Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengapa Indonesia Membangun Ibu Kota Baru?
26 Januari 2022 16:53 WIB
Tulisan dari Avilla Nadhif tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ibu kota Indonesia Jakarta mulai menjadi kota yang menimbulkan banyak masalah, salah satu kota terpadat di dunia dengan segala fasilitas dan kesempatan yang ada menyebabkan kepadatan penduduk. Kemacetan lalu lintas dan banjir yang intensif adalah dua dari sekian banyak masalah yang tak kunjung usai. Namun, yang terpenting adalah bahwa Jakarta sekarang mulai tenggelam karena penggunaan air tanah yang masif. Beberapa studi dan penelitian menunjukkan bahwa 25% dari ibu kota akan tenggelam pada tahun 2050.
ADVERTISEMENT
Seruan untuk ibu kota baru bagi negara telah tumbuh cukup kuat bagi pemerintah untuk mengambil tindakan. Namun, apakah pemerintah saat ini sedang berjalan ke arah yang benar? Untuk itu, silakan simak artikel ini.
Ibukota baru ini rencananya akan terletak di Kalimantan Timur, di mana akan menempati 256.000 hektar lahan yang sangat besar dan rencana relokasi anggaran lebih dari $32 miliar dolar AS atau setara dengan 466 triliun rupiah. Di dalam kota baru ini, model pembangunannya akan dibangun sebagai apa yang disebut kota pintar, di mana akan dibentuk dari teknologi canggih yang ada pada saat ini yang akan membantu meringankan masalah yang dialami oleh ibu kota sebelumnya. Sebagai pusat bisnis baru dan yang akan datang di Indonesia, ibu kota ini akan menyaksikan pembangunan beberapa mega infrastruktur.
ADVERTISEMENT
Usulan rencana transformatif tersebut tentunya akan menjadi lompatan besar bagi perekonomian negara Indonesia karena masalah di masa lalu akan menjadi pelajaran untuk pembuatan rencana masa depan.
Jenis ambisi ini kemudian menghadirkan peluang besar bagi institusi negara-negara yang ingin berinvestasi di kawasan ibu kota mendatang. Itulah sebabnya sudah ada beberapa seruan untuk investasi internasional di ibu kota baru ini yang telah menunjukkan ketahanan yang kuat. Presiden Indonesia Joko Widodo bahkan mendapatkan lebih dari 44 miliar dolar investasi dari beberapa industri raksasa dari Uni Emirat Arab. Dana besar ini telah memungkinkan Indonesia untuk secara aman menampilkan ibu kota masa depannya sebagai tujuan ekonomi Asia berikutnya.
Apalagi investor dari Timur Tengah bukanlah satu-satunya yang menginginkan untuk menanamkan modalnya di Indonesia, tetapi juga investor dari Uni Eropa, Asia, dan Amerika Utara ingin bergabung. Alasan mengapa investasi internasional diperlukan untuk mengambil bagian karena fakta bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di seluruh dunia. Mengambil bagian sejak awal dalam proyek ini berarti Indonesia telah mengantisipasi agar tidak tertinggal oleh kemajuan zaman, dan karena investor berinvestasi lebih awal, yang berarti akan ada pengembalian investasi yang lebih tinggi di masa depan nanti.
ADVERTISEMENT
Kenaikan ekonomi negara Indonesia mungkin akan terkesan menakjubkan. Kita akan melihat betapa banyaknya pembangunan infrastruktur seperti transportasi, fasilitas pendidikan, dan beberapa pusat perekonomian lokal.
Pembangunan berkelanjutan bahkan akan memainkan peran besar, hijau, dan ramah lingkungan. Hal tersebut bisa dikatakan sangat menggelitik minat para pelaku bisnis skala internasional. Ibu kota bahkan rencananya akan menggunakan teknologi otonom di dalamnya, dan ini sebagian besar adalah produk bertenaga ramah lingkungan, seperti kendaraan listrik.
Penerima manfaat terbesar terletak pada siapa yang telah mencoba menegakkan hal itu sejak awal, tetapi pemain kunci seperti Grab dan Go-Jek mungkin sudah pasti akan menjadi pemenangnya. Dan di era perubahan iklim ini dapat menjadi jalan Indonesia untuk menuju masa depan yang lebih hijau.
ADVERTISEMENT
Meskipun keberlanjutan adalah inti dari konstruksi, masih ada kekhawatiran bahwa ini mungkin juga kelak akan dilupakan seiring berjalannya waktu. Konglomerat akan bergerak masuk, dan keserakahan untuk mendapatkan lebih banyak keuntungan dapat menyebabkan mereka melakukan deforestasi lebih lanjut di daerah tersebut dan mengorbankan keanekaragaman hayati yang telah ada sejak lama di lahan tersebut. Lebih jauh lagi, karena Kalimantan merupakan lokasi yang padat hutan, maka Kalimantan juga memiliki resiko kerusakan lingkungan yang lebih tinggi akibat kebakaran hutan. Kekhawatiran lainnya adalah, bagaimana pemerintah akan meyakinkan jutaan orang yang tinggal di ibu kota saat ini untuk meninggalkan segalanya dan mencoba memulai hidup baru di daerah yang tidak mereka kenal?
Masalah seperti ini jelas akan muncul ketika relokasi terjadi dan terserah kepada pemerintah bagaimana tantangan ini akan dihadapi. Namun, satu hal yang pasti yang akan kita ketahui adalah bahwa pada saat gerakan dimulai, lebih dari 1,5 juta tenaga kerja diperkirakan akan datang, dan dengan demikian kita akan melihat bagaimana perubahan akan terjadi sejak dini pada para manusia ini.
ADVERTISEMENT
Garis waktu bagi pemerintah untuk merelokasi ibu kota dalam beberapa tahun ke depan, sementara dapat dicermati bahwa masalah lingkungan dan sosial berperan cukup penting, dan masih ada satu hal yang tidak disebutkan dalam artikel ini, yaitu tujuan pemindahan ibu kota dari Jawa ke Kalimantan adalah sebuah cara dari pemerintah untuk memeratakan pembangunan dan investasi yang saat ini terlalu terkonsentrasi di pulau Jawa.
Lokasi yang lebih baru akan membantu mengurangi ketidaksetaraan yang dirasakan oleh wilayah-wilayah luar pulau Jawa dan membantu membuka peluang pekerjaan dan perbatasan ke seluruh negeri. Berbicara mengenai hal di atas, apa pendapat Anda sebagai warga negara Indonesia tentang ibu kota negara baru? Apakah Anda akan mendukungnya dan pindah ke ibu kota baru atau menurut Anda itu justru ide yang buruk?
ADVERTISEMENT