Konten dari Pengguna

Jangan Pelit Memuji Anak, Mom!

Wuryanti Sri
Ibu rumah tangga dan pemerhati pendidikan yang gemar menulis
16 Mei 2022 22:35 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wuryanti Sri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi, Sumber : Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi, Sumber : Pexels
ADVERTISEMENT
"Ini lho, putri Mama paling cakep langganan juara, sun dulu dong, selamat ya," Mama memeluk Miki, putrinya sambil cipika cipiki dengan wajah berbinar bahagia. Miki yang masih duduk di TK, hari itu menjadi Juara Pertama Mewarnai Gambar. Miki membalas pelukan dengan sedikit senyum yang dipaksakan lantaran melihat sang kakak di pojok ruangan sedang menunduk.
ADVERTISEMENT
Sudah tak terbilang berapa kali Mama selalu memuji prestasi Miki di hadapan Miko sang kakak. Bahkan kadang pujian-pujian itu dianggap Miko terlalu berlebihan. Sebaliknya, Miki sendiri belum pernah sekali pun menjumpai Mama memuji Miko meski dia tahu ada beberapa prestasi sang kakak yang luput dari perhatian Mama. Misalnya, Miko pernah memperoleh peringkat pertama dalam lomba Adzan di TPQ tempatnya mengaji tiap sore, juara tiga Tajwid dan lain-lain.
Dua bersaudara Miko dan Miki adalah contoh nyata yang sering kita temui di beberapa keluarga. Tidak setiap keluarga mau atau tahu betapa pentingnya mengapresiasi kemampuan anak. Padahal dengan begitu mereka merasa didukung oleh orang-orang terdekat dan hal ini mampu menambah rasa percaya diri dan membuat lebih bersemangat untuk hari-harinya ke depan.
ADVERTISEMENT
Sekecil apapun prestasi anak, pujian ringan atau sedikit sanjungan dari orang tua atas setitik nilai kebaikan yang telah diupayakan anak, akan sangat berarti bagi mereka. Bukan pujian asal puji atau sanjungan yang berlebihan, karena yang demikian justru akan menumbuhkan rasa ego yang berlebih. Misalnya, muncul perasaan: ini lho aku, kamu bisa seperti aku tidak?
Setiap anak yang lahir sudah membawa bakat masing-masing dan tidak selalu sama bagi anak satu dan lainnya. Untuk menggali bakat yang masih terpendam, orang tuanya yang lebih berhak bukan orang lain. Bila mampu, orang tua juga yang seharusnya memberi fasilitas demi tersalurnya bakat mereka. Karena yang paling tahu kekurangan dan kelebihan anak adalah orang tua.
Seiring tumbuh kembang anak, akan tampak potensi-potensi yang mereka miliki dan akan lebih terasah dan terarah jika orang tua menyadari sejak dini. Apabila dijumpai seorang anak yang diam, pasif dan tak menampakkan bakat apapun, bukan berarti tak berbakat apa-apa, bisa jadi tak ada stimulan yang mampu menggalinya.
ADVERTISEMENT
Memuji anak juga ada seninya. Hendaknya tak memuji anak dihadapan orang banyak. Bisa jadi membuatnya besar kepala. Begitu pula seandainya anak melakukan kesalahan, janganlah ditegur di depan umum atau di depan teman-temannya, karena akan membuatnya malu. Ini akan membunuh kreatifitas positif yang ada dan bisa menimbulkan rasa minder atau rendah diri.
Masih banyak orang tua yang kurang memahami perasaan anak sehingga disengaja atau tidak kadang mengeluarkan kata-kata yang melukai hati anak. Sering saya jumpai, misalnya: "Adikmu hampir tiap tahun selalu juara, kamu kapan? Andai saja kamu lebih rajin lagi, pasti kamu bisa peringkat satu." Nah, kata-kata ringan dan sepele seperti itu justru membuat anak merasa tertekan dan terintimidasi.
Jangan sampai terjadi seperti kisah Miko. Suasana gembira yang seharusnya bisa dia nikmati bersama dengan orang tua dan adik berubah menjadi suasana menyakitkan baginya. Ada rasa iri dan cemburu terhadap saudara sendiri karena perlakuan sang Mama yang dirasa tidak adil. Padahal Mamanya tahu dan melihat bahwa dia sudah berusaha sungguh-sungguh dengan rajin belajar tiap hari.
ADVERTISEMENT
Menjadi anak yang memiliki banyak prestasi sudah pasti membanggakan orang tua. Akan menjadi tidak adil ketika orang tua membanding-bandingkan anaknya dengan anak yang lain. Sampai di mana kemajuan yang anak peroleh, itu sudah batas maksimal yang ia mampu. Sebagai orang tua, yuk, kita hargai anak-anak kita meskipun minim prestasi. Kita apresiasi jerih payahnya dan kita budayakan saling memuji di antara mereka, agar menjadi pendorong semangat menuju keberhasilan sekecil apapun.