Konten dari Pengguna

Eureka Moment

Yusuf Arifin
tidak tertarik dengan banyak hal. insecure one trick pony.
15 Juni 2020 8:12 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yusuf Arifin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrator: Indra Fauzi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
ilustrator: Indra Fauzi/kumparan
ADVERTISEMENT
Di satu siang Isaac Newton sedang duduk-duduk di bawah pohon apel di kebun keluarganya di Woolsthorpe, Inggris, ketika sebuah eureka moment (peristiwa yang tiba-tiba membuat paham akan sesuatu yang sebelumnya rumit) terjadi.
ADVERTISEMENT
Sebuah apel jatuh menimpa kepala Newton saat ia sedang merenung tentang berbagai kemungkinan menyangkut gravitasi. Dari kejadian itu Newton tersadarkan bahwa setiap partikel di alam semesta ini mempunyai gaya tarik-menarik dengan kekuatan sesuai besaran masanya. Lahirlah hukum tarik-menarik gravitasi Newton.
Kisah itu menjadi salah satu kisah paling populer dari dunia ilmu pengetahuan. Kalau pun peristiwa itu sesungguhnya tidak pernah terjadi.
Newton, hukum gravitasi, dan apel itu benar semuanya. Duduk-duduk merenung di bawah pohon apel, apel menimpa kepalanya, dan eureka moment seperti yang diceritakan itu tidak pernah terjadi.
Kejadian sebenarnya lebih datar dan hambar. Kesaksian orang-orang dekat Newton menyebutkan bahwa yang bersangkutan memang sedang bergumul dengan penelitian, rumus, dan perhitungan terkait fenomena gerak melingkar dan gaya sentrifugal.
ADVERTISEMENT
Ketika ia harus mengungsi dari Cambridge karena merebaknya pandemi pes, ia pulang ke Woolsthorpe Manor, rumah keluarganya. Ia meneruskan penelitiannya dan kesimpulan mengenai yang ia pikirkan semakin mengental melihat bagaimana buah apel dari pohon di kebun rumahnya selalu jatuh ke bawah.
Tetapi cerita kedua ini tidak ada unsur dramatisnya. Tidak ada unsur ‘wow’-nya. Tidak ada eureka moment-nya. Akan tetap menarik untuk kalangan tertentu seperti kalangan ilmuwan tentunya. Tetapi tidak untuk masyarakat umum.
Berbeda dengan cerita pertama. Ada peristiwa keseharian yang mereka bisa juga mengalami, ada kemudahan untuk dipahami, dan tentu saja lalu ada unsur eureka moment-wow-dramatisnya. Membangkitkan imajinasi populer. Karenanya dengan mudah kemudian menyebar menjadi "cerita rakyat".
Kemungkinan cerita tentang kejatuhan buah apel itu berkembang dari cerita dari William Stukeley, teman dekat Newton dan salah satu arkeolog pertama Inggris:
ADVERTISEMENT
….udara sedang hangat, kami berdua duduk di kebun, di bawah pohon apel, minum teh. Kami membicarakan berbagai hal, ketika persoalan gravitasi tiba-tiba menjadi perhatiannya. Pemicunya adalah sebuah apel yang jatuh. Ia kemudian merenung.
Eureka moment sendiri adalah sebuah konsep yang sebetulnya berbasis pada cerita yang tidak kalah kaburnya.
Konon suatu saat Archimedes, ilmuwan Yunani dari masa dua ratus tahun sebelum Masehi, sedang dipusingkan oleh permintaan Raja Hiero untuk menguji volume emas sebuah mahkota. Hiero bercuriga pande emas pembuat mahkotanya telah mengurangi emas yang ia berikan lalu mencampurnya dengan perak dengan berat yang sama. Tetapi Hiero tidak bisa membuktikan. Karena berat mahkota yang ada sama persis dengan berat emas yang ia berikan.
ADVERTISEMENT
Alat timbang untuk mengukur berat pada zaman itu telah cukup sempurna namun belum ada alat untuk mengukur kepadatan sebuah benda. Kepadatan adalah persoalan volume. Dengan mengetahui kepadatan sebuah benda manusia bisa menentukan kemurnian sebuah benda.
Prinsip bahwa benda mempunyai kepadatan/volume yang berbeda-beda sudah diketahui tetapi belum ada alat ukurnya.
Hingga pada suatu saat Archimedes mandi dan mencemplungkan diri ke bak mandi. Ketika air yang tumpah keluar bak mandi bersamaan dengan ketika Archimedes mencemplungkan diri, ia tiba-tiba tersadarkan: Volume air yang tumpah pastilah sama dengan volume tubuhnya. Dengan logika yang sama berarti ia sekarang bisa mengukur volume/kepadatan emas dan perak yang ada di mahkota itu.
"Eureka (aku telah menemukannya)!" teriak Archimedes kegirangan. Ia meloncat keluar dari bak mandi dan dengan masih telanjang bulat berlarian di jalanan kota saking gembiranya.
ADVERTISEMENT
Belakangan ketika alat ukur volume menjadi sempurna, manusia bisa tahu kalau emas mempunyai kepadatan hampir dua kali lipat dari perak dan karenanya mempunyai bobot yang lebih berat untuk jumlah volume yang sama.
Peristiwa bak mandi dan Archimedes telanjang bulat berlarian di jalanan kota berteriak-teriak eureka itu kemungkinan tidak pernah terjadi. Bisa jadi Archimedes menemukan jalan keluar dari persoalan yang dikemukakan Hiero setelah melakukan perenungan, melakukan uji coba berulang-ulang, mengkaji pengandaian-pengandaian, dan dengan ketelitian akhirnya sampai pada kesimpulan-eureka.
Tetapi kalau demikian ceritanya, betapa tidak menariknya (untuk kalangan umum). Tidak ada unsur dramatis-wow-dan tentu saja eureka moment-nya.
Bahkan kebenaran akan perintah Hiero agar Archimedes melakukan pembuktian kemurnian emas mahkota itu dengan berbagai macam alasan juga dipertanyakan. Sekarang diterima sebagai sekadar mitos saja dari dunia ilmu pengetahuan.
ADVERTISEMENT
Tetapi betapa cerita itu tertangkap imajinasi kalangan populer. Bahkan menjadi cerita standar ketika berbicara tentang Archimedes.
Cerita tanpa eureka moment tentu saja tetap sebuah cerita. Tak apa juga. Hanya datar dan biasa saja jadinya. Lalu mudah dilupa.
ilustrator: Indra Fauzi/kumparan