Konten dari Pengguna

Perubahan Iklim: Masih Adakah Masa Depan bagi Umat Manusia?

YASMIN NAWAWI
Mahasiswi Psikologi Universitas Brawijaya
4 Mei 2022 6:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari YASMIN NAWAWI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kehancuran bumi https://pixabay.com/illustrations/climate-change-global-warming-2254711/
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kehancuran bumi https://pixabay.com/illustrations/climate-change-global-warming-2254711/
ADVERTISEMENT
"Maybe Thanos was right"
Untuk mengawali tulisan ini saya akan sedikit kembali mengingatkan kita akan ending dalam film Avengers: Infinity war, di mana Thanos dengan kelima infinity stone yang dia miliki melakukan genoside dengan menghilangkan setengah populasi dari manusia yang menghuni bumi menjadi debu. Thanos melakukan hal tersebut dengan tujuan mulia sebenarnya, berusaha untuk menyeimbangkan bumi yang dia rasa telah kelebihan manusia sedangkan sumber daya untuk menunjang kehidupan manusia itu sendiri semakin terbatas.
ADVERTISEMENT
Tentu kita dapat berargumen bahwa yang dilakukan Thanos berlawanan dengan moralitas yang kita miliki, namun yang perlu di garis bawahi mengenai tindakan Thanos adalah kita, manusia, menghadapi suatu krisis yang jelas dan nyata dan harus segera kita cari tahu bagaimana solusinya dan tentu saja tanpa harus menghilangkan setengah dari populasi manusia yang ada.
Saat ini manusia di dunia, setidaknya menurut data dari PBB mencapai angka 7,9 miliar dan akan selalu bertambah. Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan dari banyaknya manusia yang menghuni bumi sekarang ini, pertama semakin banyak lahan yang harus digunakan manusia untuk mereka tinggal, semakin banyak energi yang harus digunakan, dan juga semakin banyak lahan yang digunakan untuk pertanian dan peternakan guna menunjang kebutuhan pangan mereka.
ADVERTISEMENT
Yang selalu dikorbankan untuk memenuhi semua itu selalu sama, yaitu alam, manusia kadang kala dalam memenuhi kebutuhannya selalu mengeksploitasi hal-hal yang ada pada alam itu sendiri.
Dengan alam yang senantiasa terus menerus “diperas” oleh manusia pada akhirnya hanya menyisakan alam yang “sakit”, dengan alam yang sakit akan seberapa jauh manusia akan sanggup bertahan di bumi ini? Atau sekalipun kita sanggup bertahan dengan sumber daya yang semakin terbatas untuk banyaknya manusia yang ada, sejauh mana sumber daya tersebut tidak akan menjadi sumber konflik di antara manusia manusia?
Mungkin kita sering mendengar dan membaca di media massa bahwa bumi saat ini sedang tidak baik-baik saja dan di media sosial sering kita jumpai berbagai campaign untuk menjaga bumi. Bumi sedang tidak baik-baik saja, itu benar, manusia sedang menghadapi karma dari apa yang telah mereka perbuat untuk alam dan bumi ini, perubahan iklim yang menyebabkan krisis air bersih, kebakaran hutan, banjir, heat wave dan berbagai rentetan bencana lainnya dipicu dari tindakan tidak bijak yang dilakukan manusia dalam memanfaatkan juga menggunakan sumber daya alam yang tersedia.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana yang kita ketahui bersama pemicu dari perubahan iklim salah satunya adalah akibat dari pemanasan global, pemanasan global seringkali dipicu oleh kegiatan manusia dalam menggunakan sumber daya fosil. Penggunaan batu bara sebagai bahan untuk pembangkit listrik, penggunaan bensin dan solar dalam moda transportasi menjadi hal-hal yang menyumbang emisi karbon pemicu pemanasan global.
Dengan banyaknya manusia yang ada tentunya pemakaian akan listrik bertenaga batubara dan terlebih penggunaan transportasi bertenaga fosil juga sama banyaknya, mungkin saat ini sudah banyak dari kita yang beralih menggunakan energi terbarukan khususnya dalam pemakaian listrik namun untuk penggunaan transportasi kebanyakan dari kita masih menggunakan energi fosil.
Dan hal tersebut diperparah dengan semakin menipisnya hutan sebagai penyerap emisi karbon yang ada, dalam laporan Deforestation Fronts: Drivers and Responses in a Changing World, kita kehilangan 43 juta hektar hutan dunia sepanjang satu dekade terakhir ini.
ADVERTISEMENT
Deforestasi global ini disebabkan oleh adanya peralihan lahan hutan menjadi lahan pertanian dan peternakan komersial, di Asia sendiri peralihan lahan hutan ini dipicu oleh oleh peningkatan permintaan global dan pasar domestik atas hasil perkebunan dan pertanian.
Ketiadaan hutan akan memperparah pemanasan global dan semakin parah pemanasan global semakin kita mendekat pada perubahan iklim dan tentu saja perubahan iklim akan membawa kita pada rentetan bencana yang tiada habisnya.
Yang paling terasa dampaknya dari perubahan iklim sekarang ini adalah naiknya suhu global, suhu rata-rata bumi naik sekitar 1 derajat celcius sejak era revolusi industri dimulai dan hal ini diperkirakan akan naik menjadi 1,5 derajat celcius pada akhir abad ini.
ADVERTISEMENT
Tentunya hal ini bukan merupakan pertanda baik, kenaikan suhu bumi memicu bencana seperti heat wave (gelombang panas) yang banyak menyebabkan kematian, pada tahun 2003 di Eropa gelombang panas setidaknya menewaskan 2000 orang per hari begitu pula pada tahun 2015 serangan panas menewaskan ribuan orang di wilayah India dan Pakistan.
Selain itu perubahan iklim yang memicu kenaikan suhu global juga dapat menyebabkan banjir di wilayah pesisir hal ini terjadi karena adanya kenaikan permukaan air laut yang disebabkan oleh dua faktor utama: ekspansi termal (air laut menghangat dan mengembang), dan kontribusi lapisan es Greenland dan Antartika Barat yang mencair dapat meningkatkan tingkat kenaikan permukaan laut.
Krisis air bersih juga menjadi masalah yang timbul dari perubahan iklim, hal ini terjadi karena tingginya kebutuhan air di masyarakat urban sedangkan perubahan iklim memicu kekeringan yang mengakibatkan berkurangnya ketersediaan air bersih yang dibutuhkan oleh manusia untuk minum dan juga sanitasi.
ADVERTISEMENT
Selain itu semakin banyaknya populasi manusia juga menjadi pemicu krisis air yang ada, semakin banyak populasi semakin banyak pula pasokan air yang dibutuhkan, menurut laporan Organisasi Meteorologi Dunia WMO jumlah populasi manusia yang tidak bisa mengakses sumber air bersih akan meningkat sebanyak 5 miliar populasi pada tahun 2050.
Krisis akan sumber air bersih ini juga tak jarang menimbulkan konflik, seperti konflik India-Pakistan yang salah satu diantara penyebabnya adalah kepentingan untuk menguasai wilayah Kashmir yang subur dan ketergantungan akan sungai Indus sebagai sumber mata air yang mengalir melewati wilayah Kashmir.
Dan tentu masih banyak lagi bencana yang ditimbulkan akibat perubahan iklim yang dipicu dari perbuatan manusia itu sendiri yang tentunya dampak tersebut tidak hanya dirasakan oleh manusia saja tetapi juga dirasakan oleh makhluk hidup lainnya.
ADVERTISEMENT
Saya akan menutup tulisan ini dengan sebuah pertanyaan yang mungkin dapat menjadi bahan renungan kita bersama, perubahan iklim jelas membawa banyak bencana yang mengancam keberlangsungan kehidupan manusia di muka bumi dan dengan banyaknya bencana yang ada masih adakah masa depan bagi umat manusia nanti?