Konten dari Pengguna

Dari Kamar Mandi, Sampai Bertemu Presiden Jokowi

Wijiati Supari
Aku adakah pengikat jejak dengan karya
21 Mei 2018 23:59 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wijiati Supari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dari Kamar Mandi, Sampai Bertemu Presiden Jokowi
zoom-in-whitePerbesar
Ketika orang menyebut kamar mandi, pasti akan terbesit dalam pikiran, yaitu tempat untuk buang hajat. Tetapi lain lagi bagi saya, kamar mandi selain tempat untuk membersihkan diri dari hadas kecil dan hadas besar, tetapi juga sebagai tempat yang paling indah untuk menghabiskan waktu melukis kata menjadi sebuah karya.
ADVERTISEMENT
Sebagai PMI yang sadar pikun, ketika pada jam kerja tiba-tiba saya menemukan ide dan langsung ingin segera mengikatnya, saya langsung memilih kamar mandi menjadi ruangan paling sakral, dan tempat persembunyian paling dasyat dari pantauan CCTV. Namun, sepandai-pandai tupai melompat pastinya akan jatuh juga begitu juga yang saya alami.
Kisah berawal ketika saya sedang mengepel lantai, dan tiba-tiba ada ide menulis cerita pendek, secepat kilat saya mendarat di kamar mandi untuk mengikat kata menjadi kisah, maklum emak-emak seperti saya ini tingkat kepikunannya level wahid. Namun kali ini nasib sedang tidak memihak kepadaku, belum ada 2 menit duduk menyepi, tiba-tiba suara gedoran pintu membahana dari luar. Siapa lagi kalau bukan nenek tercinta yang melakukan.
ADVERTISEMENT
"Anti, keluar sekarang juga! Cepat! Atau akan aku buka paksa pintu ini!" teriakan yang lantang membuat konsentrasi saya buyar seketika.
"Dalam hitungan ketiga, kamu tidak keluar akan tahu rasa! Satu, dua ti...," hitungan ketiga belum selesei, akhirnya saya menyerah dan membuka pintu kamar mandi dengan ekspresi datar. Tentu saja, setelah aksi tangkap tangan oleh nenek tersebut, status saya dari tersangka menjadi terdakwa, hal inilah yang akhirnya membawa saya ke persidangan meja makan. Biasanya bertindak sebagai hakim adalah majikan perempuan, dsn disaksikan oleh seluruh anggota keluarga tentunya.
"Dia itu seperti tidur di kamar mandi, aku yakin, dia pasti bermain handphone, kamu telah membayarnya, bagaimana mungkin waktunya cuma dihabisin untuk bermain-main," begitulah sepengal kalimat tanda cinta yang sering didendangkan di depan majikan saya.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya selain menjadi pekerja migran Indonesia, saya juga merangkap sebagai kontributor di media online dan media cetak Berita Indonesia, koran international yang berbahasa Indonesia yang terbit di Hong Kong. Untuk mengantisipasi bisa mengirimkan naskah tepat waktu, saya diwajibkan bisa mengatur waktu dan tempat sebaik mungkin. Dan lagi-lagi kamar mandi sebagai tempat buang hajat dan kantor pribadi saya untuk membayar kewajiban saya sebagai penata aksara di media tersebut.
Hari telah berganti, waktu pun telah berlalu, telah banyak kisah terlewati bersama keluarga majikan, hingga tidak terasa detik ini, sudah menginjak angka ke delapan belas tahun. Kejadian-kejadian kamar mandi seperti di atas masih kerap saya alami, namun tak mengurangi rasa malas untuk terus berkarya dalam menggeluti dunia sastra.
Dari Kamar Mandi, Sampai Bertemu Presiden Jokowi (1)
zoom-in-whitePerbesar
Pose sesaat sehabis wawancara bersama Mbak Najwa Shihab, sambil menyerahkan antologi Kisah Berhikmah. Poto by Michael.
ADVERTISEMENT
Di sini kadang saya merasa menjadi salah satu pekerja migran bernasib mujur, memiliki majikan yang selalu mendukung hobby saya, yaitu menulis. Beliau juga kerap memberikan semangat setiap saya ingin mempelajari sesuatu. Salah satunya dunia fotografi, dengan izinnya juga saya bisa mewarisi kamera Nikon Pak Boss untuk mendukung hobby saya.
Dari Kamar Mandi, Sampai Bertemu Presiden Jokowi (2)
zoom-in-whitePerbesar
Poto by Veethree
Dengan semua kebaikan yang diberikan kepada saya, tentunya saya tidak ingin mengecewakan kedua majikan saya. Caranya, saya benar-benar mengasah bakat saya di bidang menulis dengan bergabung di komunitas kepenulisan Forum Lingkar Pena Hong Kong, dan di bidang fotografi dengan bergabung di komunitas fotografi AS 2in1 (Kopi PanAS 2in1) Telin Hong Kong.
Dari Kamar Mandi, Sampai Bertemu Presiden Jokowi (3)
zoom-in-whitePerbesar
Poto by Andi Andreas
ADVERTISEMENT
Tidak ada perjuangan yang sia-sia dan tidak ada hasil yang berkhianat kepada kerja keras. Meski hidup sebagai emak-emak, tapi semangat hidup harus tetap umur tuju belas. Puji syukur senantiasa saya panjatkan ke hadirat Tuhan yang maha Esa, dengan diberikan waktu untuk berjuang menjadi penghuni kamar mandi, maka saya bisa mempersembahkan prestasi kepada majikan saya.
Dari Kamar Mandi, Sampai Bertemu Presiden Jokowi (4)
zoom-in-whitePerbesar
Poto by FP Kemenaker
Alhamdulillah, selama berkarya saya telah berhasil beberapa kali memenangkan lomba menulis yang diadakan oleh komunitas, dan lomba fotografi yang digelar oleh Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Hong Kong, dan senangnya piala diberikan langsung oleh Menteri Tenaga Kerja, Hanif Dhakiri di acara peringatan kemerdekaan RI di Victoria Park.
Dari Kamar Mandi, Sampai Bertemu Presiden Jokowi (5)
zoom-in-whitePerbesar
Poto by Ocuz
ADVERTISEMENT
Selain itu, beberapa buku antologi di antaranya buku antologi berjudul Miracle of Life, buku "Kisah Berhikmah" kumpulan karya terbaik pekerja migran Indonesia dari berbagai negara, buku antologi puisi berjudul Senandung Mimpi Hawa, buku antologi Jalan-Jalan Seru di Hong Kong, sebuah buku antologi travel story karya anggota FLP Hong Kong.
Dari Kamar Mandi, Sampai Bertemu Presiden Jokowi (6)
zoom-in-whitePerbesar
Poto by Yuni Sze
Namun, yang paling berkesan pada setiap perjalanan pena saya adalah, ketika saya berkesempatan mewakili Koran Berita Indonesia meliput langsung kunjungan Presiden Republik Indonesia Bapak Joko Widodo pada tanggal 31 Maret dalam acara temu kangen masyarakat Indonesia di Hong Kong, dan pada tanggal 1 Mei 2017 dalam acara "Indonesia - Hong Kong Business Meeting in Honour of The President of the Republic of Indonesia H.E. MR. Joko Widodo" in Conrad Hotel Admiralty.
ADVERTISEMENT
Sampai saat ini sebenarnya saya masih idak percaya, bahwa seorang babu seperti saya, yang hanya lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, dan hanya belajar ilmu jurnalistik secara ototidak bersama teman-teman di FLP Hong Kong, bisa berdiri bersama puluhan media asing dari berbagai negara. Tentu saja dengan jalan harus memenuhi persyaratan yang diberikan KJRI kepada media yang akan meliput kunjungan presiden Jokowi tersebut.
Kini, semua telah berlalu, seiring waktu yang berjalan menemani ujung kontrak kerja saya bersama majikan, maka dengan ini saya ingin mengemas dan menyimpan indahnya kejadian yang terukir selama berada di Hong Kong. Bahkan, keindahan kisah kasih dalam kamar mandi yang telah mampuenjafi pengantar bertemu bersama Presiden Jokowi ini merupakan satu sejarah hidup yang akan menjadi cerita untuk anak cucu kelak.
ADVERTISEMENT