Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
KIP-K: Saat Bantuan Pendidikan Digunakan Untuk Gaya Hidup Mewah
8 Juli 2024 8:06 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Yusep Maulana Sidiq tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K) adalah bantuan pendidikan dari pemerintah untuk masyarakat tidak mampu yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi. Tujuan adanya KIP-K ini untuk memberikan kesempatan yang sama kepada masyarakat kurang mampu untuk mendapatkan akses pendidikan.
ADVERTISEMENT
Pada kenyataannya penerima KIP-K tidak sedikit mempergunakan bantuan biaya pendidikan tersebut dengan semestinya. Seharusnya bantuan biaya tersebut dipergunakan untuk membantu mahasiswa selama perkuliahan, seperti biaya tempat tinggal, membeli buku, dan keperluan makan mereka. Tetapi banyak penerima KIP-K yang malah mempergunakan bantuan tersebut untuk kesenangan semata, bahkan ada yang menggunakannya untuk meningkatkan status sosial mereka dalam hal materi.
Tidak sedikit penerima KIP-K membeli pakaian, alat elektronik, dan hiburan yang sebenarnya tidak terlalu mereka perlukan. Salah satu kasus yang kerap ditemui di lingkungan mahasiswa adalah mahasiswa penerima bantuan KIP-K memilih untuk tinggal di kost yang termasuk elite atau mahal. Selain itu, banyak juga penerima KIP-K yang memiliki alat elektronik mahal, seperti smartphone merk Iphone keluaran terbaru.
ADVERTISEMENT
Meskipun setiap orang memiliki kebebasan dalam membeli atau menggunakan barang jenis apapun. Tetapi statusnya sebagai penerima bantuan KIP-K yang diperuntukan untuk masyarakat yang kurang mampu menjadi terlihat kurang etis.
Terlebih di luar sana masih banyak mahasiswa kurang mampu yang kurang beruntung tidak mendapatkan bantuan KIP-K padahal sangat membutuhkannya. Hal ini tentunya perlu perhatian khusus dalam proses pemilihan penerima bantuan KIP-K menjadi lebih selektif. Sangat disayangkan jika penerima KIP-K menjadi tidak tepat sasaran dan mereka yang seharusnya mendapatkan bantuan tersebut, dipaksa untuk menutup harapannya bisa melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi.