Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Film Mencuri Raden Saleh: Pesan Sejarah Melalui Lukisan
7 September 2022 14:55 WIB
Tulisan dari Uswah SahaL tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk memutuskan menonton film Mencuri Raden Saleh (MRS) setelah saya menyaksikan trailernya di Youtube. Bahkan film garapan sutradara Angga Dwimas Sasongko yang hari ini meraih jutaan penonton sudah saya tonton dua kali dalam waktu satu pekan. Saya sempat berpikir bahwa film berdurasi 2,5 jam dengan masa putar yang panjang akan membuat penonton bosan, ternyata dugaan saya salah. Film ini berhasil membuat penonton tetap melek dan fokus selama film diputar.
Sebagai penonton, saya benar-benar merasa Sutradara Angga Dwimas Sasongko berhasil bertaruh pada kekuatan skenario dan jalan cerita. Setiap menit film ini memunculkan kejutan dan menyajikan plot twist demi plot twist yang tak berkesudahan.
ADVERTISEMENT
Film yang menceritakan enam anak muda Indonesia yang diperankan Iqbaal Ramadhan (Piko), Angga Yunanda (Ucup), Aghniny Haque (Sarah), Rachel Amanda (Fella), Umay Shahab (Gofar) dan Ari Irham (Tuktuk) berkongsi untuk fokus pada satu tujuan yakni mencuri karya seni lukisan Penangkapan Pangeran Diponogoro karya maestro Raden Saleh yang saat ini disimpan di Istana Presiden.
Pulang dari bioskop saya semakin penasaran dengan sejarah lukisan penangkapan Pangeran Diponogoro karya Raden Saleh yang akhirnya membuat saya mencari tahu dari berbagai referensi, ditambah lagi ending film yang dibiarkan menggantung dan membuat penonton bertanya-tanya sendiri.
Rupanya lukisan legendaris karya Raden Saleh dibuat pada tahun 1857 silam. Lukisan ini menggambarkan sejarah peristiwa Penangkapan Pangeran Diponogoro oleh Letnan Jendral Hendrik Merkus de Kock pada 28 Maret 1830. Lukisan yang berumur lebih dari 150 tahun tersebut telah ditetapkan sebagai cagar budaya jenis benda oleh pemerintah. Lukisan Penangkapan Diponogoro disebut istimewa karena merupakan lukisan sejarah pertama di Asia Tenggara beraliran Eropa yang dilukis oleh orang Asia Tenggara, dikutip dari buku Raden Saleh: Kehidupan dan Karyanya oleh Werner Kraus.
ADVERTISEMENT
Film yang memberikan pesan sejarah yang berusaha ditampilkan Angga Sasongko lewat karakter anak muda juga menggambarkan perlawanan sekaligus belajar dari kesalahan Pangeran Diponogoro yang tidak memiliki contingency plan. Piko yang menjadi tokoh utama, dalam sebuah adegan mengatakan bahwa lukisan Raden Saleh bukan cuma tentang perlawanan, namun dibalik peristiwa tersebut ada juga pengkhianatan.
Hal tersebut merujuk pada peristiwa yang dialami Pangeran Diponogoro ketika diundang De Kock ke rumahnya untuk bernegoisasi guna mengakhiri permusuhan, naasnya peristiwa ini Pangeran Diponogoro ditangkap oleh Belanda dan diasingkan. Barangkali waktu itu, Pangeran Diponogoro berpikir perlakuan Belanda akan sesuai dengan yang dijanjikan padanya.
Hal tersebut sejalan dengan pesan film yang melibatkan tokoh Permadi sebagai mantan presiden yang memiliki pemegang kekuasaan yang sangat dengan mudah menjebak anak muda untuk kepentingan politiknya. Lewat karakter anak muda yang kerap kali dipandang sebelah mata, film Mencuri Raden Saleh (MRS) juga mendobrak stereotype anak muda, bahwa anak muda bukan sosok yang tidak berdaya. Komplotan anak muda memiliki kekuatan untuk mengalahkan kekuatan yang lebih besar. Film ini juga merepresentasikan bahwa tidak mustahil bagi kelas pekerja untuk menggulingkan penguasa dengan kerja ekstra.
ADVERTISEMENT