Konten dari Pengguna

Perempuan Berdaya, Kemiskinan Sirna

Yuni Setiowati
Mahasiswa di Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama Kebumen
6 April 2024 11:14 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yuni Setiowati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Strong Women. Foto: Shutterstock/KieferPix
zoom-in-whitePerbesar
Strong Women. Foto: Shutterstock/KieferPix
ADVERTISEMENT
Di berbagai belahan dunia, perempuan sering kali menjadi tulang punggung keluarga, mengelola sumber daya dengan bijaksana, serta menyumbangkan waktu dan tenaga untuk kegiatan produktif.
ADVERTISEMENT
Namun ironisnya, perempuan juga merupakan salah satu kelompok yang paling rentan terhadap kemiskinan dan diskriminasi.
Dalam Sidang Commision on the Status of Women (CSW) ke-68 di New York (16/3), Ketua Delegasi Republik Indonesia, Lenny N. Rosalin sekaligus Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) menyampaikan bahwa lebih dari 383 juta perempuan dan anak perempuan masih terjebak di bawah garis kemiskinan dan hidup dengan pendapatan kurang dari 1,90 dolar per hari.

Apa itu Miskin?

Asal kata “miskin” berasal dari bahasa Arab. Dalam al-Qur'an, kata “miskin” dan turunannya disebutkan sebanyak 69 kali, di mana 23 di antaranya mengacu pada kemiskinan sebagaimana yang umum dipahami.
Menurut al-Raghib al-Ishfahani, secara harfiah, “miskin” diartikan sebagai sesuatu yang tetap dan tidak bergerak. Arti tersebut menyiratkan bahwa seseorang yang miskin (baik laki-laki maupun perempuan) adalah orang yang tidak mampu melakukan apa pun, tidak memiliki kemampuan untuk bergerak, dan tidak memiliki daya.
ADVERTISEMENT
Ketidakmampuan untuk bergerak dapat disebabkan oleh kemalasan, kurangnya peluang untuk bergerak, atau faktor lain yang membuatnya terbatas dalam bergerak.
Secara lebih luas, al-Qur'an menyebut orang-orang miskin sebagai bagian dari kelompok al-Mustadh'afin, yaitu orang-orang yang lemah atau terpinggirkan.
Sementara itu, fakta menunjukkan bahwa kemiskinan saat ini banyak dialami oleh perempuan dan anak perempuan.

Peran Perempuan dalam Pengentasan Kemiskinan

Perempuan memiliki peran yang tak terbantahkan dalam upaya mengentaskan kemiskinan. Kontribusi mereka tidak hanya terbatas pada ranah domestik, tetapi juga dalam konteks ekonomi dan sosial yang lebih luas.
Salah satu dampak langsung dari pemberdayaan perempuan adalah penurunan tingkat kemiskinan rumah tangga. Perempuan sering kali bertanggung jawab atas pengelolaan rumah tangga dan perawatan keluarga.
Meskipun tidak terukur secara langsung dalam statistik ekonomi, kontribusi ini memiliki dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan keluarga dan stabilitas ekonomi.
ADVERTISEMENT
Dengan mengatur pengeluaran, memanfaatkan sumber daya secara efisien, dan mengelola kebutuhan rumah tangga, perempuan membantu menjaga keluarga agar tetap berada di atas garis kemiskinan.
Selain dampak langsung pada tingkat kemiskinan dan kesejahteraan keluarga, pemberdayaan perempuan juga dapat menghasilkan perubahan sosial dan ekonomi yang lebih luas dalam masyarakat.
Ketika perempuan memiliki akses yang sama terhadap pendidikan, pekerjaan, dan keputusan politik, mereka dapat menjadi agen perubahan yang kuat dalam memperjuangkan hak-hak mereka dan meningkatkan kesejahteraan bersama.
Di banyak negara, perempuan semakin berpartisipasi dalam pasar kerja formal dan informal. Mereka tidak hanya mencari penghasilan tambahan untuk mendukung keluarga, tetapi juga mengembangkan keterampilan dan kapasitas ekonomi mereka sendiri.
Selain menjadi pekerja di luar rumah, perempuan juga aktif dalam kegiatan produktif seperti pertanian, kerajinan tangan, dan sektor informal lainnya. Mereka sering kali merupakan agen utama dalam mempertahankan mata pencaharian tradisional dan berkontribusi pada ketahanan pangan serta ekonomi lokal.
ADVERTISEMENT
Pemberdayaan perempuan tidak hanya meningkatkan kesejahteraan individu, tetapi juga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Upaya Pengentasan Kemiskinan

Secara global, pencapaian target pertama dari Sustainable Development Goals (SDGs) yang berkaitan dengan pengurangan kemiskinan masih belum mencapai kinerja optimal. Situasi ini membawa dampak yang signifikan terhadap masyarakat, terutama terhadap kaum perempuan.
Dalam sesi diskusi umum di Markas Besar Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Kamis (14/3), Lenny N. Rosalin menyebutkan setidaknya terdapat tiga poin penting dalam upaya pengentasan kemiskinan.
Pertama, negara-negara anggota, Komisi PBB tentang Status Perempuan (CSW), dan PBB harus terus mempromosikan peningkatan peran perempuan dalam upaya pemberantasan kemiskinan serta mengakui dampak positif yang ditimbulkannya.
Di Indonesia, perempuan telah menduduki posisi-posisi strategis dalam pemerintahan, termasuk sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Menteri Sosial, Menteri Ketenagakerjaan, Menteri Keuangan, Menteri Luar Negeri, serta Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Menurut Lenny, kerja sama dan efektivitas dari kementerian-kementerian tersebut secara langsung berkontribusi pada penurunan tingkat kemiskinan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, menurut Lenny, reformasi institusi juga merupakan langkah penting untuk mendorong kesetaraan gender, memberdayakan perempuan, dan mengatasi kemiskinan dengan lebih efektif. Selain itu, dia menekankan perlunya pengembangan mekanisme inovatif dalam pembiayaan pengentasan kemiskinan yang juga memberikan manfaat kepada perempuan.
Sebagai contoh, Indonesia telah mendorong sektor swasta untuk berinvestasi dalam pemberdayaan ekonomi dan sosial perempuan. “Investasi tersebut terbukti efektif dalam menghasilkan manfaat ekonomi dan berkontribusi secara signifikan terhadap pemberdayaan perempuan serta membantu mereka keluar dari kemiskinan,” tutur Lenny.
Lebih lanjut, Lenny juga mendorong agar isu pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender terus didorong dalam kerangka PBB untuk memastikan keberlanjutan. Dia menekankan bahwa masalah ini juga harus dipertahankan dalam proses selanjutnya, seperti pada Summit of the Future dan Pact of the Future.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, keberlanjutan ini sangat penting untuk memastikan adanya dukungan yang berkelanjutan bagi perempuan, terutama mereka yang masih berada dalam kondisi kemiskinan.
Dia menegaskan bahwa Indonesia akan terus memperkuat kolaborasi secara global dalam agenda pemberdayaan perempuan dan pengentasan kemiskinan. “Jika Anda memiliki keyakinan yang sama bahwa kedua agenda ini merupakan hal yang penting, tidak dapat dipisahkan, dan saling terkait, maka Indonesia adalah mitra Anda”, pungkas Lenny.