Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Apa Tulisanmu Bagi Saudaramu?
6 Oktober 2022 9:56 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Yusuf Mansur tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Apa tulisan nama kontakmu? Untuk ayah dan ibumu? Untuk ayah dan ibu mertua? Untuk suami dan istri? Untuk anak-anakmu? Untuk kakak atau adikmu? Untuk guru-guru dan murid-muridmu? Untuk tetangga kanan kirimu? Untuk saudara-saudaramu? Untuk kawan-kawanmu? Untuk jamaahmu satu demi satunya? Untuk pimpinanmu, majikanmu, bosmu? Untuk karyawanmu? Untuk pimpinan kampung, desamu? Kotamu? Negerimu? Apa tulisan nama kontakmu untuk mereka? Tulisan itu doa loh... Asli doa... Apalagi jika bener-bener dijiwai...
ADVERTISEMENT
Ada yang dipanggil dengan izin Allah, "Pak Wali." Sejak jauh sebelum bersentuhan Fulan "J" dengan politik. Beliau, sejak 2007 menjemput saya di salah 1 kota di tanah air. Saban saya ke sana, beliau yang jemput. Sejak itu juga dipanggil Pak Wali.
Dan ini kebiasaan. Ketemu siapa aja, nyebutnya, manggilnya, dan nulis nama di kontaknya, jauh di atas posisinya, jabatannya, kedudukannya, keadaannya, di sekarang ini. Nama yang punya futuristik. Misal, nulis santri, ditulisnya: Yai Masa Depan. Atau: Mahasiswa UI, ITB, UIN, Unair, dan kampus2 top lainnya. Atau sekalian luar negeri. "Mahasiswa Oxford", "Mahasiswi Harvard". Atau dosen "biasa", tapi ditulisnya: Rektor Fulan...
Hati-hati, ada yang nulis nama istrinya: "Tukang pajak", hehehe. Apa coba? Ada juga yang nulis: Mak Lampir. Hahahaha. Segitunya...
ADVERTISEMENT
hati-hati ah... Bener-bener hati-hati.
Nah, ini Fulan J, dipanggil dan ditulis: Pak Wali...
Hingga sekian tahun kemudian, aktifitas sosial membawanya ke dunia pilkada. Ada orang yang mengajaknya menjadi wakil walikota, di daerahnya, non partai. Independen. Dan biayanya sangat murah. Keterlibatan masyarakat dalam saling memberi, tinggi sekali. Sehingga Fulan J ini relatif "habis" hanya sekitar beberapa rupiah aja, yang ga masuk akal secara jumlah kalo buat menang di Kontestasi Pilkada.
Demikian cerita yang saya dapatkan.
Dan, Kun Fayakuun, kepilih. Beliau, jadi wakil walikota dengan izin Allah.
Dan saya saat ketemuan, saat bulak balik ke sana. Dan saat ceramah di panggung, manggilnya tetep Pak Wali. Adapun Walikotanya, saya panggil: Pak Gubernur. Hehehe. Biar ga tersinggung juga.
ADVERTISEMENT
Orangnya selalu mesem-mesem aja. Senyum-senyum aja. Ga pernah menolak. "Belajar dari Yusuf Mansur," katanya. Kalo dipanggil yang baik-baik, jangan nolak. Jangan membatalkan. Aminkan saja. Iyakan saja. Termasuk dipanggil "Haji", "Hajjah", "Bos...". Udah, iyain aja.
Tahun terakhir masa kepemimpinan mereka berdua, sang walikota kena covid. Dengan izin Allah, kembali ke Rahmatullaah. Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rooji'uun. Tentu saja semua berduka. Orang baik. Dicintai warganya, masyarakatnya. Tapi tau, kan? Apa yang terjadi? Fulan "J", menjadi walikota di tahun terakhir Menggantikan kawannya yang wafat, sebagai walikota.
Yaa Rabb...
So?
Di hape... Di penamaan kontak...
Apa tulisan nama kontakmu? Untuk ayah dan ibumu? Untuk ayah dan ibu mertua? Untuk suami dan istri? Untuk anak-anakmu? Untuk kakak atau adikmu? Untuk guru-guru dan murid-muridmu? Untuk tetangga kanan kirimu? Untuk saudara-saudaramu? Untuk kawan-kawanmu? Untuk jamaahmu satu demi satunya? Untuk pimpinanmu, majikanmu, bosmu? Untuk karyawanmu? Untuk pimpinan kampung, desamu? Kotamu? Negerimu? Apa tulisan nama kontakmu untuk mereka? Tulisan itu doa loh... Asli doa... Apalagi jika bener-bener dijiwai...
ADVERTISEMENT
Dan apa panggilan, sebutan, engkau, untuk sesama yang lain? Coba diperiksa... Hehehe. Jangan-jangan, berisi laknat, berisi sumpahan, berisi doa-doa yang jelek...
Bahkan, apa juga sebutanmu, panggilanmu, untuk dirimu sendiri?
Salam, Yusuf Mansur.
Ulama Kesayangan Allah.
(Aamiin yaa Rabb)