besar. Biaya tinggi dan tantangan teknis dalam menangani dan menyimpan karbon yang ditangkap menjadikannya solusi yang sulit untuk diimplementasikan secara global dalam waktu dekat.
Perubahan Perilaku Manusia yang Terlalu Lambat
Banyak saintis juga pesimis karena perubahan dalam pola konsumsi dan gaya hidup manusia yang diperlukan untuk mengurangi jejak karbon sangat lambat. Meskipun ada kesadaran yang lebih besar tentang pentingnya pengurangan konsumsi energi dan perubahan pola makan (misalnya, mengurangi konsumsi daging yang berdampak besar terhadap emisi gas rumah kaca), adopsi perilaku baru dalam skala besar masih kurang. Perubahan kebiasaan ini memerlukan pendidikan dan kebijakan yang lebih efektif, yang pada kenyataannya sangat sulit dicapai.
ADVERTISEMENT
Namun, meskipun ada pesimisme di kalangan saintis, bukan berarti mereka sepenuhnya kehilangan harapan. Ada beberapa faktor yang memberikan optimisme dalam upaya mengatasi pemanasan global:
Inovasi Teknologi yang Terus Berkembang
Meskipun teknologi seperti CCS belum dapat diterapkan secara luas, saintis optimis bahwa inovasi teknologi akan terus berkembang. Misalnya, energi terbarukan semakin terjangkau dan efisien, serta penggunaan baterai untuk penyimpanan energi semakin meningkat. Dalam beberapa tahun terakhir, pengembangan mobil listrik, kendaraan berbasis hidrogen, dan solusi lainnya menunjukkan bahwa peralihan ke energi bersih dapat terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan.
Gerakan Masyarakat dan Tekanan dari Publik
Aktivisme lingkungan yang dipimpin oleh generasi muda, seperti gerakan Fridays for Future yang dipelopori oleh Greta Thunberg, telah membawa perhatian global terhadap pentingnya aksi cepat untuk mengatasi pemanasan global. Masyarakat semakin menuntut perubahan dari pemerintah dan perusahaan untuk bertindak lebih serius dalam menanggulangi krisis iklim. Tekanan sosial ini dapat memaksa perubahan yang lebih cepat dalam kebijakan dan industri.
ADVERTISEMENT
Kemajuan dalam Adaptasi dan Mitigasi
Selain pengurangan emisi, saintis juga optimis tentang kemampuan manusia untuk beradaptasi dengan perubahan iklim yang sudah terjadi. Teknologi seperti pertanian cerdas, infrastruktur tahan iklim, dan restorasi ekosistem memberikan jalan bagi mitigasi dampak perubahan iklim. Selain itu, banyak kota dan negara yang mulai mengimplementasikan kebijakan mitigasi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Secara keseluruhan, meskipun ada alasan kuat untuk pesimisme mengingat banyaknya tantangan yang ada, saintis tidak kehilangan harapan. Mereka tetap bekerja keras dalam mencari solusi ilmiah, mendorong kebijakan yang lebih baik, dan mengedukasi publik tentang urgensi perubahan. Pemanasan global adalah masalah yang sangat kompleks, tetapi dengan kerjasama global, inovasi teknologi, dan perubahan perilaku yang lebih luas, ada peluang untuk mengurangi dampaknya.
ADVERTISEMENT