Konten dari Pengguna

Kisah Cinta dalam Novel Layar Terkembang Karya St. Takdir Alisyahbana

Zahwatunissa
Mahasiswi aktif UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
24 Oktober 2024 9:00 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zahwatunissa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Novel Layar Terkembang, karya St. Takdir Alisjahbana (Sumber: gambar pribadi).
zoom-in-whitePerbesar
Novel Layar Terkembang, karya St. Takdir Alisjahbana (Sumber: gambar pribadi).
ADVERTISEMENT
Novel adalah sebuah cerita yang bersifat imajinatif yang mengisahkan masalah kehidupan seseorang atau beberapa karakter. Pengarang berusaha memunculkan berbagai masalah dengan alur yang pasti lebih kompleks dan panjang dari pada alur cerpen yang lebih sederhana. Melalui novel para pembaca dapat mengetahui apa yang ingin disampaikan oleh penulis. Seperti kisah cinta yang terdapat dalam novel "Layar Terkembang". Novel ini ditulis oleh Sutan Takdir Alisyahbana, yang diterbitkan pada tahun 1937 di Balai Pustaka.
ADVERTISEMENT
St. Takdir Alisjahbana merupakan seorang sastrawan ahli Bahasa Indonesia dan tokoh utama dalam pejuang gerakan Pujangga Baru. St. Takdir Alisjahbana lahir pada 11 Februari 1908, di Mandailing Natal, Sumatera Utara. Dalam novel ini terdapat dua orang gadis yang bernama Tuti dan Maria, mereka merupakan kaka dan adik. Tokoh Tuti merupakan wanita berusia 25 tahun, ia seorang guru di sekolah H.I.S. Arjuna di Petojo. Sedangkan Maria berusia 20 tahun, ia murid H.B.S. Carpentier Alting Stichting. Tuti dan Maria merupakan anak dari Raden Wiriaatmaja, yang pada saat itu seorang pensiunan yang tinggal di Jakarta.
Tuti dan Maria memiliki kepribadian yang sangat berbeda. Tuti memiliki sifat yang pendiam, tertutup dan tidak mudah mengungkapkan rasa kagum, ia juga memiliki pemikiran dan perspektifnya sendiri, serta semua hasil pikirannya yang sangat konsisten yang didasarkan pada pertimbangan dirinya sendiri. Tuti memiliki pola pikir yang rasional, sedangkan Maria memiliki pola pikir emosional, sangat bertolak belakang dengan Tuti, Maria memiliki sifat mudah mengutarakan apa yang ia rasakan.
ADVERTISEMENT
Rasa kagum Maria pun muncul pada seorang pemuda bernama Yusuf yang ia temui di gedung akuarium. Yusuf merupakan putra Demang Munaf di Martapura di Sumatra Selatan dan Yusuf adalah seorang pelajar yang sudah lama belajar di sekolah Tabib Tinggi. Ternyata Yusuf dan Tuti pun pernah bertemu sebelumnya, pada rapat umum Pemuda Baru. Yusuf dan Maria pun menjalin percintaan yang manis dan sangat romantis, sementara Tuti sang kaka sibuk dengan organisasi Kongres Putri Sedar, Tuti merupakan pemimpin dalam organisasi tersebut. Tuti bergelut dengan dirinya sendiri, ia merasa bahwa keadaan perempuan bangsanya sangat buruk. Dalam hal apapun perempuan pada masa itu tidak mempunyai kehendak dan keyakinan, para perempuan selalu terikat dengan ikatan dan harus selalu menurut dengan kehendak kaum laki-laki. Ketika Maria sedang mabuk asmara, Tuti pun semakin yakin jikalau perempuan sudah di buat mabuk asmara oleh laki-laki maka benarlah perempuan menjadi hamba sahaya laki-laki. Tuti memiliki prinsip lebih baik tidak menikah daripada mendapatkan suami yang tidak sepandangan dan sepemahaman.
ADVERTISEMENT
Pada suatu ketika Tuti pun sempat diberikan surat cinta oleh seorang lelaki bernama Supomo, ia menuliskan didalam surat itu bahwa ia sudah lama mencintai Tuti dan berharap Tuti membalas cintanya. Tuti pun merasa sangat kebingungan karna ia tidak mau menyesal di kemudian hari, Tuti merasa dirinya sudah tidak muda lagi, masa remajanya sudah lenyap, dan Tuti pun juga merasakan kehampaan dan kesepian. Tuti mengetahui bahwa Supomo adalah orang yang baik dan tulus tetapi ia tidak mencintai Supomo dan tidak mau menjadikan Sopomo sebagai pelarian ia dari rasa kesepiannya.
Hingga kisah cinta Maria dan Yusuf pun berlangsung hingga ke tahap pernikahan, tetapi menjelang pernikahan Maria pun batuk darah, yang bisa disebut dengan sakit maralia, sakit ini memicu penyakit TBC yang sudah lama ada pada diri Maria. Semakin hari keadaan Maria pun semangkin memburuk, lalu dokter menyarankan agar Maria dibawa ke rumah sakit TBC di Pacet, Sindanglaya Jawa Barat. Selama Maria dirawat di rumah sakit di Pacet, Tuti merasa kesepian karena kehadiran Maria sangat berpengaruh dalam hidupnya.
ADVERTISEMENT
Sudah sebulan lebih Maria di rumah sakit, kondisi Maria pun semakin memburuk, hingga Maria sudah pasrah dan berpesan pada sang kaka yaitu Tuti, agar Tuti mau menikah dengan Yusuf. Namun Tuti menolak permintaan Maria, hingga Maria pun terus membujuk Tuti sampai akhirnya, Tuti dan Yusuf mau menerima permintaan Maria untuk terakhir kalinya dari orang yang sama-sama mereka cintai. Lalu Maria menghembuskan nafas terakhirnya pada usia 22 tahun. Tuti dan Yusuf pun melakukan proses pertunangan. Tidak lama kemudian keduanya menikah dan hidup selamanya.