Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Politik VS Generasi Z; Cinta atau Dilema?
9 Desember 2024 12:04 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Verlyn Patricia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bidang politik merupakan bidang yang cukup kontroversial. Pasalnya, banyak sekali hal-hal dan kasus yang terjadi dengan bidang politik. Selain itu, bidang politik juga masih didominasi oleh generasi X dan generasi millenial. Dengan adanya pernyataan ini, apakah generasi muda Indonesia tidak tertarik dengan bisang politik.
ADVERTISEMENT
Apa itu Generasi Z?
Sebelum melihat data-data yang ada, mari kita simak istilah berikut. Istilah GenZ mungkin tidak lagi terdengar asing bagi kita semua karena istilah ini sering kita dengar khususnya disosial media. Lalu, apa itu generasi Z? Generasi Z adalah generasi yang lahir pada tahun 1997-2012. Generasi ini sangat mahir mengoperasikan teknologi karena mereka lahir disaat perkembangan teknologi yang sedang sangat maju dan generasi ini juga dikenal sebagai iGeneration (Internet Generation). Dan, karakteristik yang dapat kita amati dari GenZ adalah:
• Sangat mahir dalam menggunakan teknologi masa kini.
• Lebih melek terhadap isu-isu sosial seperti feminisme dan masalah lingkungan.
• Cenderung bersifat egosentris dan individualistik.
• Dapat menghargai dan menjunjung tinggi nilai perbedaan dikemasyarakatan.
• Merupakan strawberry generation, memiliki ide dan inovasi yang baik namun tidak dapat bekerja dalam tekanan.
• Peduli terhadap manajemem keuangan seperti menabung dan melakukan investasi.
Minat Generasi Z dalam Bidang Politik
Setelah mengetahui definisi dari generasi Z, kita perlu melihat apakah generasi Z tertarik pada politik. Berdasarkan Katadata Insight Center, angka generasi Z yang tidak tertarik pada berita politik adalah 39,7%. Hal ini mungkin dapat dijadikan boomerang dalam pernyataan yang sudah disampaikan, namun jika dikulik lebih dalam lagi, hanya 8,7% generasi muda yang tertarik menjadi anggota partai politik dan 6,9% yang tertarik menjadi politisi. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa generasi Z cenderung lebih menikmati dalam aspek mengamati dan melihat berita politik daripada melaksanakan kepolitikan itu sendiri. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa tingkat partisipasi generasi Z dalam politik itu sendiri belum tinggi dan tingkat partisipasi dalam jalannya politik bisa dikatakan cukup tinggi persentasenya (60,3%). Rendahnya angka partisipasi dalam aspek menjadi aktor politik juga dapat disebabkan oleh hal-hal seperti maraknya korupsi, suap, kolusi, dan praktek-praktek kotor lainnya yang membuat generasi Z semakin tidak ingin menjadi bagian dari politik. Juga, dengan adanya banyak berita mengenai buruknya politik Indonesia, imej yang dipancarkan oleh bidang politik juga menjadi buruk.
Cara Meningkatkan Minat Generasi Z dalam Partisipasi Politik
Meski hanya segelintir generasi muda yang ingin berpartisipasi dalam kegiatan politik secara langsung, namun angka ini dapat meningkat. Cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan angka partisipasi ini adalah:
• Pemerintah dapat menggunakan sosial media untuk menyebarkan informasidan membuat konten menarik mengenai politik.
• Pemerintah dan partai politik dapat fokus pada isu anak muda.
• Mendorong generasi muda untuk mengikuti organisasi pemuda yang berlandaskan politik.
• Adanya penguatan kurikulum sekolah dan universitas mengenai pengetahuan politik.
• Memberikan apresiasi dan penghargaan yang relevan kepada generasi Z yang berpartisipasi dalam bidang politik.
Generasi Z dapat dikatakan sebagai kunci dalam menjalankan bangsa dan negara karena pemerintah sendiri juga mempunyai program Indonesia Emas 2045. Pemerintah dapat meyakinkan generasi muda mulai sekarang untuk terlibat aktif dalam politik. Generasi Z juga harus mulai melek terhadap politik dan berdampak bagi banyak masyarakat dan generasi muda lainnya.
ADVERTISEMENT