Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Sadza, Nasi Versi Zimbabwe
9 Agustus 2018 15:46 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
Tulisan dari wied kiki tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tinggal di luar negeri memang memberikan pengalaman tersendiri, tidak hanya mengenai orang-orang dan lingkungan yang sama sekali lain, tapi juga soal makanan. Bagi orang Indonesia umumnya, makanan adalah hal utama. Terbukti dengan semakin banyaknya inovasi kuliner yang diciptakan oleh bangsa ini, dari pelosok desa hingga kota.
ADVERTISEMENT
Nasi adalah salah satu makanan pokok bangsa Indonesia. Karena cintanya bangsa ini akan nasi, maka jika belum makan nasi, meski sudah makan makanan lainnya, tetap saja dibilang belum makan. Kira-kira pernahkah pembaca terpikir bagaimana kalau tinggal di luar negeri dan makanan pokoknya bukan nasi? Mungkin bisa saja akhirnya beradaptasi dengan makanan lokal.
Nah, berbicara tentang makanan pokok, apakah pembaca tahu makanan pokok sebagian besar orang Afrika yang tinggal di bagian selatan? Ternyata mereka ini makanan pokoknya adalah jagung. Berhektar-hektar hamparan jagung mendominasi lahan-lahan pertanian di Zimbabwe, Zambia, Afrika Selatan dan Mozambik.
Kalau di Indonesia, mungkin kita hanya mengenal jagung kuning atau putih/kuning pucat. Ternyata ragam jagung di Afrika bagian selatan ini cukup bervariasi lho. Umumnya jagung untuk makanan pokok ini disebut dengan “maize.” Warna jagung ini bermacam-macam. Selain kuning dan kuning pucat, juga ada yang berwarna merah gelap, coklat, kebiruan, kehijauan dan hitam.
Macam-macam jagung (Sumber: Flickr)
ADVERTISEMENT
Umumnya pohon-pohon jagung yang siap panen dibiarkan hingga mengering di pohonnya. Kemudian setelah jagung-jagungnya dipanen, pohon-pohon jagung yang sudah kering tersebut dihancurkan untuk dipakai menyuburkan lahan. Jagung ini tidak begitu saja dijadikan makanan pokok, namun diolah terlebih dahulu melalui proses penghalusan.
Jagung olahan yang belum dimasak ini ini disebut “mealie meal” atau “maize meal” yang berbentuk tepung jagung. Tapi ini beda lho dengan tepung maizena, karena rasanya yang juga beda.
Memasak mealie meal sebenarnya cukup mudah, karena hanya perlu menambahkan air dan sedikit garam dan dimasak dengan api kecil. Namun dibutuhkan kesabaran, karena harus sering diaduk, agar tidak menggumpal dan lebih merata. Bentuk mealie meal yang sudah masak, namanya berubah menjadi sadza.
ADVERTISEMENT
Ada pepatah umum di Zimbabwe bahwa perempuan yang belum dapat memasak sadza, belum pantas menikah. Di lain pihak, para lelaki dalam mencari istri pun juga mensyaratkan kemampuan memasak sadza. Oleh karena itu, umumnya perempuan di negara-negara Afrika bagian selatan ini dapat memasak sadza ini.
Nama makanan pokok ini pun berubah sesuai dengan negaranya. Jika di Zimbabwe disebut sadza, maka di Afrika Selatan namanya menjadi Pap atau Isitshwala. Di Zambia dan Malawi, namanya berubah menjadi Nshima/Nsima. Sedangkan di Botswana disebut Phaletšhe.
Sadza dengan lauk daun rape dan ayam (Sumber: Wikipedia Commons)
Makanan ini tidak hanya dapat dijumpai di Afrika bagian selatan saja, namun juga hingga ke Afrika bagian timur dan barat. Tentu saja dengan nama yang berbeda-beda. Sebelum meluasnya perkebunan jagung, sadza ini berasal dari jawawut. Sadza juga dapat berasal dari ubi-ubian.
ADVERTISEMENT
Makanan pelengkap sadza umumnya cukup sederhana. Untuk sayurnya hanya daun rape yang ditumis dan kacang merah yang dimasak sedikit kental. Daun rape ini sejenis dengan kale dan biasanya masyarakat di Zimbabwe menanam tanaman ini secara mandiri di halaman rumah mereka. Selain itu, pilihan tambahan lauknya adalah daging ayam, sapi atau ikan. Ah…ini nikmat sekali.
Satu hal lagi yang membuat nikmat adalah kita tidak perlu malu untuk menggunakan tangan sebagai sendok. Ya, ternyata rata-rata orang Afrika bagian selatan ini menggunakan tangan langsung untuk makan. Mereka menggunakan tangan kanan untuk makan, sama seperti kita di Indonesia jika pulang ke kampung halaman di desa.
Nah, berbicara tentang lauk, memang pilihannya tidak banyak, antara ayam, sapi atau ikan, yang dimasak cukup sederhana dan tidak terlalu berbumbu. Ikan yang dimasak umumnya adalah ikan air tawar, karena negara seperti Zimbabwe, Zambia dan Malawi tidak memiliki laut. Daging kambing kurang begitu popular, namun tersedia di beberapa tempat. Lauk lainnya yang khas Afrika bagian selatan adalah Mopane worms atau ulat pohon Mopani. Ulat-ulat ini diambil dari batang-batang pohon Mopani di waktu-waktu tertentu. Untuk lauk, ulat ini biasanya hanya digoreng saja.
Ulat Mopane (Sumber : Flickr)
ADVERTISEMENT
Restauran berantai seperti KFC ternyata juga menyediakan menu sadza, untuk lebih dapat beradaptasi dengan masyarakat setempat. Mungkin sama seperti restauran berantai yang ada di Indonesia, mereka harus menyediakan nasi untuk menyesuaikan dengan selera masyarakat. Makanan pokok memang beda-beda, tapi yang penting gizi tetap terpenuhi.
Menu Streetwise dari KFC di Zimbabwe dengan Sadza (Sumber www.kfc.co.zw)