Konten dari Pengguna

Bandung Skateboard: Antara Stigma dan Kurangnya Fasilitas Kota

Uyun Mubin
Saya adalah mahasiswi Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran.
6 Juli 2024 14:35 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Uyun Mubin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ridho, skater muda berprestasi asal Bandung. Foto: Uyun Mubin
zoom-in-whitePerbesar
Ridho, skater muda berprestasi asal Bandung. Foto: Uyun Mubin
ADVERTISEMENT
Bandung, kota yang mempunyai julukan sebagai Kota Kembang ini seringkali dibilang penuh dengan pesona yang unik dan cerita yang menarik, salah satu yang tidak tertinggal tentunya adalah perkembangan olahraga dan budaya skateboard.
ADVERTISEMENT
Di samping gemerlap popularitas skateboard saat ini, skateboard di Bandung sayangnya masih menghadapi berbagai tantangan, mulai dari stigma negatif yang melekat di masyarakat hingga minimnya fasilitas yang disediakan oleh pemerintah. Kedua hal tersebut menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Skateboard di Bandung.

Bermulanya Skateboard di Bandung

Komunitas skateboard di Bandung mulai terlihat akarnya pada tahun 1980-an. Saat itu, terdapat segelintir anak muda yang terlihat mulai berani meluncur di atas sebuah papan kayu beroda di jalanan kota. Dilatarbelakangi karena alasan terinspirasi dari budaya skateboard global, mereka bermain skateboard untuk mengekspresikan diri dengan cara yang berbeda.
Sayangnya, tidaklah mudah untuk para pionir skateboard di Bandung agar dapat mengekspresikan diri mereka dengan cara tersebut. Hal ini tidak lepas karena stigma negatif yang masih merajalela di masyarakat akan pandangan bahwa skateboard adalah aktivitas yang berbahaya, yang hanya dilakukan oleh anak nakal yang tidak tahu aturan, dan seringkali merusak fasilitas sekitar.
ADVERTISEMENT
Ditambah lagi, pemerintah yang juga belum menyediakan fasilitas seperti skatepark yang memadai sehingga memaksa mereka untuk berlatih di tempat yang seadanya.

Semangat dan Kreativitas di Tengah Keterbatasan

Skateboard di Bandung mulai memperlihatkan gelagat baru ketika memasuki era 2000-an, dimana komunitas-komunitas skateboard mulai berkembang dan mengadakan banyak event lokal, hingga toko-toko skateboard yang mulai muncul di sudut-sudut kota. Namun dibalik kemajuan tersebut, semangat dan kreativitas para skater muda yang menjadi penggerak utama perkembangan skateboard di Bandung ini masih terhambat karena minimnya infrastruktur yang tersedia.
Contohnya skatepark, fasilitas yang seharusnya ada dan memadai untuk berlatih dan bersosialisasi bagi para skaters ini masih sangat terbatas jumlahnya sehingga membuat mereka bermain dan berlatih di tempat umum yang berisiko untuk keselamatan mereka dan pengguna jalan lainnya.
ADVERTISEMENT
Hal ini juga yang membuat stigma negatif dari masyarakat menjadi tetap melekat kuat dan menjadi penghambat. Masyarakat memandang secara keliru bahwa skateboard adalah aktivitas yang merugikan dan berbahaya, yang harus mereka jauhi, dan terkadang membuat mereka memandang rendah, serta menghakimi para skaters.

Skater Muda Berprestasi Berharap Solusi

Ridho (16) adalah seorang skater muda asal Bandung yang telah banyak memenangkan kompetisi skateboard di acara-acara skateboard di Bandung Raya, dan sekitarnya. Beberapa waktu lalu, ia menjuarai perlombaan jumping skate dan long ollie yang diadakan oleh acara Road to Heppiii Skate Day Bandung Timur di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Padjadjaran pada Minggu, 16 Juni 2024 lalu. Melalui acara itu, Ridho berhasil mendapatkan sebuah papan skateboard baru dan beberapa hadiah lainnya.
ADVERTISEMENT
Bermula ketika ia melihat seseorang bermain skateboard di jalanan umum di Bandung pada akhir tahun 2020, Ridho melihat skateboard sebagai aktivitas yang seru dan menyenangkan. Tidak lama sejak hari itu, bermodalkan papan skateboard pinjaman dari temannya, ia mulai mencoba belajar skateboard sendirian.
Saking senangnya bermain skateboard saat itu, Ridho bahkan membawa papan skatenya ke sekolah yang berujung sekolah menyita papan skatenya. Akibat dari penyitaan itu, ia akhirnya mulai menabung untuk membeli papan skate baru.
Setelah berhasil membeli papan skate baru, ia kembali bermain dan berlatih sendirian, alasannya karena belum mempunyai teman bermain dan masih malu untuk berlatih bersama para skaters lain yang memang saat itu belum ia kenal. Ia bahkan baru berani untuk bermain di skatepark pada tahun 2022 lalu.
ADVERTISEMENT
Pengalaman pertamanya dalam mengikuti kompetisi skateboard adalah tahun 2023, di Jalan Sariwangi, Kabupaten Bandung Barat. Saat itu, ia masih belum bisa juara. Tidak lama setelahnya, ia kembali mengikuti acara kompetisi fun games di acara Skater of The Class, acara skateboard di Lucky Square Antapani, Bandung, dan berhasil memperoleh juara dua.
Sejak saat itu, ia semakin bersemangat dalam hobi skateboardingnya, ditambah lagi dengan dukungan kedua orang tua dan juga kakaknya. Sekarang, Ridho bahkan sudah mempunyai sponsor dari hobi skateboard-nya itu.
Bermain skateboard bagi Ridho tidak selalu berlangsung lancar dan sesuai keinginannya, selain dari saat papan skatenya yang disita guru, ia pun pernah mengalami cedera hingga pergelangan tangannya sakit dan luka hingga ia harus hiatus beberapa saat dari skateboard.
ADVERTISEMENT
Namun setelah apa yang ia lalui, ia tetap memutuskan untuk terus bermain skateboard hingga di masa depan nanti. Sempat ia bimbang untuk memilih antara berfokus pada pendidikan akademiknya atau pada hobi skateboardnya yang sudah cukup memberikannya penghasilan, akhirnya ia memutuskan untuk seimbang pada keduanya.
Sekarang, tidak hanya orang tua, kakak, dan teman-temannya, bahkan guru-gurunya yang sebelumnya melarang dan menyita papan skateboardnya di sekolah mulai mendukung dan membiarkan Ridho untuk terus menggeluti hobi skateboarding-nya tersebut dimanapun, termasuk di sekolah.
Ridho pun setuju bahwa terkadang stigma yang beredar di masyarakat adalah persepsi bahwa skateboard terlihat seperti budaya kriminal dari Barat karena mereka terlihat terbiasa bermain di jalanan seakan mengganggu publik dan merusak fasilitas, padahal sebenarnya skateboard adalah olahraga biasa sama seperti olahraga-olahraga lainnya, hanya saja memang memiliki beragam aksi dan trik yang menarik.
ADVERTISEMENT
Ia berharap, semoga stigma negatif dari masyarakat akan skateboard dapat menjadi lebih baik lagi dan juga mendapatkan dukungan berupa fasilitas yang memadai untuk berlatih dan bersosialisasi dengan teman-teman skater lainnya.

Perlu Solusi Untuk Dapat Prestasi

Stigma negatif dari masyarakat dan kurangnya fasilitas oleh pemerintah tidak dipungkiri menjadi batu penghambat perkembangan skateboard di Bandung. Hal itu dikarenakan membuat para skater sulit untuk berlatih dan mengembangkan bakat mereka secara optimal sehingga sulit juga meraih prestasi di bidang skateboarding.
Meskipun begitu, mereka tak pernah patah semangat. Mereka akan terus berjuang untuk mendapatkan fasilitas tempat dan pengakuan baik dari masyarakat. Banyak upaya terus mereka lakukan, mulai dari mengadakan dialog dengan pemerintah dan masyarakat, hingga melakukan aksi-aksi atau acara-acara positif seperti kompetisi yang disertai penggalangan dana untuk menepis stigma yang negatif.
ADVERTISEMENT
Hasil dari upaya mereka dapat dikatakan cukup berhasil, dikarenakan pemerintah Bandung, swasta, hingga komunitas-komunitas tertentu saat ini mulai menunjukkan kepeduliannya akan perkembangan skateboard di Bandung. Beberapa skatepark akhirnya dibangun, walaupun jumlahnya belum cukup memadai.
Masa depan yang cerah untuk skateboard di Bandung masih penuh akan harapan. Melalui semangat dan kreativitas para skater, dan dukungan dari berbagai pihak seperti pemerintah, swasta, hingga masyarakat akan membuat potensi perkembangan skateboard di Bandung menjadi lebih harum lagi. Skateboard masih dapat berkembang menjadi olahraga, seni, dan budaya populer yang akan menghasilkan banyak prestasi bagi Bandung tidak lama lagi.