Konten dari Pengguna

Menata Pikiran dan Mengelola Emosi dengan Rational-Emotive Counseling

Zacky Al-Ghofir El-Muhtadi Rizal
Mahasantri UIN Gusdur Pekalongan
11 April 2025 14:44 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zacky Al-Ghofir El-Muhtadi Rizal tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Rational-Emotive Counseling (REC) atau Konseling Rasional Emotif adalah salah satu pendekatan dalam dunia konseling yang sangat menarik dan efektif. Pendekatan ini pertama kali dikembangkan oleh Albert Ellis, seorang psikolog asal Amerika Serikat, yang percaya bahwa banyak masalah emosi dan perilaku manusia sebenarnya bersumber dari cara berpikir yang keliru, bukan dari peristiwa itu sendiri. Dengan kata lain, bukan kejadian yang membuat kita tertekan, tetapi cara kita menafsirkan kejadian tersebut yang menentukan bagaimana perasaan dan perilaku kita terbentuk.
ADVERTISEMENT
Dasar pemikiran dari REC sangat sederhana namun dalam: jika seseorang terus-menerus berpikir negatif atau tidak rasional, maka ia akan rentan mengalami emosi negatif seperti marah, sedih, malu, cemas, atau bahkan depresi. Sebaliknya, jika pola pikir yang salah itu dapat dikenali dan diganti dengan pola pikir yang lebih rasional dan logis, maka emosi dan perilaku pun bisa menjadi lebih positif dan sehat.
https://pixabay.com/id/photos/minimalis-emosi-perasaan-sukacita-4846000/
zoom-in-whitePerbesar
https://pixabay.com/id/photos/minimalis-emosi-perasaan-sukacita-4846000/
Sebagai contoh, bayangkan seorang siswa yang gagal dalam ujian matematika. Ia kemudian berkata dalam hati, “Saya pasti bodoh, saya tidak akan pernah bisa berhasil.” Pikiran seperti ini bukan hanya menyakitkan, tetapi juga tidak logis. Akibatnya, siswa tersebut bisa merasa sangat sedih, kehilangan semangat belajar, bahkan menarik diri dari teman-temannya. Padahal, jika siswa tersebut mengubah cara berpikirnya menjadi, “Saya memang gagal kali ini, tapi itu bukan akhir dari segalanya. Saya hanya perlu belajar lebih giat dan mencari bantuan,” maka emosinya bisa lebih stabil, dan semangatnya untuk mencoba lagi akan muncul kembali. Inilah inti dari pendekatan Rational-Emotive Counseling—membantu seseorang mengubah cara berpikir agar lebih sehat secara emosional.
ADVERTISEMENT
Untuk membantu proses tersebut, konselor menggunakan sebuah model yang disebut A-B-C-D-E, yaitu:
Tujuan utama dari Rational-Emotive Counseling adalah membantu individu mengenali pikiran-pikiran negatif yang tidak rasional, lalu menggantinya dengan pikiran yang lebih masuk akal, realistis, dan sehat. Dengan cara ini, seseorang dapat mengembangkan sikap yang lebih positif terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya. Selain itu, pendekatan ini juga mendorong perubahan perilaku yang lebih adaptif, tidak reaktif, serta lebih bijaksana dalam menghadapi tantangan hidup.
ADVERTISEMENT
Kelebihan dari pendekatan ini adalah sifatnya yang praktis dan aplikatif. REC cocok diterapkan dalam menangani berbagai masalah emosional sehari-hari seperti stres akibat tugas sekolah atau pekerjaan, kecemasan menghadapi ujian, rasa bersalah karena kesalahan masa lalu, bahkan perasaan rendah diri. Selain itu, pendekatan ini tidak terlalu fokus pada masa lalu, tetapi lebih menekankan pada masa kini dan masa depan, sehingga klien bisa segera mengambil langkah-langkah positif untuk berubah.
Dalam dunia pendidikan, konseling rasional emotif sangat berguna untuk membantu siswa membangun pola pikir yang positif dan tangguh. Dalam kehidupan keluarga, pendekatan ini bisa memperbaiki komunikasi dan membantu anggota keluarga saling memahami tanpa emosi yang meledak-ledak. Di lingkungan kerja, konseling ini membantu karyawan menghadapi tekanan dan konflik dengan cara yang lebih tenang dan rasional.
ADVERTISEMENT
Kesimpulannya, Rational-Emotive Counseling adalah pendekatan konseling yang tidak hanya fokus pada emosi, tetapi juga pada akar utama dari emosi tersebut, yaitu pikiran. Dengan mengubah pola pikir yang tidak sehat menjadi lebih rasional, seseorang bisa mengalami perubahan besar dalam hidupnya. Pikiran menentukan perasaan dan perilaku—dan dengan menata pikiran, kita pun bisa mengelola emosi serta menjalani hidup dengan lebih damai dan produktif.