Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Bangun Negeri dari Pinggiran
18 Agustus 2018 12:53 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
Tulisan dari wied kiki tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perjalanan tugas, selain membawa penulis berkelana ke luar negeri, juga membawa penulis berkeliling ke daerah-daerah di Indonesia. Kali ini penulis bertugas ke Belu, Nusa Tenggara Timur. Ini adalah kali pertama penulis bertandang ke daerah ini.
ADVERTISEMENT
Indonesia memang kaya. Untaian mutiara katulistiwa ini memiliki keunikan dan kekayaan tersendiri. Berbeda dengan hutan tropis basah yang sering dijumpai di Jawa dan Sumatera. Nusa Tenggara Timur menawarkan pemandangan sabana kering dengan angin yang bertiup sepoi.
Penulis menginjakkan kaki di Bandara AA Bere Tallo di Atambua, kota Kabupaten Belu, beberapa waktu setelah kejadian gempa besar di Lombok. Getaran gempa memang sampai ke daerah ini, namun tidak sampai menyebabkan kerusakan. Masyarakat daerah ini ternyata juga familiar dengan gempa. NTT juga termasuk salah satu jalur cincin api Pasifik.
Bandara AA Bere Tallo
Rai Belu dalam bahasa lokal yang artinya adalah tanah sahabat, memang sesuai. Masyarakatnya ramah dan hangat. Warga menyambut siapa saja yang datang sebagai sahabat. Penulis juga menemui tidak hanya warga Timor Leste sebagai tetangga terdekat, namun juga orang-orang dari pulau-pulau lainnya di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Belu memang tidak jauh jaraknya dari perbatasan dengan Timur Leste. Lalu lintas orang dan barang cukup dari kedua arah terjadi cukup intens. Berdasarkan pengakuan masyarakat setempat, arus barang dari Indonesia ke Timor Leste melalui pos lintas batas Motaain cukup dominan. Barang-barang kebutuhan sehari-hari dari Indonesia memang cukup diminati warga negara tetangga ini.
Sebagai daerah garda depan Indonesia, Belu terus berusaha memperbaiki diri. Daerah perbatasan merupakan etalase Indonesia. Potensi pengembangan daerah Belu cukup besar. Selain untuk memenuhi kebutuhan daerah sendiri, juga untuk pemenuhan minat dan permintaan dari negara tetangga. Sepertinya pengembangan ini bari dimulai, dari infrastruktur.
Pembangunan infrastruktur yang paling terasa adalah jalan dan kantor perbatasan. Jalan-jalan penghubung antar-desa di sini meski belum semua namun sudah banyak yang teraspal dengan baik. Masih terlihat alat-alat besar untuk perbaikan jalan di beberapa ruas jalan utama yang menghubungkan kota Atambua dan Motaain.
ADVERTISEMENT
Pos perbatasan Motaain memang telah ada, namun untuk meningkatkan marwah bangsa, maka kemudian dibangun pos yang lebih besar dengan beberapa kantor terkait lintas batas yang terintegrasi. Pembangunan ini dilakukan bersamaan dengan pos lintas batas lain, di antaranya Entikong dan Skouw.
Kepala Pos Lintas Batas Negara (PLBN) terpadu Motaain, Ibu Tiolan Hutagalung menyampaikan bahwa pembangunan kompleks PLBN ini belum selesai. Gedung utama kantor terpadu memang telah selesai dan berdiri megah yang kental dengan arsitektur lokal NTT.
Namun masih terlihat beberapa bangunan lain yang masih terus dibangun, untuk kompleks pasar dan terminal. Rencananya akan selesai pada tahun 2019. Pasar ini untuk mengakomodir lalu lintas barang dan sebagai upaya peningkatan ekonomi masyarakat sekitar perbatasan.
ADVERTISEMENT
Memang tidak ada satu blueprint untuk semua perbatasan, karena tiap daerah perbatasan memiliki keunikannya sendiri. Untuk perbatasan Motaain ini, kekerabatan terasa begitu erat. Beberapa suku yang ada di Belu, ada juga di Timor Leste, begitu juga sebaliknya.
Bahasa lokal pun sama, Bahasa Tetum. Pun kunjungan keluarga, tak terelakkan. Masih sering kita dapati seorang yang memiliki keluarga besar berada di Timor Leste. Banyak pula warga negara Timor Leste yang keluarga adatnya serta kampung halamannya berada di Belu ini.
Bupati Belu Willybrodus Lay menyadari keunikan daerah perbatasan ini dan berupaya mewujudkan mimpi warga Belu dengan membangun dari pinggiran. Upaya yang dilakukannya diantaranya dengan mengembangkan pertanian bawang merah.
Pak Bupati sadar akan daerahnya yang kering dan masih susah air bersih, namun juga sadar bahwa warganya adalah orang-orang petani tangguh. Tidak cukup dengan hanya mengandalkan panen padi sekali setahun.
Produk bawang merah dari Belu memang baru dimulai, para petani juga akan dikirim ke Brebes untuk mendapatkan ilmu dari saudara-saudara mereka di Jawa. Meski ini adalah daerah perbatasan dengan berbagai kekurangannya, semangat pembangunan untuk kesejahteraan masyarakatnya berkobar layaknya apai semangat Kemerdekaan RI.
ADVERTISEMENT
Salam HUT Kemerdekaan RI dari perbatasan RI-Timor Leste.