Konten dari Pengguna

Menjadi Manusia Terasing: Konsep Georg Simmel dalam Interaksi Sosial

Wiwit Putra Bangsa
Bekerja sebagai ASN di Bapas Purwokerto sebagai Pembimbing Kemasyarakatan. Menulis Buku Orang-orang Tersesat (Aglitera, 2021). Cerpennya terpublikasikan di beberapa media. Puisi Liana menjadi juara satu kompetisi online tingkat nasional (2023)
9 Oktober 2024 14:56 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wiwit Putra Bangsa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Georg Friedrich Simmel merupakan seorang Filsuf dan sosiolog yang lahir dari keluarga Yahudi. Simmel Lahir dan dibesarkan di Berlin pada tanggal 1 Maret 1858. Simmel mengonsepkan tentang interaksional terstruktur dalam berbagai bentuk. Membedakan antara “form” dan isi, dan Simmel menyebutnya dengan Sosiologi Form.
ADVERTISEMENT
Form mengacu pada pola atau struktur interaksi sosial, dan isi mengacu pada motivasi, tujuan, atau materi yang mendasari interaksi.
Foto oleh Life Matters: https://www.pexels.com/id-id/foto/massa-pengunjuk-rasa-memegang-tanda-dan-berlutut-4614149/
zoom-in-whitePerbesar
Foto oleh Life Matters: https://www.pexels.com/id-id/foto/massa-pengunjuk-rasa-memegang-tanda-dan-berlutut-4614149/
Misalnya hubungan antara dokter dengan pasien, ada bentuk kerja
sama antara hubungan keduanya, tetapi konteks bisa berbeda menjadi disasosiasi atau konflik dalam hubungan interaksi antara dokter dengan pasien tersebut.
Selain itu Simmel juga menjelaskan dalam interaksi tersebut, subyek bisa menjadi Stranger atau orang asing/terasing. Merujuk pada contoh di atas hubungan antara dokter dengan pasien. Pasien akan berubah konteksnya menjadi terasing jika interaksi keduanya tidak ada asosiasi/kerjasama dan disasosiasi/konflik. Contohnya pasien tersebut menunggu di ruang tunggu, pasien tidak berinteraksi dengan dokter tetapi masih dalam ranah dokter atau rumah sakit.
Stranger/orang asing/keterasingan
ADVERTISEMENT
Individu sering merasa terasing, hidup dalam fragmentasi sosial, dan menghadapi hubungan yang semakin impersonal akibat tingginya tuntutan masyarakat yang saat ini berorientasi pada waktu, uang, dan efesiensi.
Simmel berpendapat bahwa, orang cenderung kehilangan identitas individu karena hidup dalam lingkungan yang menuntutnya serba cepat dan terstruktur. Dia menyoroti fenomena "blasé attitude" atau sikap acuh tak acuh yang berkembang dalam masyarakat, di mana orang-orang menjadi tidak peka terhadap rangsangan karena intensitas kehidupan yang tinggi. Ini menghasilkan hubungan sosial yang lebih dangkal, tetapi juga memungkinkan munculnya bentuk kebebasan baru karena individu tidak lagi terikat pada norma sosial yang ketat.
Simmel menekankan pentingnya menganalisis pola atau struktur yang mendasari interaksi sosial, terlepas dari isi atau konteks spesifiknya. Simmel menunjukkan bahwa dalam masyarakat, interaksi manusia terjadi dalam bentuk-bentuk yang berulang seperti pertukaran, konflik, kerja sama, dan dominasi, yang memberikan struktur pada hubungan sosial. Dengan memfokuskan pada bentuk interaksi, Simmel mampu menjelaskan bahwa meskipun isi dari hubungan tersebut dapat berbeda, pola atau formasi interaksi tersebut tetap konstan, mencerminkan dinamika sosial yang lebih mendasar.
ADVERTISEMENT