Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kalimantan: Krisis Air Bersih Di Saat Kaya Akan Air
9 Desember 2024 14:06 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Zahrah Aulia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Air adalah elemen penting yang dibutuhkan oleh manusia. Air bersih menjadi tunjangan untuk manusia dapat hidup dengan layak. Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam, khususnya air. Berdasarkan laporan FAO Indonesia memiliki potensi sumber daya air mencapai 2.018,7km³/tahun pada tahun 2020. Meskipun begitu, Indonesia belum mampu mengelola potensi tersebut, masih banyak masyarakat Indonesia yang belum mendapatkan air bersih dengan layak, salah satunya masyarakat kalimantan.
ADVERTISEMENT
Sebagai paru paru dunia, Kalimantan adalah provinsi yang kaya akan air. Hal ini dapat terjadi karena banyaknya daerah resapan yang dapat menyerap air di Kalimantan. Namun, Kalimantan merupakan provinsi yang memiliki krisis air bersih. Tingkat polusi pada air di Kalimantan terbilang tinggi, banyak sungai danau maupun rawa yang memiliki warna coklat bahkan merah. Pengaruh gambut, erosi, limbah terhadap air pada air di kalimantan memiliki pengaruh yang besar bagi warna air di Kalimantan. Warna coklat pada air di kalimantan dipengaruhi oleh tanah gambut yang dimiliki kalimantan, terlebih lagi air gambut ini memiliki zat asam yang lebih tinggi, ph yang rendah dan zat besi yang tinggi sehingga jika digunakan untuk kegiatan sehari hari dapat berdampak buruk. Selain itu warna merah pada air di Kalimantan disebabkan oleh zat zat yang terdapat pada akar pohon di Gunung Beriun, bahkan air ini dijadikan objek wisata dan dikonsumsi. Hal ini menunjukan banyak air yang tercemar di kalimantan berdasarkan unsur organik.
ADVERTISEMENT
Menurut data Indeks Kualitas Air (IKA), air di Kalimantan termasuk air yang memiliki kualitas yang sedang yaitu berada di angka 52,97 di Kalimantan Barat, 53,90 di Kalimantan Tengah, 55,64 di Kalimantan Selatan, 52,64 di Kalimantan Timur, dan 55,93 di Kalimantan Utara pada 2023. Hal ini karena banyaknya variasi air di Kalimantan, berdasarkan sumber air, sungai kapuas termasuk sungai yang memiliki cemar ringan.
Akses masyarakat terhadap air bersih masih kurang. Berdasarkan data BPS, pada 2022 jumlah pelanggan non niaga (rumah tangga) terhadap perusahaan air bersih di kalimantan hanya mencapai 1.457.610 pelanggan, 252.327 pelanggan di Kalimantan Barat, 152.808 di Kalimantan Tengah, 467.564 di Kalimantan Selatan, 504.720 pelanggan di Kalimantan Timur, dan 80.209 pelanggan di Kalimantan Utara. Sedangkan, jumlah rumah tangga di Kalimantan mencapai 4.245.076 hal ini hanya mencapai 34 persen rumah tangga yang mendapatkan air bersih yang layak.
ADVERTISEMENT
Kualitas air di kalimantan memiliki tingkat yang sedang seperti rata-rata provinsi di Indonesia. Namun, masih banyak masyarakat yang masih menggunakan air gambut dari sungai, rawa dan irigasi dalam kehidupan sehari-harinya seperti, mandi, mencuci, hingga memasak. Hal ini dilakukan karena keadaan rumah tangga yang tidak mendukung untuk mendapatkan air bersih. Masyarakat yang menggunakan air gambut memiliki potensi terkena dampak kesehatan seperti penyakit kulit dan diare. Tentunya ini akan mengurangi tingkat kesejahteraan masyarakat.