Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kajian Sastra pada Cerita Pendek "Pada Suatu Hari yang Indah" Karya W.S. Rendra
24 Oktober 2022 7:29 WIB
Tulisan dari Rita Zahara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
A. Unsur Kognitif
Dalam cerita pendek ini terdapat unsur kognitif yang terdiri dari unsur intrinsik dan juga unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik yang terdiri dari tema, tokoh dan penokohan, alur atau plot, latar, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat. Tema yang terdapat dalam cerpen ini adalah tentang suami yang gemar menulis sebuah cerita dan menceritakannya kepada sang istri tercinta. Tokoh dan penokohan dalam cerpen ini terdiri dari Kusno (berperan sebagai seorang suami yang sangat menggemari menulis cerita dan juga menjadikan menulis cerita tersebut sebagai sebuah pekerjaan), Siti (berperan sebagai seorang istri yang sangat menghargai apapun yang dikerjakan oleh sang suami, dan menjadi seorang istri yang sangat menyayangi sang suami), dan Nasir (berperan sebagai seorang teman dari Kusno yang sudah membantu menyelamatkan Kusno saat mengalami kesusahan, selama Kusno menjadi seorang mahasiswa yang membutuhkan sebuah dana untuk pendidikan dan biaya kesehatannya).
ADVERTISEMENT
Alur cerita pendek ini adalah maju. Latar cerita pendek ini adalah di dalam rumah. Sudut pandang yang digunakan dalam cerita pendek ini adalah orang pertama. Gaya bahasa yang digunakan dalam cerita pendek ini adalah majas hiperbola yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan kesannya. Amanat yang dapat disampaikan dari kisah cerita pendek ini yaitu tentang bagaimana usaha kerja keras seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya di saat mengalami kondisi yang kurang baik. Meskipun hidup terbatas, semangat untuk melanjutkan hidup dan mengembangkan hidup yang lebih baik lagi harus tetap berjalan. Berbagai rintangan untuk menjalani sebuah kehidupan yang lebih baik lagi memang harus dilakukan dengan merelakan jerih payah terlebih dahulu. Dan juga tidak melupakan jasa-jasa seseorang yang sudah membantu kita di saat mengalami kondisi yang kurang baik.
ADVERTISEMENT
Dalam kisah cerita pendek ini juga terdapat sebuah unsur ekstrinsik yang terdiri dari latar belakang sang penulis. Cerita pendek ini ditulis oleh Dr. (H.C.) Willibrordus Surendra Broto Rendra, S.S., M.A atau yang lebih dikenal sebagai W.S Rendra. Beliau merupakan seorang seniman, penyair, dan dramawan terkemuka yang berkiprah sejak 1950-an. Beliau lahir pada tanggal 7 November 1935 di Solo, dan wafat pada tanggal 6 Agustus 2009 di Depok, pada usia 73 tahun. Beliau adalah anak dari pasangan R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo dan Raden Ayu Catharina Ismadillah. Ayahnya merupakan seorang guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa di sebuah sekolah Katolik di daerah Solo. Ayahnya juga merupakan seorang dramawan tradisional. Ibunya adalah seorang penari Serimpi di Keraton Surakarta Hadiningrat.
ADVERTISEMENT
Riwayat pendidikan beliau yaitu beliau pernah menuju jenjang pendidikannya di TK Marsudirini, Yayasan Kanisius. Beliau melanjutkan pendidikannya di Sekolah Dasar sampai ke jenjang Menengah Atas di sekolah Katolik, SMA Pangudi Luhur Santo Yosef, Solo, dan tamat pada tahun 1955. Setelah selesai menuju jenjang pendidikannya di sekolah Menengah Atas, beliau melanjutkan pendidikannya di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, dengan mengambil jurusan Sastra Inggris, Fakultas Sastra dan Kebudayaan. Beliau juga pernah mendapatkan sebuah beasiswa yaitu American Academy of Dramatic Arts pada tahun 1964-1967.
Beliau pertama kali mempublikasikan puisinya di media massa pada tahun 1952 melalui Majalah Siasat. Kemudian puisi-puisinya pun lancar mengalir menghiasi berbagai majalah saat itu, seperti Kisah, Seni, Basis, Konfrontasi, dan Siasat Baru. Hal tersebut terus berlanjut seperti terlihat pada majalah-majalah pada dekade selanjutnya, terutama majalah tahun 60-an dan 70-an. Selama berkarier sebagai seorang seniman, WS Rendra dijuluki "Si Burung Merak". Hal ini karena cara pembacaan puisi dan penampilannya di atas panggung yang penuh pesona serta flamboyan, bak Burung Merak. Pada 2003, ia telah dikenal secara internasional sebagai penyair besar. Bahkan, beliau dipercaya menjadi tuan rumah festival puisi internasional pertama di Indonesia, yang digelar di Makassar, Surakarta, Bandung dan Jakarta. Drama pertama beliau yang berjudul “Kaki Palsu” dan “Tikungan Jalan” mendapat penghargaan dan hadiah pertama dari Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Beberapa karya beliau seperti dalam segi kumpulan sajak atau puisi, yaitu Ballada Orang-Orang Tercinta (kumpulan sajak), Blues untuk Bonnie, Empat Kumpulan Sajak, Sajak-Sajak Sepatu Tua, Mencari Bapak, Perjalanan Bu Aminah, Nyanyian Orang Urakan, Pamphleten van een Dichter, Potret Pembangunan Dalam Puisi, Disebabkan oleh Angin, Orang-orang Rangkasbitung, Rendra: Ballads and Blues Poem, State of Emergency, Do’a untuk Anak Cucu, Perempuan yang Tergusur, Sajak Sebatang Lisong, dan Nyanyian Angsa.
Beberapa karya beliau dari segi drama, yaitu Orang-orang di Tikungan Jalan pada tahun 1954, Bib Bob Rambate Rate Rata (Teater Mini Kata) pada tahun 1967, Sekda pada tahun 1977, Selamatan Anak Cucu Sulaiman dimainkan 6 kali, Mastodon dan Burung Kondor pada tahun 1972, Hamlet (terjemahan dari karya William Shakespeare, dengan judul yang sama, dimainkan 2 kali), Macbeth (terjemahan dari karya William Shakespeare, dengan judul yang sama), Oedipus Sang Raja (terjemahan dari karya Sophokles, aslinya berjudul "Oedipus Rex”), Lysistrata (terjemahan), Oedipus di Kolonus (Odipus Mangkat) (terjemahan dari karya Sophocles, Antigone (terjemahan dari karya Sophokles, Kasidah Barzanji (dimainkan 2 kali), Lingkaran Kapur Putih, Panembahan Reso pada tahun 1986, Kisah Perjuangan Suku Naga (dimainkan 2 kali), Shalawat Barzanji, dan Sobrat.
ADVERTISEMENT
B. Unsur Emotif
Ketika membaca cerita pendek ini, pembaca dapat merasakan hangatnya kasih sayang seorang istri yang diberikan kepada sang suami. Begitu juga dengan peran Kusno yang dimana Ia sebagai suami sangat menyayangi istrinya dan juga mau berbagi kisah tentang pekerjaan Ia dan menceritakan masa lalunya kepada sang istri. Dan Siti sebagai seorang istri yang sangat perhatian kepada sang suami, dalam memberikan sebuah kehangatan dan mendengar dengan baik cerita tentang suaminya tersebut. Dan juga perjuangan keras Kusno dalam menghadapi jalannya hidup yang sulit waktu itu, dan tidak membuat Ia mengeluh akan tetapi menghadirkan sebuah rasa semangat untuk melanjutkan hidup dan mendapatkan sebuah kebahagiaan di kelak nanti. Begitu juga dengan kebaikan seorang teman Kusno yaitu Nasir yang sudah mau membantu Kusno dalam melewati masa-masa sulit Ia. Dan juga sikap Kusno yang tidak pernah lupa akan kebaikan seorang temannya.
ADVERTISEMENT
C. Unsur Evaluatif
Dalam cerita pendek “pada Suatu Hari yang Indah” dalam karangan buku berjudul “Kenang-kenangan Seorang Wanita Pemalu” karya W.S. Rendra ini sangatlah bagus. Dari segi penulisan dan bahasa yang digunakan dalam cerita pendek ini sangat mudah untuk dipahami. Tidak terdapat banyak pemborosan kata dalam cerita pendek ini. Di dalam cerita pendek ini juga terdapat banyak pesan moral yang dapat kita petik dari kisah cerita pendek ini. Salah satu contoh yang dapat kita ambil dari kisah cerita pendek ini adalah bagaimana perjuangan menjalani sebuah kehidupan di saat mengalami kondisi yang kurang baik, menghargai seorang pasangan baik dalam hal mendengarkan cerita Ia maupun mendukung dan menyayangi pasangan kita, dan tidak melupakan kebaikan seseorang yang sudah membantu kita melewati perjalanan hidup ini.
ADVERTISEMENT