Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Mewakili Ningsih Tinampi, Surat Balasan untuk Asad Asnawi
17 April 2020 13:43 WIB
ADVERTISEMENT
SAYA yakin, Ningsih Tinampi tidak akan merasa perlu membalas surat terbuka Asad Asnawi melalui media ini. Sebab itu, tak ada salahnya jika saya mewakili Ningsih untuk menjawab surat tersebut.
ADVERTISEMENT
Saya cukup paham dengan cara berpikir Mas Aad, begitu saya biasa menyapanya. Tapi, untuk urusan ini, Mas Aad keliru.
Dalam “surat cintanya” kepada Ningsih Tinampi, ia menunjukkan ketidakpahamannya bagaimana orang seperti Ningsih Tinampi bekerja.
Mas Aad begitu tega menyemprot wanita asal Pandaan itu. Mulai dari mengaku garuk-garuk kepala, lalu menyebut Ningsih bukan paramedis, Ningsih membuat berita bohong, hingga menyebar informasi sesat. Astaghfirullah.. istighfar, Mas, istighfar.
Saya di sini bermaksud membuat semacam pledoi untuk Ningsih Tinampi idolaku. Pertama-tama, obat corona yang diproduksi dan dipromosikan Ningsih sebenarnyalah tak perlu diuji klinis. Karena, kita tahu, bahwa uji klinis itu hanya untuk sesuatu yang tidak di-suwuk.
Anda tahu kan di-suwuk? Ningsih sebagai seseorang yang linuwih tentu memiliki kemampuan itu. Ilmu suwuk yang populer di abad kegelapan itu mustahil gatuk dengan metode uji klinis yang bersandar pada falsafah reinassance Descartes: “Aku berpikir maka aku ada”.
ADVERTISEMENT
Lagipula, setelah membaca buku-buku seperti “Dialog dengan Jin”, “Dajal Akan Muncul dari Segitiga Bermuda”, “Flat Earth Conspiracy”, dan sejumlah artikel mengenai konspirasi Yahudi untuk menjatuhkan Islam, saya akhirnya paham, bahwa kebenaran ilmiah bukanlah kebenaran absolut. Ada kebenaran lain: alam gaib.
Nah, Ningsih Tinampi ada wilayah itu. Ilmu alam gaib hanya butuh klaim dan tak perlu diuji atau dipertanyakan. Ketika berhadapan dengan hal seperti itu, satu-satunya yang bisa kita katakan adalah, “yes, i do”, sebagaimana yang dinyanyikan Anji.
Memamg masalahnya ilmu itu sulit untuk dibantah, dipertanyakan, dikritik, karena memang tidak dapat dicerna otak.
Bahkan kadang-kadang sampai ada pemilik ilmu gaib yang tidak paham dengan ilmunya sendiri. Ilmu itu tiba-tiba ada pada dirinya, seperti batu yang masuk ke sungai. Mak plung!
ADVERTISEMENT
Bagaimana kita memahami aksi Ningsih Tinampi yang mendeteksi dalam tubuh seorang perempuan terdapat sperma genderuwo? Itu tak mungkin bisa dilakukan oleh dokter atau bidan Puskesmas, saudara-saudara. Hanya ilmu di abad kegelapan yang bisa melakukannya.
Apa saudara-saudara tidak ingat? Saya kira-kira sendiri, Ningsih mungkin sudah mengusir sekitar 2.084.737 imigran dari neraka yang hendak mengacaukan dunia. Bayangkan jika Ningsih diam saja! Akan lebih banyak manusia yang disesatkan setan!
Amal Taufik