Konten dari Pengguna

Nikah Muda atau Pernikahan Dini?

Zahwa Azzahra
Mahasiswa Jurnalistik Universitas Islam 45 Bekasi
7 Oktober 2024 6:48 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zahwa Azzahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Foto tangan yang sedang berpegangan dalam pernikahan  (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Foto tangan yang sedang berpegangan dalam pernikahan (Foto: Shutterstock)
Nikah muda sering kali menjadi tameng daripada pelaku "pernikahan dini" dengan dalih menghindari zina, lalu apa bahaya dari pernikahan dini? mengapa pengaruhanya begitu signifikan? Mari kita simak bahaya pernikahan dini
ADVERTISEMENT

1. Mental

Studi menyebutkan menikah sebelum menginjak umur 19 tahun beresiko menyebabkan gangguan depresi, kecemasan dan trauma psikologis seperti PTSD dan gangguan sosialisasi lainnya. Remaja secara harfiah belum memiliki boundaries mengendalikan diri dan pengambilan keputusan yang baik karena masih perlu arahan orang tua, kurangnya arahan saat terjadi konflik dalam rumah tangga seringkali terjadi, pasangan seringkali mengutamakan ego dan tidak memiliki batasan. Hal ini tidak dapat di generalisasikan dengan "walaupun umurnya masih muda tapi dia sudah dewasa" tidak, hal ini mutlak
Masalah mental juga muncul seringkali wanita menjadi korban keguguran saat hamil, dikarenakan sistem repoduksi yang belum optimal untuk hamil dan melahirkan

2. Tekanan Sosial

Masyarakat Indonesia mayoritas hidup di lingkungan awam dan publik, yang berarti kerabat, tetangga, saudara bahkan keluarga bisa membawa beban tuntutan Rumah Tangga yang menjadi tradisi turun temurun, untuk pasangan suami istri remaja, hal itu tentu sangan memberatkan dan tidak mudah
ADVERTISEMENT
Contoh sederhananya mengharuskan suami mencari nafkah dengan cukup dan menjadi kepala keluarga untuk memimpin sebuah keluarga yang melibatkan istri, anak, rumah hubungan antara kedua keluarga dan lainnya
Sementara istri memiliki tanggung jawab, mengurus rumah, suami dan anak padahal dari sisi psikologis, remaja belum siap untuk mengemban benan yang berat tersebut belum dengan tuntutan sekitar lainnya

3. Kebebasan

Masa remaja secara garis besar adalah masa masa Golden Age dan takan terulang kembali, pergaulan seringkali mempengaruhi hal tersebut, terlebih lagi dengan trend YOLO (You Only Live Once) dan tingkat tidak konsisten yang sering kali dibranding pada remaja dengan sebutan "Remaja Labil" ingin mencoba hal baru dengan bebas dan hidup seperti yang mereka mau, cenderung tidak memperdulikan keadaan sekitar jika mereka sudah di fase Comfy atau mereka akan merasa "ini hidupku"
ADVERTISEMENT
Lalu bagaimana mereka mengikuti hasratnya sedangkan mereka juga kepala keluarga? hal tersebut seringkali Wanita dan Anak yang akan menjadi korban

4.Tingkat Ekonomi

Tekanan kebutuhan keluarga seringkali memicu pertengkaran, jika mereka sudah siap secara emosional, hal tersebut bisa menemukan jalan keluar dengan berunding antar suami istri tanpa emosi, namun bagaimana dengan tekanan yang begitu tinggi sedangkan boundaries mental saja tidak memumpuni? apa yang akan terjadi?

5.Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

Studi menyebutkan bahwa pernikahan dini dapat memicu resiko kekerasan rumah tangga yang cukup tinggi, hal ini disebabkan usia yang sangat belia untuk berumah tangga kerap kali membuat pasangan tidak bisa berpikir logis dan dewasa
Pihak wanita sering kali beresiko tinggi menjadi korban kekerasan pada pelaku pernikahan dini terlebih merek tinggal jauh dari orang tua dan kembali lagi, bimbingan yang belum tuntan dari orang tua dan pemikiran yang belum sepenuhnya matang.
ADVERTISEMENT