Konten dari Pengguna

Mengalisis Struktural 'Tiga Lembar Kartu Pos' Menggunakan Sudut Pandang A. Teeuw

Zahra Maulida
Mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2 Juli 2024 17:59 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zahra Maulida tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Dokumen Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Dokumen Pribadi
ADVERTISEMENT
Sapardi Djoko Damono merupakan seorang sastrawan Indonesia yang lahir pada 20 Maret 1940 di kota Surakarta dan meninggal pada 19 Juli 2020 di Tangerang Selatan. Salah satu karyanya yaitu puisi yang berjudul “Tiga Lembar Kartu Pos”.
ADVERTISEMENT
A. Teeuw merupakan sebagai salah satu tokoh kunci dalam perkembangan studi sastra Indonesia, juga salah satu orang pertama yang secara serius dan sistematis juga pembuka jalan untuk mempelajari sastra Indonesia modern. Metode analisis yang ia kembangkan untuk memahami karya sastra tetap berharga hingga kini. Para akademisi dan peneliti sastra Indonesia masih sering menerapkan pendekatan Teeuw dalam kajian mereka.
Disini akan coba kita analisis puisi "Tiga Lembar Kartu Pos" karya Sapardi Djoko Damono dengan menggunakan unsur intrinsik menurut pandangan A. Teeuw
Puisi berjudul “Tiga Lembar Kartu Pos” ini bertemakan tentang hubungan manusia dengan spiritualnya yang dimaksud dalam konteks ini adalah hubungan dengan Tuhan. Tema yang diambil ini bisa dibilang relevan dengan kehidupan sekarang ini. Puisi tersebut menjelaskan tidak konsistenan ketaatan manusia terhadap Tuhannya, meragukan keberadaan dan kuasa Tuhannya, juga terkesan tidak membutuhkan Tuhannya.
ADVERTISEMENT
Alur dalam puisi ini bersifat linear atau bersifat kronologis, karena kartu pos ini sangat berurutan dengan menjelaskan apa saja yang terjadi pada setiap bagian-bagian kartu itu. Pada kartu pos pertama, puisi menceritakan bahwa sikap manusia yang "datang" kepada Tuhannya ketika dia sedang membutuhkan-Nya, akan tetapi pada saat itu manusia ini tidak menjelaskan apa tujuan dia yang sebenarnya, walau Ia tahu apa yang diinginkan dan dirasakan oleh hamba-Nya ini. Pada bagian kartu pos kedua, diceritakan bahwa manusia ini tidak benar-benar “datang” dan “kembali” kepada-Nya, dia hanya merasa takut dan khawatir mengenai masalah yang sedang dia hadapi, dengan seolah-olah bahwa dia “kembali’ membawa keimanan dan ketaatan dia terhadap Tuhannya itu. Lalu pada kartu pos ketiga, dimana manusia ini yang merupakan seorang hamba mengajak orang lain untuk melakukan apa yang dia lakukan-tidak taat dan meragukan kekuasaan Tuhannya itu. Bagian ini merupakan puncak dari segalanya, yang membuat Tuhan kecewa terhadap sikap dan tindakan hamba-Nya ini. Disebutkan dalam puisi ini bahwa manusia ini bersifat tidak konsisten terhadap apa yang dia lakukan, bersikap semaunya dan tidak taat yang mengakibatkan adanya puisi ini. Suasana yang terdapat pada puisi ini yaitu sedih. Sudut pandang yang digunakan yaitu sudut pandang pihak pertama. Puisi ini juga menggunakan gaya bahasa yang sederhana namun mengandung makna yang dalam juga kaya akan emosi yang dimiliki. Lalu memiliki motif dan simbolis yang sangat berkaitan, seperti motif yang terkandung yaitu hubungan antara manusia dan Tuhannya, juga salah satunya ada simbolis karena tulisan tangan-surat yang berulang.
ADVERTISEMENT