Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Melihat Kepemimpinan Lee Kuan Yew, sang Founding Father Singapura
8 Desember 2021 14:58 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Muhammad Reza Alfathan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tokoh Lee Kuan Yew (1923-2015) memulai karir politiknya saat ia mendirikan People’s Action Party (PAP) bersama pendiri lainnya. Saat itu, ia menjabat sebagai sekretaris jenderal di partainya sendiri. Singapura mengadakan pemilihan umum pertama kalinya pada 1959. People’s Action Party (PAP) mendapatkan suara mayoritas sehingga menjadi partai pemenang dan Lee Kuan Yew menjadi Perdana Menteri Singapura pada tahun 1959.
ADVERTISEMENT
Tentu saja tantangan terbesar yang ditemui para pemimpin negara adalah bagaimana menjadikan dirinya sebagai wajah utama dari suatu negara. Pemimpin dalam bersikap harus betul-betul bijaksana serta dapat mempertanggungjawabkan semua kegiatannya baik secara formal maupun moral (Najib, 2013).
Bagaimana Kepemimpinan Lee Kuan Yew Selama Menjabat Perdana Menteri Singapura?
Kebijakan ekonomi dan politik Singapura di masa kepemimpinan Lee Kuan Yew dapat disebut memiliki keunikan, seperti yang dikatakan oleh Lingle (1998), Singapura adalah negara otoriter-kapitalis. Pemerintahan Lee Kuan Yew membuat sistem perpolitikan dengan ketakutan yang abstrak dan penyebabnya tidak jelas serta diikuti dengan hukuman yang diberikan oleh pemerintah (Lingle, 1998).
Dengan kata lain, rezim Lee Kuan Yew yang pada saat itu berkuasa menyelenggarakan sistem politik dengan 'rasa takut' yang di dalamnya ada penerapan demokrasi ala negara-negara barat dan dikombinasikan dengan nilai-nilai tradisi bercorak Asia (Asian Value).
ADVERTISEMENT
‘Asian Values’ seperti yang sudah disebutkan berpotensi untuk mengarahkan pemerintahan kepada bentuk yang lebih otoriter dibandingkan demokrasi liberal. Oleh karena itu, penerapan nilai-nilai lokal Asia dalam masa pemerintahan Lee Kuan Yew memunculkan anggapan bahwa Singapura menganut sistem otoritarianisme.
Otoritarianisme rezim Lee Kuan Yew saat itu dapat ditilik dari beberapa persoalan lainnya selain penggunaan Asian Values dari sistem perpolitikannya. Adapun rezim Lee Kuan Yew menciptakan mekanisme sistem partai dominan atau utama di Singapura yang memungkinkan dapat disebut dengan state party (Harahap, 2019).
People’s Action Party lah yang menjadi partai dominan di Singapura yang mana partai tersebut adalah partai yang didirikan oleh Lee Kuan Yew sendiri dan menjadi partai yang menduduki kursi pemerintahan Singapura saat rezim LKY berkuasa.
ADVERTISEMENT
Dari bidang ekonomi, Lee Kuan Yew dapat dikatakan sebagai pemimpin yang berhasil memberikan kesejahteraan untuk rakyat Singapura (Harahap, 2019). Saat ia berhenti menjadi Perdana Menteri Singapura pada tahun 1990, ia meninggalkan catatan gemilang yaitu Annual GDP Singapura saat itu sekitar US$36,14 Juta .
Pencapaian tersebut diraih oleh Singapura karena penerapan disiplin politik dan ekonomi yang tinggi. Budaya anti korupsi sangat melekat pada pemerintahan Singapura yang menjadikan singapura menjadi salah satu negara dengan tingkat korupsi terendah di antara negara-negara lain. Singapura berhasil menduduki peringkat tiga (3) dari 180 negara yang disurvei dalam Indeks Persepsi Korupsi tahun 2021 dari Transparency International.
Gaya Kepemimpinan Lee Kuan Yew
Saat ini, Singapura merupakan salah satu negara maju dan sukses di dunia, hal ini terjadi karena andil besar kepemimpinan Lee Kuan Yew pada saat ia menjabat. Lee Kuan Yew dinilai sebagai pemimpin transformasional dan karismatik.
ADVERTISEMENT
Menurut Dubrin (2006), pemimpin karismatik dapat memotivasi dan memberikan inspirasi kepada orang lain akan tetapi biasanya tidak dapat membawa perubahan yang besar seperti pemimpin transformasional. Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, kepemimpinan Lee Kuan Yew sudah mengubah negara Singapura secara signifikan dengan pemikirannya untuk menjadikan negara Singapura yang lebih baik dan maju.
Jika suatu negara pada awalnya tidak memiliki apa-apa dan berada pada titik terendah. Namun, keberanian dan motivasi seseorang berhasil memotivasi satu negara untuk dapat menyelesaikan serta menghadapi segala rintangan yang ada.
Ia merupakan sosok pemimpin yang langka, sifatnya yang karismatik serta mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan perubahan zaman. Oleh karena kharismanya, ia mampu membawa persatuan di antara rakyat Singapura dan pada saat yang sama mempersatukan pemimpin negara lain. Bahkan ia mampu memangku jabatan perdana menteri selama 31 tahun berturut-turut, tak terkecuali ketika ia menerapkan undang-undang yang keras.
ADVERTISEMENT
Istilah “kepemimpinan transformasional” merupakan istilah lama yang diciptakan pada 1978 oleh James MacGregor Burns dan dalam beberapa tahun terakhir istilah ini mulai dikenal kembali.
Kepemimpinan transformasional merupakan gaya kepemimpinan di mana perubahan yang diperlukan akan diidentifikasi kemudian menyusun visi sebagai langkah awal perubahan serta melaksanakan rencana yang diperlukan agar perubahan tersebut terjadi.
Salah satu buku Lee Kuan Yew yang berjudul ”Hard Truths To Keep Singapore Going” menerangkan tiga keutamaan selama pemerintahan Lee Kuan Yew, yaitu adanya keselamatan nasional, ekonomi, dan isu-isu sosial (Ibrahim, 2011).
Ketika menjabat sebagai Perdana Menteri, ia dikenal sebagai sosok yang terus terang dan tidak takut untuk menyatakan kebenaran berdasarkan apa yang ia lihat. Sifat jujur yang dimiliki oleh Lee Kuan Yew dapat menjadi kunci seorang pemimpin (Harahap, 2019).
ADVERTISEMENT
Hal terbaik yang dapat dilakukan untuk tim adalah mengakui dan mengatakan kejujuran. Beberapa orang akan merasa tersinggung dan tidak nyaman, namun mereka akan memberikan rasa hormat dan kepercayaan untuk pemimpin yang dapat mengatakan kejujuran.
REFERENSI
DuBrin, A. J., Dalglish, C., & Miller, P. (2006). Leadership. Quennsland: John Wiley & Sons.
Harahap, I. (2019). Analisis Gaya Kepemimpinan Lee Kuan Yew dalam Mengantarkan Singapura menjadi Negara Maju. Journal of Entrepreneurship, Management, and Industry (JEMI), Vol. 2, No. 1, 1-8.
Ibrahim, Z. (2011). Lee Kuan Yew: Hard Truths Lee Kuan Yew: Hard Truths. Singapore: Straits Times Press.
Lingle, C. (1998). Singapore and Authoritarian Capitalism. The Locke Luminary 1(1), Part 3.
Najib, A. (2013). Konstruksi Kepemimpinan Ideal Untuk Indonesia. Jurnal Agama Dan Hak Azazi Manusia 3(1), 142-161.
ADVERTISEMENT
The Straits Times. (2015). Remembering Lee Kuan Yew: 'I did my best'. Diakses pada 12 Desember 2021, dari www.straitstimes.com: https://www.straitstimes.com/singapore/remembering-lee-kuan-yew-i-did-my-best