Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
Konten dari Pengguna
Ketulusan Cinta Dalam Kisah Pewayangan Ramayana
14 Desember 2022 23:01 WIB
Tulisan dari Zahra Az-Zahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Menurut (Susetya, 2015) Ramayana sendiri adalah kisah sakral yang berisikan spiritualitas hindu yang sangat mendalam. Bahkan terdapat sebuah festival bernama Deepavali yang terinspirasi dari kisah kembalinya Rama kembali ke Ayodhya selama empat belas tahun pengasingan dan menaklukkan raja Raksasa, Rahwana. Dalam kisah Ramayana terdapat satu sumber yang paling otentik yaitu dalam kitab Śrīmad Vālmīki Rāmāyaṇa.
ADVERTISEMENT
Dalam (Tika, 2012) Kitab Śrīmad Vālmīki Rāmāyaṇa memiliki 7 epos di dalamnya yang setiap epos memiliki cerita yang saling berkelanjutan di setiap eposnya. Epos yang pertama bernama Balakanda, Ayodhyakanda, Aranyakanda, Kiskindhakanda, Sundarakanda, Yuddhakanda, dan Uttarakanda.
Dari ketujuh epos tersebut, alur cerita Ramayana dapat simpulkan sebagai berikut:
Kisah Ramayana sendiri bercerita tentang perjuangan Rama yang berjuang memperoleh kembali istrinya yaitu Sinta dari penculikan yang dilakukan oleh Rahwana. Rama merupakan anak pertama dari Raja Kosala yang memiliki empat orang anak dari tiga orang istri. Karena beberapa sebab ia diasingkan ke hutan ditemani adiknya, Laksmana selama empat belas tahun.
Selama di pengasingan, keduanya membantu mengalahkan para raksasa yang mengganggu sebuah pusat pertapaan atas permintaan Resi Wismawitra. Atas ajakan sang Resi, Rama berkunjung ke kerajaan Mithila. Di sana, ia memenangkan sebuah sayembara dengan hadiah mempersunting Sinta, putri Raja Janaka. Sinta kemudian dibawa ke pertapaan di hutan oleh Rama. Selama di hutan, Rama diganggu oleh raksasa (perempuan) yang menyukainya. Dalam sebuah pertarungan antar para raksasa dengan pihak Rama yang dimenangkan oleh Rama dan Laksmana, terdapat Sarpakenaka yang terluka dan melaporkan kejadian tersebut serta menghasut kakaknya Rahwana untuk menculik Sinta.
Lewat tipu muslihatnya, Rahwana menculik Sinta di hutan tempat pertapaan Rama. Rama yang mengetahui hal tersebut dari Jatayu, burung pengawal Rama kemudian melakukan beberapa usaha untuk menyelamatkan Sinta yang dibawa ke kerajaan Alengka. Salah satunya adalah bersekutu dengan Sugriwa, raja kerajaan Kiskenda. Hanoman diutus oleh Kiskenda untuk mencari Sintha ke Alengka dan berhasil membakar kerajaan tersebut. Lewat informasi Hanoman, Rama dan Sugriwa mengerahkan pasukan untuk menggempur Alengka yang lokasinya sangat sulit dijangkau. Lewat pertarungan sengit Alengka dan Rahwana akhirnya takluk dan Sinta pun kembali ke tangan Rama. Dilema terjadi, dimana Rama meragukan Kesucian Sintha selama berada di tangan Rahwana. Untuk membuktikan kesuciannya, Sintha kemudian dibakar api suci dan ia berhasil lolos dari ujian itu karena tidak terbakar.
ADVERTISEMENT
Sinta kemudian dibawa kembali ke Ayodhya dan hidup tentram di sana. Namun terdapat desas- desus dari lingkungan kerajaan Ayodhya yang kembali meragukan kesucian Sintha dan hal itu turut mempengaruhi pikiran Rama dan berakhir pada pengasingan Sintha ke pertapaan meski dalam kondisi mengandung anak Rama. Dipertemukan kedua saat Sintha telah melahirkan dan kembali ke Ayodhya, ia kembali melakukan pembuktian terkait kesuciannya dengan meminta kepada Dewi Bumi untuk jika memang ia suci dan setia kepada Rama. Dewi Bumi kemudian terbelah yang kemudian menelan Sintha ke dalam perut bumi.
Dari benang merah cerita Ramayana, tentu memiliki daya tarik di dalamnya yang menarik untuk di bahas. Namun, perlu ada pengantar terlebih dahulu seperti informasi singkat mengenai cerita Ramayana. Ramayana berasal dari bahasa Sanskerta, khususnya frasa Rama dan Ayana, yang berarti “pelayaran kehidupan seorang kesatria perkasa bernama Rama”.
ADVERTISEMENT
Menurut (Dody et al., 2022) Ramayana adalah karya sastra cerita klasik Hindu yang masih mendapat sambutan dan apresiasi oleh masyarakat pembaca Indonesia dan dunia mewartakan bahwa “selama sungai masih mengalir dan gunung masih berdiri tegak selama itu pula kisah Ramayana terus berkembang”.
Karya sastra Ramayana menunjukkan bahwa kisah Ramayana merupakan karya sastra yang tidak dapat sepenuhnya dipahami dengan menelaah karya sastra. Penghormatan dan pemujaan terhadap Ramayana berlanjut hingga hari ini. Sebuah karya seni yang telah menjadi warisan dunia, salah satunya Indonesia kita tercinta. Ramayana begitu terkenal sehingga karya-karya sastra lainnya terinspirasi dan diambil dari ceritanya.
Ramayana berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu frase Rama dan Ayana, yang berarti “Petualangan Rama”. Ini adalah kisah epik India yang ditulis oleh Valmiki dalam karyanya Valmiki Ramayana, yang juga muncul dalam khazanah sastra Jawa sebagai pernikahan Ramayana (Dody et al., 2022).
ADVERTISEMENT
Setelah diceritakan dalam pementasan wayang, cerita Ramayana semakin populer di Jawa (wayang orang, wayang kulit purwa, termasuk sendratari). Namun kalah menarik dibandingkan wayang yang diangkat dari cerita Mahabharata. Hal ini dikarenakan cerita tersebut terkesan tidak mewakili perasaan rakyat biasa (hanya baik untuk Brahmana dan Satria), namun jika dilihat lebih dekat, cerita Ramayana sebenarnya adalah simbol perjuangan rakyat untuk kemerdekaan negaranya.
Ramayana versi Indonesia tidak jauh berbeda dengan versi aslinya dari segi plot dan karakter. Perbedaan utamanya terletak pada akhir cerita. Di Indonesia, kisah Ramayana berakhir bahagia ketika Rama dan Dewi Sinta kembali bersama setelah Sinta lepas dari kekuasaan Rahwana. Di cerita aslinya berakhir tragis, namun mereka putus setelah Sinta dikeluarkan dari sekolah karena kesuciannya dipertanyakan. Mungkin saja perbedaan ini karena budaya kita menyukai hal-hal yang menyedihkan dan tidak bisa menerima Sinta yang sudah terlanjur sedih harus mengalaminya lagi. Bukankah seharusnya orang bahagia setelah mengalami kesulitan? Mungkin karena itulah akhir cerita Ramayana dalam bahasa Indonesia berada di titik tersebut.
ADVERTISEMENT
Kisah Rama dan Sinta ini dianggap sebagai kisah cinta yang fenomenal karena banyak sekali pelajaran yang terdapat di dalamnya. Mulai dari perjuangan Rama yang menyelamatkan Sinta dari penculikan yang dilakukan oleh Rahwana maupun kesucian Sinta yang tetap terjaga walaupun sudah diculik Rahwana dalam waktu yang sangat lama, hal itu karena perasaan cintanya kepada Rama.
Tidak sedikit yang menganggap bahwa Rahwana juga memiliki rasa cinta kepada Sinta sehingga apa yang dilakukan di kerjaan Alengka kepada Sinta sebagai wujud perasannya. Namun, tidak sedikit juga yang menyimpulkan bahwa hubungan antara Rahwana dengan Sinta hanya sebatas nafsu belaka. Tidak jarang pula yang meragukan kebesaran cinta Rama kepada Sinta, karena sikapnya yang mudah terhasut oleh omongan warganya sendiri.
ADVERTISEMENT
Penulis menilai ketulusan cinta untuk Sinta antara Rahwana dan Rama, siapakah yang lebih tulus mencintai Sinta?
Setelah penulis membaca beberapa epos Ramayana, dapat disimpulkan bahwa antara Rahwana dan Rama keduanya sama-sama tidak saling tulus mencintai Sinta. Mengapa demikian? Karena hal tersebut dapat dibuktikan dengan ditunjukkannya sifat asli kedua tokoh tersebut.
Di mana tokoh Rahwana hanya menginginkan Sinta sebagai pemuas nafsu birahinya saja. Artinya Rahwana ini tidak benar-benar tulus mencintai Sinta (Riadi, 2020). Yang mendorong Rahwana untuk mengambil Sinta dari Rama semata-mata karena ada maksud tersendiri yang tujuannya mengarah kepada kebutuhan seks. Apalagi dengan sifat Rahwana yang diceritakan sebagai Raja yang selalu bergonta-ganti pasangan.
Selain itu tokoh Rama yang sudah banyak berjuang untuk mendapatkan Sinta pun belum bisa dikatakan bahwa semua perbuatan yang dilakukan Rama semata-mata karena tulus mencintai Sinta, itu keliru. Jika Rama benar benar-benar tulus mencintai Sinta, maka seharusnya ia percaya pada kejujuran Sinta bahwasanya Sinta belum pernah disentuh oleh Rahwana.
ADVERTISEMENT
Selain itu setelah Sinta berhasil dibuktikan bahwa dirinya masih Suci, Rama dan Sinta kembali ke kerajaan Ayodhya. Namun sesampainya di sana, warga setempat masih meragukan anak kembar yang dilahirkan Sinta. Sebagai seorang pemimpin, seharusnya Rama bisa membuktikan kepada warga setempat bahwa kedua anak kembar tersebut memang benar-benar anak kandung antara Rama dan Sinta. Apalagi dengan kedudukan Rama yang menjabat sebagai seorang raja, tentu saja hal tersebut merupakan hal yang mudah untuk membuat yakin warga setempat.
Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa antara Rahwana dan Rama, keduanya tidak memiliki rasa ketulusan dalam mencintai Dewi Sinta. Dalam pewayangan Ramayana, Rama memiliki tingkat kepercayaan yang masih diragukan kepada istrinya, dibuktikan oleh dua uji coba ketulusan yang telah dilakukan untuk membuktikan kesetiaan dan kesucian milik Sintha. Dari kedua ujian itu, Rama tampak belum percaya dan masih terpengaruh oleh isu di sekitarnya. Sedangkan Rahwana dikatakan tidak memiliki ketulusan cinta kepada Sintha dan alasan ia ingin memiliki Sintha hanyalah dorongan nafsu belaka karena kecantikan Sintha.
ADVERTISEMENT
Sumber:
Dody, A., Mayang, F., & Pardila, S. I. (2022). Nilai-Nilai Ajaran Dalam Cerita Ramayana.
Riadi, M. E. (2020). Rahwana Mencintai Sinta? Quora. https://id.quora.com/Dalam-kisah-Ramayana-sebenarnya-siapa-yang-lebih-tulus-mencintai-Sinta-Sri-Rama-atau-Rahwana
Susetya, J. (2015). Filosofi Kisah Ramayana. Paseban Jati. https://paseban-jati.blogspot.com/2015/11/filosofi-kisah-ramayana.html?m=0
Tika. (2012). Kisah Epos Ramayana. edensordreamer.blogspot. http://edensordreamer.blogspot.com/2012/01/kisah-epos-ramayana.html?m=1#more