Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Film The Swimmers: Kemanusiaan, Keamanan Lingkungan dan Konflik Timur Tengah
10 September 2023 11:45 WIB
Tulisan dari Uswah SahaL tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di akhir pekan ini saya menonton film The Swimmers, film yang pernah memuncaki 10 film terlaris sejak perilisannya pada November 2022. Mengangkat isu konflik Timur Tengah, film ini mampu membawa saya hanyut dan merasakan kondisi penduduk disana, banyak isu-isu kemanusiaan yang tergambar dan terekam secara jelas salah satunya masalah keamanan insani atau human security.
Berlatar konflik perang saudara yang terjadi di Suriah digambarkan begitu sangat mengerikan, banyak keluarga yang harus kehilangan kedamaian, ketentraman dan harapan hidup di masa depan, salah satu yang terdampak adalah keluarga Yusra Mardini, atlet renang yang bercita-cita ingin mengikuti olimpiade.
ADVERTISEMENT
Scene pembuka film ini menggunakan vibes Arab yang cukup kental, dengan tarian kebahagiaan orang Arab dan percakapan full bahasa Arab. Ada pesan yang membuat saya kagum saat ayah Yusra Mardini, menyatakan kebahagiaannya memiliki 3 orang anak perempuan yang lebih baik dari memiliki 1000 anak laki-laki. Tentu dari dialog tersebut menjadi penegasan bahwa tradisi arab yang sangat kuat terkait patriarki berusaha dihapusan, tak hanya itu pada dialog yang sama seorang pengungsi muslimah dari Eritrea, sebuah negara di Afrika, juga sempat menyatakan kekagumannya pada Yusra yang berbangsa Arab, tapi tak berkerudung dan seorang perenang profesional.
Sinopsis Film The Swimmers
Film The Swimmers bercerita tentang sosok Yusra Mardini dan Sarah Mardini. Keduanya adalah atlet renang dari Suriah yang mendapati negaranya dalam keadaan kacau balau akibat perang saudara. Diambil dari kisah nyata, rupanya Yusra dan Sarah merupakan saudara kandung dalam dunia nyata. Dalam film tersebut keduanya digambarkan ingin mengubah nasib hidupnya dengan berusaha menjadi imigran ke negara Eropa. Sebelum Suriah berkecamuk, Yusra dan Sarah memiliki peruntungan baik di bidang olahraga renang. Dia mendapat bimbingan langsung dari ayahnya, Ezzat Mardini, yang merupakan mantan atlet nasional. Yusra dan Sarah diberikan pelatihan secara maksimal agar mampu tampil di ajang Olimpiade. Namun, harapan itu pupus di tahun 2014 akibat Suriah mengalami periode peperangan yang amat buruk, dampaknya keselamatan warganya menjadi tidak menentu.
ADVERTISEMENT
Dalam film tersebut digambarkan sudah banyak warga Suriah yang berusaha keras meninggalkan negaranya untuk mencari kehidupan lebih baik. Yusra dan Sarah juga berpikir demikian setelah melihat temannya mendapatkan suaka di Jerman. Akhirnya, setalah mendapatkan izin dari Sang Ayah kedua perempuan muda ini nekat menembus Jerman dengan menyeberangi Lebanon, Turki, Yunani, dan Hongaria. Usaha itu bahkan dilakukan sebagiannya dengan cara berenang di lautan, dan memakai perahu karet. Mereka tidak sendiri karena masih banyak penyintas lainnya yang turut serta.
Sesampainya di Eropa, hidup keduanya masih terlunta-lunta. Tidur di kolong jembatan jalan raya menjadi pilihan untuk istirahat malam. Lalu, mereka juga harus ikut kendaraan yang menyelundupkan para imigran agar lolos dari pemeriksaan petugas batas negara. Sampai suatu saat, Yusra dapat bergabung dengan salah satu klub renang di Jerman. Kemampuannya ternyata cukup memukau pelatih dan akhirnya Yusra berhasil ikut serta di Olimpiade Rio de Jeneiro tahun 2016. Dia melaju bersama tim pengungsi. Keberhasilan Yusra menjadi atlet Jerman turut membawa pengaruh pada keluarganya. Keluarganya yang masih tinggal di Suriah, dibawa semua ke Jerman untuk tinggal bersama.
ADVERTISEMENT
Keamanan Lingkungan
Isu keamanan lingkungan juga sangat tergambar jelas di film ini. Lewat pengambilan gambar wide shot-nya, film ini berhasil mempertontonkan berbagai adegan memilukan seperti ketika kamera menyorot ribuan pelampung berwarna orens yang berserakan di pinggir pantai Yunani. Hal ini menunjukkan sebanyak itulah pengungsi yang datang ke Eropa dan mempertaruhkan nyawa mereka di lautan hanya untuk mendapatkan harapan kehidupan yang lebih layak.
Adegan menyeberangi samudra dalam film The Swimmers adalah kisah nyata yang dialami sebagian besar pengungsi Timur Tengah. Jalur laut menjadi satu-satunya jalan yang bisa ditembus untuk sampai ke Eropa. United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) melaporkan, ada ribuan pengungsi menaiki perahu tak layak melaut. The Swimmers menayangkan semua kengerian itu. Belasan pengungsi menggunakan perahu karet untuk menempuh perjalanan ratusan mil. Di tengah laut Aegea, Yunani, mereka hampir karam. Saat itu, Yusra Mardini bersama saudarinya kemudian menyelamatkan pengungsi lain dengan berenang selama tiga jam di lautan untuk mengurangi beban perahu.
ADVERTISEMENT
Setelah melewati jalur laut, mereka terpaksa harus menahan lapar. Begitu tiba di Yunani, mereka sangat gembira karena menemukan kran air sehingga bisa menghilangkan rasa hausnya. Setelah itu, mereka masih harus melintasi negara-negara Eropa untuk sampai di negara tujuannya. Mereka berjalan menyusuri rel kereta api dan kadang juga lari-larian untuk menghindari polisi perbatasan.
Film yang memperlihatkan perjuangan pengungsi Timur Tengah menembus perbatasan Yunani, Serbia, dan Hungaria tentu saja film ini layak ditonton oleh siapa saja meski sudah tayang di Netflix sejak 2022, pasalnya film ini masih relevan dengan kondisi sekarang. Konflik Timur Tengah masih terus memanas bukan hanya menyebabkan negara tersebut kolabs, tapi juga mengancam kedamaian jutaan umat manusia.
ADVERTISEMENT