Konten Media Partner

Asyiknya Ngabuburit di Musala Atas Laut

28 Mei 2018 17:34 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Asyiknya Ngabuburit di Musala Atas Laut
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Jelang berbuka puasa, biasanya warga sering memanfaatkannya untuk menikmati suasana senja atau ngabuburit. Di pantai Mayangan, Kota Probolinggo, ada sebuah musala di atas laut yang menjadi favorit warga untuk ngabuburit.
ADVERTISEMENT
Tenang dan sejuk, itulah suasana di sekitar musala Nurul Bahar kompleks wisata bakau beejay Mayangan. Ada burung camar yang mencari makan di dasar laut yang surut menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Ditambah suasana sejuk hembusan angin dari sela-sela hutan bakau semakin membuat suasan senja semakin syahdu.
Musala ini mempunyai arsitektur unik mirip kapal phinisi ini yang tengah berhenti di tengah laut. Menggunakan atap dari terpal putih dan konstruksi tulang baja untuk bagian atasnya. Semakin membuat musala ini menyerupai layar kapal laut. Sementara di bagian bawah, di dominasi dengan kayu dan beton sebagai penyangganya.
Tiap sore saat Ramadhan, musala ini tak pernah sepi pengunjung. Baik yang ingin shalat, maupun sekedar melihat-lihat saja. Desain musala menjadi salah satu daya tarik utama bagi para pengunjung.
ADVERTISEMENT
“Bentuknya unik sih ya, tidak seperti musala biasanya. Jadi penasaran juga ingin merasakan beribadah di musala inii,” ujar salah satu pengunjung, Vera Nurdiana, kemarin.
Pengunjung yang beribadah di musala inipun, mengaku lebih khusyuk saat shalat. Saat beribadah di musala ini, hamparan bakau di depannya terlihat jelas.
“Ada sensasi berbeda, ketika beribadah di musala ini. Rasanya lebih tenang, dan khusyuk dalam menjalankan sholat,” tutur Lina Kusumawati, pengunjung lainnya.
Musala yang berarti cahaya di atas laut, menurut pengelola Beejay Bakau Resort Benyamin Mangitung, dibangun untuk mengakomodir pengunjung muslim untuk beribadah. Tentunya sebagai umat beragama, pengunjung bisa tetap beribadah disela-sela mereka berwisata.
“Kami namakan Nurul Bahar karena keindahannya di malam hari. Gelap yang mengelilingi sekitar musala, sangat kontras dengan gemerlap lampu yang sengaja dipasang di musala,” terang Benyamin.
ADVERTISEMENT