Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Angka Kelahiran Menurun, Baikkah Bagi Indonesia?
30 November 2024 18:06 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Zahrah Aulia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Badan Pusat Statistik melaporkan bahwa angka kelahiran total (Total Fertility Rate) Indonesia mencapai 2,18 pada 2020, hal ini mengalami penurunan dibanding angka kelahiran total pada 2010 adalah 2,41. Penurunan tren angka kelahiran telah terjadi di Indonesia di masa kini. Diikuti dengan turunnya angka pernikahan di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
Angka kelahiran total atau total fertility rate adalah perhitungan data banyaknya anak yang dilahirkan oleh seorang perempuan dalam suatu wilayah. TFR ini digunakan sebagai penentu demografi suatu wilayah atau negara. Indonesia saat ini hampir berada di posisi ideal dari TFR suatu negara yaitu berada pada angka 2,1. Hal ini merupakan kabar baik bagi indonesia karena posisi ideal ini dapat memberikan angka kelahiran yang stabil. Menurut kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengatakan untuk tetap menjaga angka TFR berada di nominal 2,1. Hal ini dilakukan untuk menjaga kestabilan angka kelahiran dan ekonomi negara Indonesia.
Hal ini juga terjadi juga terjadi di negara negara maju seperti korea selatan dan Jepang. Menurut data negara Jepang memiliki angka kelahiran di bawah angka yang stabil yaitu 1,2. Nominal ini menunjukan adanya ketidakseimbangan produktivitas untuk menghasilkan penduduk yang stabil. Faktor penyebab Jepang memiliki angka kelahiran yang rendah adalah akibat dari angka pernikahan yang rendah juga. Menurut hasil survey Nippon Foundation 47,3 persen pria yang tidak menikah memiliki alasan karena tidak memiliki atau menemukan pasangan, sedangkan wanita, 52,3 persen memiliki alasan karena lebih nyaman menjadi lajang. Banyak sekali dampak yang dialami Jepang saat ini, secara ekonomi banyak perusahan Jepang yang mengalami bangkrut akibat kekurangannya tenaga kerja. Menurut Teikoku Databank, sebanyak 260 perusahaan mengalami bangkrut akibat kurangnya tenaga kerja untuk beroperasi.
ADVERTISEMENT
Pasangan di Indonesia enggan punya anak?
Saat ini banyak pasangan di Indonesia yang memutuskan untuk childfree. Hal ini terjadi karena banyak faktor dari berbagai aspek, seperti aspek ekonomi, sosial maupun budaya. Secara ekonomi, banyak pasangan memikirkan akibat finansial yang ditimbulkan dengan mempunyai anak, hal ini terjadi karena banyaknya pengeluaran yang dibutuhkan untuk mengurus dan merawat anak. Secara sosial banyak dari mereka yang memiliki masa lalu yang tidak baik dengan keluarganya, sehingga memiliki ketakutan ketakutan dan ketidaksiapan mengurus anak dengan baik dan benar. Secara budaya, sekarang banyak pasangan yang terbiasa dengan kegiatan sehari harinya, dengan memutuskan untuk tetap fokus pada karir dan masa depan. Bahkan banyak juga dari generasi sekarang enggan menikah dan fokus terhadap karirnya.
ADVERTISEMENT
Dampak yang ditimbulkan jika angka kelahiran yang turun
Angka kelahiran yang turun dapat menimbulkan berbagai masalah secara ekonomi seperti, menurunnya pendapatan ekonomi negara akibat dari penurunan angka penduduk produktif dari suatu negara. Penduduk produktif adalah penduduk yang memiliki rentang usia 15-49 tahun. Dengan menurunnya penduduk produktif suatu negara, maka akan berkurangnya produktivitas para pekerjanya. Namun, bagaimana dengan Indonesia? Menurunnya angka kelahiran di Indonesia merupakan suatu hal yang cukup baik bagi negara ini, meskipun begitu menurunnya angka kelahiran ini perlu dipantau terus agar tetap berada di angka yang stabil. Hal ini agar tidak memberikan dampak yang lebih buruk bagi Indonesia. Lantas apakah Indonesia akan mengalami hal yang sama dengan Jepang? saat ini Indonesia belum mengalami hal yang sama dengan Jepang, masih banyak masyarakat Indonesia yang ingin menikah dan ingin memiliki anak. Hanya saja masyarakat lebih suka untuk menunda waktu pernikahan dan lebih aware terhadap unsur unsur pernikahan demi mempersiapkan diri agar masa depan yang lebih matang. Terlebih lagi masih banyak masyarakat tradisional yang memiliki mindset “banyak anak, banyak rezeki” sehingga angka kelahiran Indonesia belum di angka krisis. Namun berkemungkinan besar akan mengarah ke angka krisis dalam beberapa tahun ke depan akibat banyaknya tren childfree dan masyarakat yang enggan menikah.
ADVERTISEMENT
Hal hal yang perlu dilakukan agar angka kelahiran Indonesia tetap stabil
Salah satu solusi yang sudah diberlakukan di Indonesia sejak lama adalah program Keluarga Berencana (KB) dengan menerapkan 1 keluarga dua anak hal ini dilakukan untuk menjalankan angka kelahiran yang tidak terlalu tinggi. “Dua anak lebih sehat” yang merupakan bagian dari kampanye BKKBN juga dapat diterapkan untuk tetap berada pada angka stabil. Diberlakukan juga untuk masyarakat dapat mengimplementasikan jarak ideal bagi orang tua untuk kelahiran dan kehamilan. Jarak ideal untuk kelahiran dan kehamilan adalah 2,75 tahun atau 33 bulan. Berdasar ekonomi, penurunan harga yang berhubungan mengenai anak seperti pendidikan, kebutuhan sehari hari, daycare dan sebagainya. Hal ini dilakukan untuk menarik pasangan-pasangan agar memiliki anak, di saat angka kelahiran berada di bawah ambang stabil.
ADVERTISEMENT