Konten dari Pengguna

Antara Modernitas dan Eksistensi Nilai-nilai Lokal

Mochammad Yogik Septiawan
Peneliti Muda Academia Forum Karya Buku : Buku Syair-syair terbuang (ISBN Progresif) Buku Meniti jalan sunyi, menggapai mimpi (ISBN Umsurabaya Publishing)
30 Oktober 2024 11:50 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mochammad Yogik Septiawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://pixabay.com/id/images/search/budaya/
zoom-in-whitePerbesar
https://pixabay.com/id/images/search/budaya/
ADVERTISEMENT
Diskursus yang menarik dan urgent untuk dilakukan peninjauan kembali adalah persoalan tentang modernitas dan globalisasi. Tulisan ini menitik beratkan pada pengaruh globalisasi terhadap identitas budaya lokal di Indonesia dan bagaimana nilai-nilai lokal dipertahankan di tengah arus global. Indonesia, sebagai negara yang kaya dengan keanekaragaman budaya, terdiri dari berbagai etnis, bahasa, dan keyakinan. Namun, globalisasi yang menyebarkan budaya, teknologi, ekonomi, dan komunikasi dari negara-negara maju, khususnya negara-negara barat telah mempengaruhi banyak aspek kehidupan di Indonesia, termasuk identitas lokal.
ADVERTISEMENT
Globalisasi adalah fenomena yang terus berkembang dan membentuk dunia kita saat ini. Memahami berbagai perspektif para ahli tentang globalisasi akan membantu kita untuk menganalisis dampaknya secara lebih mendalam dan mengambil sikap yang bijak dalam menghadapi tantangan dan peluang yang dihadirkan oleh globalisasi. Sebagaimana dalam pengertian Peter Drucker yang menjelaskan bahwa globalisasi merupakan suatu proses penyebaran komunikasi global secara instan, pertumbuhan perdagangan internasional, dan pasar uang global. Sedangkan menurut Melcom Waters menjelaskan bahwa globalisasi menekankan pada proses sosial yang membuat batas-batas geografis menjadi kurang relevan dalam kehidupan sosial budaya. Dalam hal ini globalisasi menjadi ruang universal yang mempertemukan berbagai aspek sosial dan budaya.
Globalisasi sering kali dipandang sebagai bentuk imperialisme budaya. imperialisme budaya adalah sebuah fenomena di mana suatu budaya mendominasi budaya lain, seringkali melalui kekuatan ekonomi, politik, atau media. Dalam konteks globalisasi, negara-negara dengan kekuatan ekonomi dan budaya yang lebih besar cenderung mempengaruhi dan bahkan menguasai budaya negara-negara yang memiliki kekuatan ekonomi dan budaya yang lebih rendah.
ADVERTISEMENT
Ketakutan hilangnya nilai-nilai lokal
Dalam persoalan ini adalah di tengah derasnya arus globalisasi ini menghadirkan bentuk-bentuk kekhawatiran bahwa budaya lokal Indonesia akan meredup dan bahkan pudar akibat globalisasi. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa globalisasi sebagai wadah bertemunya budaya-budaya dari belahan dunia, kehadiran budaya asing memberikan ketakutan-ketakutan akan hilangnya nilai-nilai lokal, identitas lokal. Selera masyarakat berpindah menjadi selera barat/modern dengan budaya-budayanya yang ditawarkan ke berbagai negara. Pertukaran budaya ini menjadikan hilangnya identitas budaya, budaya lokal yang unik dan beragam terancam punah karena tergusur oleh budaya global. Selain itu juga menjadikan ketergantungan budaya, negara-negara yang mengalami imperialisme budaya menjadi sangat tergantung pada produk budaya asing, sehingga sulit untuk mengembangkan industri budaya sendiri. Kemudian adalah homogenisasi budaya, dunia menjadi semakin homogen dan kehilangan keberagaman budaya.
ADVERTISEMENT
Ketakutan tersebut tidak dapat dihindari karena kehidupan modern menghadirkan berbagai kebudayaan yang menyebar melalui media-media teknologi, media sosial dan internet. Ketakutan akan hilangnya nilai-nilai lokal merupakan kekhawatiran yang semakin nyata di tengah arus globalisasi yang deras. Globalisasi, dengan segala kemudahannya dalam menghubungkan dunia, membawa serta pengaruh budaya yang begitu kuat. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan terkikisnya nilai-nilai tradisional yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Dominasi budaya populer dari negara-negara maju, terutama Barat, seringkali dianggap lebih menarik dan modern. Hal ini menyebabkan generasi muda cenderung lebih tertarik pada budaya asing dibandingkan dengan budaya lokal mereka sendiri. Kemudian juga adanya gaya hidup konsumtif yang dipromosikan oleh media massa global mendorong masyarakat untuk mengejar barang-barang dan tren terbaru, tanpa mempertimbangkan nilai-nilai tradisional yang lebih menekankan pada kesederhanaan dan kepuasan batin.
ADVERTISEMENT
Eksistensi nilai-nilai lokal
Dalam filsafat, eksistensi sering dikaitkan dengan pertanyaan mendasar tentang keberadaan manusia, alam semesta, dan segala sesuatu yang ada. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa eksistensi berarti tentang keberadaan, sesuatu yang ada. Dalam upaya mempertahankan keberadaan nilai-nilai lokal maka perlu dilakukan berbagai cara.
Untuk menghadapi tantangan ini, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mempertahankan nilai-nilai lokal sebagai bentuk identitas budaya masyarakat Indonesia. Pertama adalah melalui Pendidikan, pendidikan tentang nilai-nilai lokal harus dimulai sejak dini di sekolah. Melalui keluarga, keluarga memiliki peran penting dalam menanamkan nilai-nilai lokal pada anak-anak. Melalui pemerintah, pemerintah perlu membuat kebijakan yang mendukung pelestarian budaya lokal. Melalui masyarakat, masyarakat harus aktif dalam melestarikan budaya lokal, misalnya dengan mengikuti kegiatan adat istiadat atau mendukung produk-produk lokal. Dan melalui media massa, media massa harus berperan aktif dalam mempromosikan nilai-nilai positif dan budaya lokal.
ADVERTISEMENT
Hilangnya nilai-nilai lokal adalah ancaman serius bagi keberagaman budaya dunia. Namun, dengan kesadaran dan upaya bersama, kita dapat menjaga kelestarian nilai-nilai tradisional dan memperkuat identitas bangsa.