Konten dari Pengguna

Nagari Lawang

zahraputri
Mahasiswa S1 Pariwisata UGM
11 Desember 2023 16:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari zahraputri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Lawang adalah objek wisata Alam yang terletak di Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Kabupaten Agam berada dikawasan yang strategis yaitu dilalui Fider Road yang menghubungkan wilayah Lintas Barat, Lintas Tengah, dan Lintas Timur Sumatera. Lawang merupakan puncak tertinggi perbukitan yang menyajikan keindahan alam Danau Maninjau dari atas ketinggian. Dengan luas mencapai 100 km2, Danau Maninjau sendiri ialah danau terluas ke-2 di Sumatera Barat dan ke-11 di Indonesia. Danau ini terbentuk akibat adanya letusan gunung berapi pada puluhan ribu tahun yang lalu. Danau Maninjau juga masuk kedalam kategori Danau terindah di Indonesia. Dengan air yang bening, dan juga dikelilingi oleh bukit-bukit, sehingga danau ini menjadib objek wisata yang selalu ramai dikunjungi para wisatawan. Berada diketinggian 1.210 mdpl, Danau Maninjau bisa dilihat secara keseluruhan dari Lawang. Selain dapat melihat keindahan Danau Maninjau, Lawang juga memiliki keunggulan pemandangan dikelilingi hutan pinus, sawah, perkebunan tebu yang menjadi komoditas utama masyarakat Lawang, hutan, kebun bawang, dan juga udara yang sejuk.
Pemandangan Danau Maninjau dari Puncak Lawang. Foto diambil oleh penulis
zoom-in-whitePerbesar
Pemandangan Danau Maninjau dari Puncak Lawang. Foto diambil oleh penulis
Objek wisata ini sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Dulunya Lawang lebih dikenal dengan nama “Rumah Bola”. Objek wisata ini dijadikan tempat untuk menyepi dan tempat peristirahatan para Meneer dan Noni Belanda. Untuk saat ini Nagari Lawang sendiri memiliki beberapa destinasi wisata diantaranya; Lawang Park, Tigo Baleh Nan Basa, Soul Puncak Lawang, Green View. Selain itu disini terdapat atraksi wisata kilang tebu tradisional, atraksi seni budaya, juga dikenal paralayangnya karena Puncak Lawang merupakan salah satu puncak tertinggi di Asia Tenggara serta berhasil melahirkan banyak atlit yang memenangkan kejuaraan tingkat nasional. Serta masih banyak atraksi wisata lainnya.
ADVERTISEMENT
Terdapak banyak pemangku kepentingan wisata di Lawang, Sumatera Barat. Pertama, pemerintah daerah Sumatera barat yang mendukung pengembangan potensi desa wisata, khususnya Lawang dalam meningkatkan keberhasilan sektor pariwisata dengan membiayai pembangunan insfrastrukrur ke pariwisataan dari dana APBD, memfasilitasi masyarakat dan pihak swasta dalam mengelola potensi wisata. Kedua, pengusaha wisata atau pihak swasta yang bisa berperan dengan berinventasi dalam pengembangan Lawang, memperkenalkan Lawang, juga mengembangkan kualitas pelayanan di Lawang. Ketiga, masyarakat Lawang umumnya bertani dan berkebun sebagai mata pencaharian. Tebu Lawang adalah salah satu UMKM yang diolah oleh masyarakat sekitar menjadi seperti Gula Saka, Gula Semut, Minuman Air Tebu dan lainnya. Lawang masih memegang tradisi adat yang bisa dibilang kental, penerapan ilmu agama dan adat diterapkan secara berseiringan dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat Lawang menganut adat Minangkabau yang memegang teguh
ADVERTISEMENT
Dalam pengembangan pariwisata, masyarakat Lawang dapat membantu dalam mengembangkan produk-produk wisata lokal seperti kerajinan tangan dan kuliner khas daerah. Keempat, organisasi pariwisata setempat salah satunya Kelompok Sadar Wisata Manih Sarumpun Nagari Lawang, diketuai oleh pemuda asli Lawang yaitu Zilfaroni. Mereka semua bekerja sama untuk mengembangkan dan mempromosikan potensi pariwisata di daerah ini, termasuk atraksi alam, budaya, dan kuliner. Tujuan utama mereka adalah untuk meningkatkan kunjungan wisatawan, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan pendapatan daerah melalui sektor pariwisata.
Seperti yang dijelaskan pada paragraf sebelumnya bahwa Tebu Lawang adalah salah satu komoditas yang diolah oleh masyarakat Lawang dari semenjak zaman penjajahan Belanda. Disini terdapat kilang tebu tradisional, pengolahan tebu tersebut menggunakan tenaga kerbau untuk mengeliligi tebu. Supaya kerbai tersebut jalan mengelilingi tebu, masyarakat menutupi mata kerbau itu dengan kain dan tempurung kelapa. Cara ini dipakai untuk mengolah tebu menjadi saka tabu atau lebih dikenal sebagai gula merah. Cara pembuatan tebu inilah yang menjadi satu dari banyaknya daya Tarik wisata di Lawang. Para wisatawan yang ingin menyaksikan pengolahan tebu tradisional ini dikenakan biaya senilai Rp. 300.000 per paket.
Proses menggiling tebu dengan kerbau. Foto: antaranews.com
Disini ada salah satu daya Tarik budaya, salah satunya tradisi yaitu, Alek Nagari. Semenjak dahulu Alek Nagari di Minangkabau merupakan sebuah wadah dalam menampung masyarakat yang memiliki kekuatan politik, ekonomi, dan budaya. Biasanya tradisi ini diadakan setahun sekali yang bertujuan dalam mempererat silaturahmi antara pemuka adat. Biasanya acara ini dilakukan ditempat terbuka, dan tentunya acara ini dibuka dengan tari pasambahan yang merupakan tarian yang biasa dipakai oleh adat Minangkabau dalam membuka suatu acara, dilanjutkan pesambahan antara pada pemuka adat. Acara Alek Nagari ini biasanya dimeriahkan juga dengan acara Makan Basamo (makan bersama) hidangannya seperti randang dagiang kabau, lado mudo patai, gulai kakek, galamai, lado mudo, dan makanan khas Minang lainnya. Selain upacara dan Makan Basamo, wisatawan disini bisa menjumpai musik tradisional dan tari tradisional di Minangkabau seperti talempong, pupuik batang padi, bansi, tambua, maupun seni tari seperti yang telah disebukan diatas yaitu tari Pasambahan, tari piring, tari silek dan masih banyak lagi.
ADVERTISEMENT
Terakhir mari kita bahas secara detail salah satu destinasi di Lawang, yaitu Lawang Adventure Park atau biasa disebut Lawang Park. Taman wisata yang dilengkapi kesan keindahan dari Danau Maninjau. Lawang Park buka selama 24 jam. Harga tiket masuk dimulai dari Rp. 25.000 per orang dan tarif ini tidak dibatasi dengan usia. Tempat ini menyediakan homestay atau penginapan seperti rumah panggung dengan harga kamar mulai dari Rp. 250.000 per malam. Setau saya wisatawan yang ingin bermalam disini tidak ada dibatasi dengan jam buka dan tutup. Akan tetapi bagi wisatawan yang hanya ingin berwisata tanpa menginap disarankan berkunjung pada pagi hingga sore hari. Selain menikmati keindahan Danau Maninjau disini ada wahana outbound yang identik untuk menjalin keakraban. Fasilitas outbound yang disediakan disini bisa dibilang cukup lengkap, contohnya seperti paralayang, training & gathering, trekking, dan lainnya.
Paralayang dI Lawang Park. Foto diambil penulis sendiri
Disini juga terdapat taman yang dipenuhi dengan tanaman hijau dan bunga yang tumbuh rapih dan teratur. Wisata ini juga memiliki pasar oleh-oleh. Terdapat aneka ragam jajanan Khas Sumatera Barat. Ada banyak kerajinan tangan unik yang contohnya seperti gelang, tas batik, gantungan kunci, sendal, sepatu atau pernak-pernik lain. Dataran tinggi memang identik dengan kebun stroberi dan wisata alam ini juga menyediakan kebun stoberi yang identik dengan wisata alam daerah pergunungan. Kita bisa belajar memetik stoberi yang benar dan kemudian stroberi yang kita petik akan ditimbang di depan dan pembayaran dilakukan dari jumlah stoberi yang dipetik. Disini juga terdapat perahu besar yang menjadi spot foto unik bagi pengunjung. Selain kelebihan dan keindahan Lawang Park tentu saja terdapat beberapa kekurangan yang saya rasakan. Salah satunya adalah transportasi. Sulit menemukan bus umum yang langsung menuju ke lokasi dikarenakan Lawang Park yang berada di pegunungan, jadi biasanya perjalanan dilakukan dengan kendaraan pribadi atau membeli paket tour yang disediakan, biasanya kita akan dijemput di kota dan dalam paket tour ini kita sudah mendapatkan fasilitas lain seperti makan dan penginapan. Perjalanan yang jauh, waktu tempuh yang terpakai cukup lama. Terakhir yaitu saat malam, tidak semua lampu luar dihidupkan, sehingga cukup susah berkeliling di malam hari, selain gelap, juga karena jalanannya cukup terjam.
ADVERTISEMENT