Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Dibalik Keindahan Mega Mendung: Kunjungan ke Batik Hilma Cirebon
5 Mei 2024 18:30 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Vanesha Akhwa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Batik merupakan warisan budaya bangsa yang harus kita banggakan. Bahkan sekelas UNESCO telah melegitimasi keindahan warisan budaya batik. Oleh karena itu, warisan ini patut untuk kita jaga dan lestarikan, agar tidak akui oleh negara lain.
Meskipun batik telah lama menjadi bagian dari budaya Indonesia, popularitasnya terus berkembang secara global. Banyak desainer fashion internasional telah memasukkan motif batik ke dalam koleksi mereka, memberikan sentuhan modern pada tradisi yang kaya ini. Di Indonesia sendiri, industri batik terus berkembang dengan adanya pelatihan dan promosi untuk melestarikan seni ini.
Secara rinci, saya akan menceritakan pengalaman saya mengunjungi salah satu industri batik di Cirebon, bernama Batik Hilma. Pabrik batik tersebut berlokasi di Jl. Panjunan, Kalibaru, kecamatan Tengah Tani, Kabupaten Cirebon. Sebelumnya saya dan teman-teman kelas sudah meminta izin pada pihak penanggungjawab, untuk kunjungan lapangan ke industri tersebut.
Saat pertama kali masuk, tercium aroma lilin yang menyengat. Namun hal tersebut teralihkan kala Bapak Bukhori, selaku yang bertanggungjawab membimbing kami selama di Batik Hilma, tersenyum hangat menyambut kami dengan ramah. Setibanya di ruangan utama tempat membatik, kami dibagi menjadi 2 kubu, kelompok pertama membatik dan dapat dengan bebas mengeksplor tempat tersebut dan kubu kedua hendak berbincang dengan pak Bukhori untuk menggali wawasan tentang dunia batik.
Kebetulan saya berada di kubu lapangan terlebih dahulu. Saya enggan mencoba memegang canting tersebut pertama, sehingga saya langsung berkeliling untuk melihat proses pembuatan batik di pabrik tersebut. Pandangan mata saya langsung tertuju pada berbagai cetakan motif batik yang indah namun berat saat diangkat, lalu pekerja di sana mengatakan kepada saya, itu berat karna dilapisi besi, namun motifnya terbuat dari tembaga.
Saya langsung bergegas melihat proses pembuatan cetakan batik, untuk membuat batik cetak. Begitu teliti bapak pembuat cetakan merapikan satu-satu tembaga yang kemudian berubah menjadi sebuah motif yang indah. Di samping pembuatan cetakan, saya juga melihat proses pemberian warna pada batik. Saya sedikit kebingungan saat batik diwarnai, tetapi lilin yang terlukis rapih masih menempel dan tidak dilepaskan. Maka kemudian rasa penasaran saya terjawab kala batik tersebut direbus, lilin yang semula berwarna coklat, berubah menjadi warna putih bersih. Jadi selama ini, fungsi lilin yang dioleskan ialah untuk melindungi motif batik agar berwarna putih.
Sesudah bosan berkeliling, akhirnya bagian saya membatik tiba. Tangan saya bergetar kala membayangkan terkena sentuhan lilin panas. Namun, ibu pekerja yang baik hati dengan telaten mengajari saya agar tidak menumpahkan lilin panas pada tangan saya sendiri. Saat tengah asyik membatik, saya melihat motif yang saya lukis mengikuti pola, ternyata itu batik mega mendung!
Beberapa orang mungkin tidak asing dengan motif awan bergelombang ini. Batik Mega Mendung adalah salah satu motif batik khas dari Cirebon, Jawa Barat, yang terkenal dengan desain awan yang simetris dan indah. Motif ini memiliki makna filosofis yang dalam, melambangkan kekuatan alam dan kebesaran Tuhan. Motif Mega Mendung memiliki sejarah panjang, dimulai dari masa kejayaan Kerajaan Cirebon pada abad ke-15, dan hingga kini tetap menjadi salah satu warisan budaya yang dihargai dan dikagumi oleh banyak orang di Indonesia maupun di luar negeri.
Kala sedang menghayati dan mengapresiasi usaha sendiri dalam membatik (meskipun hasilnya sangat terlihat buatan pemula), saya bertanya pada ibu pekerja yang enggan dituliskan namanya tersebut, mengapa batik mega mendung warnanya biru tua. Lantas ibu tersebut menjawab karena awan yang mendung identik dengan biru tua, seraya terburu-buru menyelesaikan target membatiknya. Tak disangka dibalik keindahan batik mega mendung, ada tenaga yang rela duduk di depan kuali panas berisi lilin, tangan kebas karena terkena cairan cat warna, mengangkat cetakan besi yang berat setiap harinya, semua mereka lakukan dengan penuh semangat dan ceria, sehingga batik yang mereka hasilkan mencerminkan ketulusan mereka. Saya harap, pembaca sekalian dapat merasakan keasyikan membatik dengan mengunjungi industri batik terdekat. Mari melestarikan budaya Indonesia.
ADVERTISEMENT