Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Memanfaatkan Bahasa untuk Melahirkan Narasi Berkualitas di Ruang Publik
14 Juni 2022 18:48 WIB
Tulisan dari Yuana Prila Dewi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bahasa merupakan media paling efektif untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari dan menyampaikan suatu gagasan. Ide, pemikiran, opini, dan kritikan terhadap suatu, tentu saja harus melalui proses berbahasa. Konsklusinya, baik itu bahasa lisan dan bahasa tulisan tentu saja memegang peran krusial dalam membentuk pola komunikasi di ruang publik.
ADVERTISEMENT
Ruang publik dalam hal ini adalah ruang tempat masyarakat dapat saling berinteraksi. Kemudian seiring berkembangnya kecanggihan teknologi, penyebaran informasi di dunia maya semakin tidak dapat dibendung. Media masyarakat untuk berinteraksi juga semakin variatif. Misalnya, interaksi di media sosial yang memungkinkan penggunanya untuk menyampaikan pendapatnya melalui kolom komentar.
Akibat bebasnya setiap orang untuk berekspresi, termasuk dalam menyampaikan narasi dan menyebar informasi, terjadilah kekacauan berupa polemik di ruang publik. Pada akhirnya, problematika tersebut berpotensi untuk mendatangkan perpecahan. Salah satu contoh nyata yang pernah dialami oleh bangsa Indonesia adalah saat kontestasi politik di tahun 2019. Berkembangnya narasi cebong dan kampret dari dua kubu petahana dan oposisi, telah menggiring masyarakat untuk turut ikut andil dalam perseturuan politik.
ADVERTISEMENT
Dari pengalaman inilah, kita dapat mengilhami bahasa yang dimanfaatkan untuk tujuan politik tertentu. Dan dalam konteks ini, kita bisa melihat bagaimana bahasa digunakan sedemikian rupa dengan berbagai motif tertentu oleh suatu individu atau kelompok yang berkepentingan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Dalam praktiknya, bahasa yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan, justru dapat mendatangkan kekacauan, perpecahan, bahkan sampai membawa individu atau kelompok terjerat kasus hukum. Hal ini penting untuk diperhatikan, agar narasi yang berkembang di ruang publik menjadi narasi yang berkualitas. Bukan narasi yang berupa celaan, hinaan, dan bahkan sampai berujung pada suatu sikap rasisme.
Untuk mewujudkan narasi yang positif, diperlukan peningkatan literasi pada masyarakat dan kemampuan untuk berbahasa dengan baik. Dalam artian, sebelum suatu individu atau kelompok mengutarakan narasinya di ruang publik, mereka diharapkan untuk terlebih dahulu menggali informasi dan membaca berbagai sumber yang kredibel. Setelah itu, narasi dituliskan dengan menggunakan bahasa yang baik, bukan bahasa besifat hinaan yang dapat memecah belah.
ADVERTISEMENT
Berbahasa yang baik dalam konteks ini bukan ditujukan untuk membatasi ketajaman suatu narasi yang berupa kritikan, membatasi ide, atau opini yang disampaikan. Melainkan, untuk membentuk ruang publik yang dihiasi oleh narasi-narasi berkualitas dan bermutu. Lalu kemudian dikemas dalam bahasa yang elegan.
Narasi yang berkualitas merupakan narasi yang memiliki landasan berpikir yang baik, logis, tidak didasarkan pada kebencian, dan tidak bertujuan untuk mencela dan menghina suatu individu atau kelompok.
Dengan memahami cara menggunakan bahasa secara baik dan benar sesuai dengan konteks pembahasan. kemudian dikolaborsikan dengan aspek-aspek saling menghargai. Dari sana kita dapat memanfaatkan bahasa sebagai media yang mampu membentuk masyarakat yang berkualitas. Kemudian lahirlah suatu narasi yang berkualitas dan tidak adanya pecah belah antar masyarakat.
ADVERTISEMENT