Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Bapak, Sosok yang Tak Pernah Bisa Tergantikan
12 Juni 2024 6:22 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Via Marchellinda Gunanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Biasanya, para ibu akan lebih dominan dalam mengurus pendidikan anak -anaknya. Namun, hal ini berbeda dengan Bapakku. Sejak dulu hingga saat ini, Bapak selalu dominan dalam mengurus pendidikan kedua anaknya.
Mulai dari menyiapkan bekal makanan untuk anak-anaknya sampai rutin mengambil rapot, ia lakukan tanpa mengenal rasa malu.
Sejak TK hingga SMA, Bapak selalu mengantar aku ke sekolah menggunakan motor bututnya. Tak jarang motor itu mogok di tengah jalan dan aku melanjutkan perjalanan dengan naik angkutan umum. Banyak sekali kejadian menarik yang terjadi antara aku dan bapak.
"Loh ini motornya kenapa pak?" tanyaku dengan suara lembut.
"Ndak tau ini Bapak, kenapa ya motornya bisa mati gini. Ya sudah, kamu lanjutin perjalanan ke sekolah pakai angkutan umum aja ya. Kalo nungguin Bapak, kamu pasti telat," jawabnya dengan tenang.
ADVERTISEMENT
"Yahh, kalo aku berangkat sendiri nanti Bapak gimana pulangnya?" tanyaku dengan sedikit khawatir.
"Itu urusan Bapak, nggak usah khawatir. Kamu berangkat sekarang ya biar nggak telat," tutur Bapak.
"Oke Pak, aku berangkat dulu ya. Bapak hati-hati di jalan," tutup aku untuk mengakhiri percakapan.
Keberadaannya yang selalu peduli dan perhatian terhadap aku membuat Bapak menjadi sosok yang sangat istimewa dan berharga di hidupku.
Aku adalah anak yang bisa dibilang sangat dekat dengan Bapak. Setiap hari aku habiskan waktuku untuk bersamanya. Ikut Bapak mengantar galon ke rumah pembeli, menyiapkan barang belanjaan yang orang-orang pesan, hingga mengangkat tabung gas elpiji sendirian sudah jadi rutinitasku di hari Sabtu dan Minggu.
Momen-momen kecil seperti itu tidak akan pernah aku lupakan. Aku bangga menjadi anak Bapak, karena ia selalu menyertakan aku dalam pekerjaannya.
ADVERTISEMENT
Bapak banyak mengajarkanku tentang berbagai hal, baik itu tentang pelajaran hidup maupun dalam bidang pendidikan. Pada setiap kesempatan, ia selalu menyisipkan pesan-pesan hidup yang berharga.
Dari Bapak, aku belajar tentang arti kerja keras, kejujuran, dan tanggung jawab. Ia mengajarkan bahwa pendidikan adalah kunci untuk masa depan yang lebih baik, tetapi juga menekankan pentingnya nilai-nilai moral dan etika. Ajarannya tidak hanya membentuk pengetahuanku, tetapi juga membentuk karakterku untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Hubungan aku sebagai anak dengan Bapak tidak selalu berjalan mulus. Terkadang, terdapat pertikaian ataupun percekcokan. Hal-hal kecil yang menurutku benar terkadang malah dianggap salah oleh Bapak. Ini sering kali memicu perdebatan di antara kami. Meskipun begitu, dari setiap perbedaan pendapat tersebut, aku belajar untuk lebih memahami sudut pandang Bapak dan menghargai cara pikirnya yang mungkin berbeda dengan diriku. Karena aku percaya, di balik itu semua ada pelajaran berharga tentang pentingnya menjaga komunikasi dan belajar untuk menurunkan ego masing-masing.
ADVERTISEMENT
Bapak merupakan sosok yang kuat dan gigih, terutama dalam bekerja. Ia bekerja dari pagi hingga malam, tanpa mengenal rasa lelah. Panas terik dan hujan badai tidak pernah menjadi penghalang baginya. Dengan dedikasi yang tinggi, ia terus bekerja demi memenuhi tanggung jawabnya.
Namun ketika sakit menimpanya, duniaku seakan runtuh. Sosok yang selama ini menjadi pilar keluarga tiba-tiba menjadi rapuh. Melihat Bapak terbaring lemah di tempat tidur, aku merasakan ketakutan yang mendalam. Bagaimana mungkin seorang yang selama ini selalu kuat dan tegar kini harus terkulai lemah?
Aku yang tampangnya selalu kuat dan cuek di depan orang-orang, langsung menangis dalam diam. Hari itu, aku tidak bisa tidur. Aku terus memperhatikan setiap hembusan nafasnya sambil berdoa dalam hati agar Tuhan memberikan lebih banyak waktu. Aku memohon agar Bapak bisa sembuh dan kembali menjadi sosok yang kuat seperti dulu. Aku takut jika Bapak meninggalkanku. Rasanya belum siap dan tak akan pernah siap.
ADVERTISEMENT
Setiap kali aku mendengar suara nafasnya yang berat, hatiku langsung berdebar. Aku takut jika suatu saat suara itu tiba-tiba berhenti. Aku takut jika suatu saat nanti aku tidak akan bisa mendengar suaranya lagi, tidak dapat melihat senyumnya, atau mendengar nasihat bijaknya. Kehilangan Bapak adalah ketakutan terbesar dalam hidupku.
Aku berharap, Bapak dapat bertahan lama di dunia. Aku tidak akan tahu sehancur apa diri ini jika sosok Bapak tidak hadir lagi di dalam hidupku.
Beruntung dan bersyukurnya aku ketika Tuhan mendengar doaku. Perlahan tapi pasti, kondisi Bapak mulai membaik. Sekarang, Bapak dapat tersenyum dan melakukan aktivitasnya seperti sedia kala. Melihat perubahan itu, hatiku dipenuhi rasa syukur yang mendalam. Tuhan telah mendengarkan dan memberikan hal-hal yang aku harapkan.
ADVERTISEMENT
Dan setiap kali ia tersenyum atau tertawa, hatiku melompat kegirangan. Kehadiran Bapak yang sehat kembali memberikan kebahagiaan yang tak terukur. Rumah kami yang sempat sunyi kini kembali ramai dengan canda tawa dan semangat hidupnya.
Pak, aku hanya ingin bilang bahwa tanpamu aku bagai kapal yang kehilangan kompasnya di lautan gelap.
Terakhir, dengan tulus aku ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada Tuhan dan Bapak. Terima kasih Tuhan karena Engkau telah memberikan kesempatan dan waktu yang lebih untuk menghabiskan hariku bersama Bapak.
Terima kasih juga, Pak, atas segala cinta, dukungan, dan pengorbananmu yang tak pernah lelah.
Aku berjanji akan terus berusaha menjadi anak dapat membanggakanmu, anak yang dapat diandalkan dan takut akan Tuhan. Aku mencintaimu, Pak.
ADVERTISEMENT