Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Cara Hindari Narkoba di Masa Pandemi dengan Interpersonal Communication
21 Juni 2021 13:59 WIB
·
waktu baca 8 menitTulisan dari Uun Zahrotunnisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Narkoba menjadi salah satu sebab dari sekian banyak kasus tindak pidana yang dilakukan oleh kalangan remaja di Indonesia. Maraknya penyalahgunaan narkoba oleh remaja menarik perhatian banyak pihak untuk mengetahui apa sebenarnya latar dibalik permasalahan yang terjadi. Dari banyaknya kasus penyalahgunaan Narkoba yang ada di Indonesia data menunjukkan penurunan tingkat pengguna narkoba yakni pada tahun 2011 prevalensi sebanyak 2,23 %, pada tahun 2014 kembali turun dengan persentase 2,18 %, pada 2017 turun sebanyak 1,77 %. Kemudian pada 2019 data mengalami kenaikan sejumlah 1,80 % angka pengguna narkotika ( Alamsyah, 2019).
ADVERTISEMENT
Seiring berjalannya waktu sampai pada tahun 2020, bersamaan dengan lonjakan pasien yang terpapar covid-19 kasus pengguna narkoba juga ikut naik. Maraknya penyalahgunaan narkoba oleh kalangan milenial menjadi permasalahan yang amat disayangkan sekali. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kementerian PPPA) Lenny N Rosalin mengungkapkan bahwa melonjaknya angka pengguna narkotika menjadi peringatan bagi semua orang tua untuk lebih cakap dalam mendisiplinkan anak. Menurutnya dari 92,6 % pengguna narkoba yakni anak remaja mendapatkan obat-obatan terlarang tersebut sejumlah 80 % didapat secara cuma-cuma atau gratis (Purnamasari, 2020).
Pemberian narkoba secara cuma-cuma merupakan teknik marketing para pengedar kepada pengguna usia dini, agar jika suatu saat remaja tersebut ketagihan memakai narkoba secara otomatis akan mencari pengedar yang tempo hari memberinya narkoba secara gratis. Tak sampai di situ, pengedar narkoba tidak akan berbaik hati memberikan narkoba secara gratis untuk kedua kalinya melainkan mengharuskan pemakai yang tak lain adalah remaja untuk membeli.
ADVERTISEMENT
Komisaris Jenderal Polisi Heru Winarko sebagai Kepala Badan Narkotika (BNN) memaparkan kenaikan angka pengguna narkoba usia anak-anak hingga remaja meningkat dari awal mulanya hanya 20 % kini menjadi 24-28 %. Jumlah yang ini memang menunjukkan bagaimana kondisi anak-anak maupun remaja saat ini.
Data yang berhasil di kumpulkan oleh P4GN (Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba) terkait pengguna narkoba yang ada di Indonesia dari usia 10-59 tahun tercatat mencapai 3.376.115 orang pada tahun 2017. Sementara itu pada tahun 2018 sebanyak 2,29 juta orang pengguna narkoba adalah kalangan pelajar yang usianya kisaran 15-35 tahun (Puslidatin BNN, 2019).
Oleh karena itu peran orang tua dan keluarga menjadi kunci utama bagaimana karakter anti narkoba seorang anak dapat terbentuk dengan baik. Keluarga merupakan sekolah pertama bagi tumbuh kembang fisik, psikis, mengolah emosi, pembentukan moral dan mental.
ADVERTISEMENT
Masa Transisi Perkembangan Perilaku Anak-anak Menuju Remaja
Remaja merupakan masa di mana usia tersebut seseorang mulai mencari jati diri dan mengembangkan pola pikir dari masa kanak-kanak ke usia yang lebih matang yakni dewasa. Perkembangan pada usia remaja tidak hanya terlihat secara fisik saja, namun juga perkembangan nalar dan cara berpikir.
Hal itu dapat terlihat saat remaja mulai dihadapkan pada sebuah masalah yang cukup rumit kadang kala harus mengorbankan kesenangan yang mereka miliki demi terpecahnya suatu problem. Keputusan yang diambil merupakan bentuk komitmen diri buah dari pemikiran yang matang sehingga menghasilkan keputusan final.
Jika keputusan yang menurutnya itu benar maka mana kala menemukan kegagalan lantas ia tidak akan kecewa kemudian mempelajari kesalahan dan tidak mengulangi lagi ini sudah dapat dikatakan bahwa pematangan usia remaja berjalan dengan baik, namun sebaliknya jika suatu keputusan yang diambil menemui kegagalan lantas membuatnya cukup marah maka proses pengelolaan emosi dan pola pikirnya belum sepenuhnya terbentuk.
ADVERTISEMENT
Rasa penasaran usia remaja merupakan suatu hal yang wajar terjadi di usia-usia seperti ini. Maka dalam bertindak dan bertutur kata perlu dilakukan dengan penuh kehati-hatian agar anak nyaman berada di sekitar orang yang disayanginya.
Pengetahuan seputar penyalahgunaan narkoba dapat diberikan oleh orang tua kepada anak pada usia-usia perkembangan seperti ini sebab mereka juga harus tahu sejak dini tentang penyimpangan yang rawan terjadi di usia-usia muda sehingga dapat dijadikan alarm.
Aksi pengedar narkoba dalam menjajakan barang haram tersebut tidak bisa luput dari alat komunikasi seperti gawai. Para pengedar dan pemakai sangat mudah dipertemukan hanya dengan perantara alat komunikasi yang bisa di bawa ke mana-mana tersebut. Penggunaan alat elektronik sebenarnya dapat memberikan manfaat lebih jika digunakan secara bijak.
ADVERTISEMENT
Namun juga bisa menjerumuskan ke dalam hal-hal yang berbau negatif sampai menghancurkan masa depan generasi milenial yang ada di Indonesia. Kebiasaan orang tua yang terlalu mengekang anak untuk tidak memainkan gawai atau gadget merupakan suatu pemandangan yang lumrah karena tujuannya sebenarnya baik, yakni menghindarkan anak dari penyalahgunaan alat komunikasi tersebut.
Namun, kadang kala niat baik orang tua justru membuat anak remaja yang dalam masa perkembangannya tersebut menjadi prahara baru yang berujung pada ketidaknyamanan dan mendorong kepada sikap pemberontakan.
Ketidaknyamanan anak terhadap perilaku orang tua kadang menjadi penyebab seorang anak bisa masuk ke dalam kelompok pergaulan bebas. Hal ini tidak dapat dipungkiri sebab remaja masih dalam usia labil. Permasalahan dalam keluarga menjadi sebab adanya konflik batin pada remaja. Karena merasa tidak nyaman maka remaja akan mencari lingkungan yang bisa membuatnya nyaman untuk disinggahi di samping keluarga salah satu yakni teman sepergaulan yang belum pasti selalu memberikan dampak positif. Orang tua akan semakin khawatir sebab anak lebih merasa nyaman di luar rumah ketimbang dengan keluarga karena merasa aman dan tidak membuatnya tertekan.
ADVERTISEMENT
Pandemi covid-19 selama satu tahun lebih memberikan kesempatan kepada banyak orang tua untuk lebih memperhatikan tumbuh kembang anak. Karena keberadaan anak selama 24 jam dirumah merupakan waktu yang tepat untuk melakukan pendekatan sosial dengan bentuk komunikasi dua arah bisa dilakukan secara efektif. Komunikasi ini dilakukan oleh dua orang yang akan melakukan pengiriman dan penangkapan respons kepada lawan bicara.
Prosesnya adalah pembicara pertama mengirimkan ungkapan kepada lawan bicaranya, setelah itu lawan bicaranya mengirimkan respons berupa tanggapan dari ungkapan yang diberikan oleh pembicara pertama. Dalam kehidupan normal maupun saat pandemi seperti ini seseorang telah melakukan komunikasi dua arah baik secara langsung maupun virtual.
Interpersonal Communication, Bentuk Komunikasi yang Efektif
Berbicara tentang komunikasi, ada banyak macam komunikasi yang dapat dilakukan sebagai upaya memberikan pendidikan moral dan anti narkoba terhadap anak. Pada permasalahan kali ini komunikasi antarpribadi bisa menjadi solusi yang lebih mudah memahami nasihat dari peran orang tua sebagai role model untuk anak. Komunikasi antarpribadi atau interpersonal communication merupakan bentuk komunikasi yang berlangsung antara satu pihak dengan pihak lain.
ADVERTISEMENT
Menurut Tri Agustina mengutip dari pendapat Diana Ariswanti mendefinisikan komunikasi antar pribadi merupakan proses dari pertukaran informasi di antara satu orang dengan orang lainnya secara langsung dapat diketahui tanggapannya (Agustina, 2019). Komunikasi antarpribadi dapat menjadi sebuah solusi dalam mendidik remaja tentang bahaya penyalahgunaan narkoba yang dipengaruhi dari teman sepergaulan.
Aktivitas komunikasi merupakan sebuah konsekuensi dan akan menimbulkan efek bagi masing-masing pribadi. Efek komunikasi antarpribadi membentuk tiga dampak seperti: 1). Kognitif, 2). Afektif, 3). Behavioral.
• Pertama, dampak kognitif merupakan respons dari pengetahuan yang didapatkan melalui pengalaman sehari-hari. Contohnya, saat mendapat sosialisasi tentang bahaya penggunaan narkotika remaja bisa mengetahui dampak negatif apa saja yang disebabkan oleh penyalahgunaan narkoba.
• Kedua, dampak afektif merupakan dampak yang terlihat setelah seseorang menerima informasi dan respons berupa perasaan. Contohnya, ekspresi ketika remaja mendapatkan nasihat dari orang tua terhadap tindakan yang dilakukan berupa senang, bahagia, kesal, amarah, sedih dan semacamnya.
ADVERTISEMENT
• Ketiga, dampak behavoral adalah dampak yang sangat diharapkan oleh semua pihak yaitu berupa perilaku. Contohnya, mendukung aparat penegak hukum dalam memberantas tindak pidana penyalahgunaan narkoba maka respons yang ditunjukkan adalah berupa perilaku remaja yang antusias mengadakan kegiatan bakti sosial anti narkoba.
Tujuan dari komunikasi antarpribadi adalah selain untuk memberikan informasi terkait bahaya penggunaan narkotika komunikasi ini juga memiliki sasaran agar remaja mampu membawa diri dan membatasi diri dari perbuatan negatif dengan cara mendidik, mempengaruhi, melatih, menghibur, meyakinkan, mengingatkan, menegur serta memberikan motivasi.
Komunikasi yang terjadi antara orang tua dan anak kadang tidak terjalin begitu harmonis sebab ketika orang tua sudah masuk ke topik pembicaraan yang sedikit sensitif terkait perilaku remaja, respons afektif anak terhadap apa yang dikatakan orang tua tak jarang menuai konflik.
ADVERTISEMENT
Jika sudah seperti ini orang tua memilih untuk mengurungkan niat berkomunikasi antarpersonal dengan anak. Kasus demikian perlu untuk diluruskan dengan cara melakukan pendekatan oleh orang tua kepada anak, membangun suasana yang kondusif dan nyaman untuk sekadar berkomunikasi secara mendalam kepada anak.
Komunikasi merupakan bentuk perhatian dan kasih sayang terhadap anak. Seharusnya anak lebih peka pada orang-orang di sekitarnya terutama orang tua yang menjadi sumber kehidupan bagi mereka yang masih bergantung pada orang tuanya. Kualitas komunikasi yang terbentuk merupakan cermin dari keharmonisan yang tercipta antara orang tua dan anak.
Respons yang baik sebagai akibat dari terjalinnya komunikasi antarpersonal akan diwujudkan dengan perilaku anak yang tanggap dan selalu peduli terhadap kejadian-kejadian di sekelilingnya. Tujuan yang sama antara anak dan orang tua akan menciptakan iklim yang strategis dalam berkomunikasi.
ADVERTISEMENT
Intensitas waktu yang diperlukan dalam melakukan komunikasi antara anak dan orang tua juga perlu untuk diperhatikan (Octo dkk, 2012). Banyaknya waktu yang dihabiskan untuk berkomunikasi juga tidak menjamin tersampaikannya seluruh informasi.
Harapan semua pihak terhadap kaum milenial sebagai generasi penerus anti narkoba adalah mampu memiliki akhlak dan moral terdidik dan mampu memberikan dukungan aktif dalam pelaksanaan pemberantasan penyalahgunaan narkotika.
Generasi milenial merupakan aset terbesar yang dimiliki sebuah negara dalam meneruskan cita-cita bangsa Indonesia yang tertulis dalam konstitusi RI, untuk mempertahankan peradaban negara yang adil dan makmur.
Generasi milenial anti narkoba adalah wujud prestasi dari keberhasilan BNN dalam menangani kasus penyalahgunaan narkoba pada kalangan remaja, selain itu peran orang tua dan remaja juga tidak kalah penting dalam pengelolaan mental dan moral melalui komunikasi yang sehat dan membangun respons positif dalam menanggapi isu-isu sosial, serta cakap terhadap seluruh problematika di dalam kehidupan masyarakat sekitar.
ADVERTISEMENT