Konten dari Pengguna

Narasi Pemanasan Global dan Perubahan Iklim di Indonesia

Zeremy Giovanni Lumbantoruan
Sedang menempuh pendidikan s2 di Universitas Indonesia, bidang komunikasi dengan fokus komunikasi politik.
25 Mei 2022 17:29 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zeremy Giovanni Lumbantoruan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi. (Warga melihat bangkai domba dan kambing berserakan di ladang di pinggiran pemukiman kecil yang diduga tewas akibat perubahan iklim di daerah Marsabit 29 Januari 2022, di afrika timur utara. Foto: Tony Karumba / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi. (Warga melihat bangkai domba dan kambing berserakan di ladang di pinggiran pemukiman kecil yang diduga tewas akibat perubahan iklim di daerah Marsabit 29 Januari 2022, di afrika timur utara. Foto: Tony Karumba / AFP)
ADVERTISEMENT
Argumen terkait perubahan iklim sampai sekarang ini telah menciptakan dua polar, yaitu mereka yang percaya bahwa hal ini nyata dan manusia merupakan kontributor terhadap perubahan iklim, dan mereka yang berpandangan sebaliknya. Media-media internasional juga memiliki pandangangan yang beragam terkait isu ini. Dean Burnett (2014) dalam The Guardian berargumen bahwa perubahan iklim hanya sebuah mitos. Menurutnya, bukti-bukti dan argumen terkait kenaikan permukaan laut, melelehnya lapisan es, kenaikan harga bahan-bahan makanan, dan argumen pendukung perubahan iklim lainnya hanya usaha kelompok-kelompok tertentu untuk memanipulasi harga demi kepentingan mereka. Sejalan dengan Burnett, penelitian Busch dan Judick (2021) juga memperlihatkan beberapa argumen sejenis dari kelompok Conservative Think Tanks (CTTs), yang berdasar dari ketidakpastian ilmu pengetahuan mengenai perubahan iklim, adanya agenda di dunia ilmu pengetahuan, ketidakpercayaan bahwa manusia adalah penyebab utama perubahan iklim, dan lainnya (pp. 8-11). Di sisi lain, media dan organisasi internasional seperti World Wide Fund (WWF), National Aeronautics and Space Act (NASA), Deutsche Welle (DW), Environmental Defense Fund (EDF), dan lainnya, berargumen bahwa perubahan iklim nyata, dan manusia adalah aktor utama terjadinya perubahan tersebut (Feder, 2021).
ADVERTISEMENT
Penulis berada pada posisi argumen setuju bahwa pemanasan global dan perubahan iklim merupakan hal yang nyata. Bukti-bukti terkait kedua hal juga dapat kita rasakan secara langsung, seperti suhu yang memanas, kenaikan permukaan laut, kepunahan beberapa spesies, dan cuaca yang semakin sulit terprediksi (Pavlinovic, 2021; Bourgois, 2021). Namun, argumen kontra terkait kedua isu masih beredar, dan tidak dalam jumlah yang sedikit. Survei yang dilakukan oleh YouGov tahun 2019, menunjukan 18 persen orang Indonesia masih tidak percaya bahwa manusia adalah penyebab perubahan Iklim (DW, 2019). Survei juga menunjukan bahwa penduduk Indonesia berada di urutan pertama terkait argumen tersebut (diikuti oleh Arab 16 persen, Amerika 13 persen, Afrika Selatan 11 Persen, Meksiko 10 persen, dan Mesir 10 persen). Sebenarnya, media-media di Indonesia berada di posisi setuju terkait nyatanya pemanasan global dan perubahan iklim. Situs-situs berita daring seperti Detik, Merdeka, Tribun, The Conversation, Kompas, dan Liputan 6, sudah menjelaskan definisi, penyebab, akibat, dan solusi dari kedua isu (Kurniawan, 2022; Latifah, 2022; Henry, 2022; Zulfikar, 2022; Maslin, 2019). Namun, mengapa media-media di Indonesia belum berhasil membuat penduduk Indonesia percaya dan mau melakukan perubahan terkait pemanasan global dan perubahan iklim?
ADVERTISEMENT
Narasi Apokaliptik dan Solusi yang Sulit
Penulis berargumen, media-media yang hanya menunjukan dampak buruk dan mempromosikan rasa takut terkait kedua isu dapat menjadi penyebab tingginya jumlah climate denial di Indonesia. Contohnya dapat dilihat dari beberapa laman berita daring berikut. Merdeka hanya menjelaskan definisi, penyebab, dan memberikan solusi yang sulit (Kurniawan, 2022). Tribun hanya menjelaskan penyebab, dampak, dan memberikan solusi yang sulit (Latifah, 2022). Liputan 6 hanya menjelaskan penyebab, dampak, dan solusi, perbedaanya, mereka menggunakan clickbait pada judul berita (Henry, 2022). Detik hanya menjelaskan definisi, penyebab, dan dampak (Zulfikar, 2022). The Conversation hanya menjelaskan mitos-mitos terkait perubahan iklim dan kesalahannya (Maslin, 2019). Beberapa contoh berita terkait perubahan iklim dan pemanasan global tersebut memperkuat argumen penulis sebelumnya. Hal-hal yang dijelaskan beberapa berita daring tersebut hanya seputar definisi, penyebab, dan dampak. Solusi-solusi yang diberikan juga terlihat sulit untuk dilaksanakan dalam kegiatan sehari-hari (pengurangan penggunaan bahan bakar fosil, penghentian deforestasi, reboisasi, dan pengurangan penggunaan gas CFC).
ADVERTISEMENT
Penjelasan Huddy dalam Castells (2009) mengenai emosi dan perilaku politik dapat diparalelkan dengan permasalahan ini. Emosi positif dan negatif berhubungan dengan dua sistem motivasi dasar yang bersumber dari evolusi manusia, yaitu pendekatan dan penghindaran. Sistem pendekatan berhubungan dengan goal seeking behavior (perilaku pemenuhan tujuan) yang memproduksi emosi positif dan mengarahkan individu kepada pengalaman dan situasi yang memproduksi pleasure dan reward. Sedangkan emosi negatif berhubungan dengan penghindaran risiko yang bertujuan untuk melindungi individu dari kejadian negatif. Rasa cemas akan muncul ketika emosi negatif meningkat, dan rasa cemas akan membuat individu menghindari situasi yang dianggap berbahaya (p. 147). Maka dari itu, media-media yang hanya menjelaskan definisi, dampak, dan solusi yang tidak mudah dari perubahan iklim dan pemanasan global dapat menjadi penyebab penduduk Indonesia menghindari pembicaraan terkait kedua isu. Bahkan dengan mempromosikan rasa takut (melalui tampilan visual atau deskripsi yang apokaliptik), media-media dapat mendemobilisasi penduduk Indonesia untuk melakukan perubahan perilaku terkait kedua isu (Castells, 2009, p. 151).
ADVERTISEMENT
Alternatif
Praktisi media bersama dengan ilmuwan dan pemerintah sebenarnya bisa mengubah arah narasi terkait kedua isu menjadi lebih positif. Mereka bisa menjelaskan dampak positif dari perubahan perilaku terkait kedua isu. Sebagai contoh, dengan mengurangi penggunaan listrik, biaya listrik setiap bulannya menjadi lebih murah dan secara bersamaan menyelamatkan bumi. Dengan narasi seperti itu, seakan-akan isu utama yang sedang diselesaikan adalah mahalnya biaya listrik (isu yang lebih dekat ke masyarakat). Sesuai dengan penjelasan Huddy sebelumnya, penduduk secara langsung bisa merasakan solusi yang diberikan media, dan secara bersamaan menjadi antusias terhadap isu perubahan iklim dan pemanasan global. Media juga bisa menggunakan cara-cara lain, namun memiliki konsep yang memancing goal seeking behavior.
Solusi lain juga dapat dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang lingkungan hidup. Mereka bisa saja mempromosikan perubahan perilaku dengan model gamification. Sebagai contoh, LSM dapat membuat sebuah aplikasi untuk smartphone menggunakan konsep gamifikasi. Dalam aplikasi tersebut, pengguna bisa mendapatkan reward ketika selesai mencapai sebuah goal (dengan mengurangi penggunaan listrik harian, pengguna akan mendapatkan poin yang dapat ditukarkan dengan reward tertentu dari aplikasi). Aplikasi juga bisa memiliki sistem achievement, seperti mereka dapat membandingkan capaian penghematan listrik mereka dengan pengguna lainnya. Selain mengatur narasi, legislatif dan pemerintah pada dasarnya harus membuat kebijakan yang dapat mencegah percepatan pemanasan global (seperti pajak karbon, Undang-undang Nomor 7 Tahun 2021, tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan dan AMDAL). Namun terkait misinformasi pemanasan global yang tersebar di media, pemerintah dapat lebih mempromosikan situs Kominfo yang dapat menjadi sumber konfirmasi informasi. Dengan pembentukan narasi positif, gamifikasi perubahan perilaku, dan adanya situs konfirmasi informasi, menurut penulis akan membangkitkan antusiasme penduduk Indonesia terkait isu pemanasan global dan perubahan iklim.
ADVERTISEMENT
Referensi
Bourgois, X. (2021, April 22). Climate change link to displacement of the most vulnerable is clear: UNHCR. UN News. Retrieved May 15, 2022, from https://news.un.org/en/story/2021/04/1090432
Burnett, D. (2014, November 25). Climate change is an obvious myth – how much more evidence do you need? [Many people just refuse to accept the facts that surround them, even if we saw 100 more years of it plain and apparent] [The Guardian]. The Guardian. https://www.theguardian.com/science/brain-flapping/2014/nov/25/climate-change-is-an-obvious-myth-how-much-more-evidence-do-you-need
Busch, T., & Judick, L. (n.d.). Climate change—that is not real! A comparative analysis of climate-sceptic think tanks in the USA and Germany. Climate Change, 164(18), 1-23. https://doi.org/10.1007/s10584-021-02962-z
Castells, M. (2009). Communication Power. OUP Oxford.
Evidence | Facts – Climate Change: Vital Signs of the Planet. (n.d.). NASA Climate Change. Retrieved May 15, 2022, from https://climate.nasa.gov/evidence/
ADVERTISEMENT
Feder, J. (2021, Agustus 10). Global Warming Is Real and Humans Are To Blame, Says UN Climate Panel. JPT. https://jpt.spe.org/global-warming-is-real-and-humans-are-to-blame-says-un-ipcc?gclid=Cj0KCQjwyYKUBhDJARIsAMj9lkE2k7TLU2aNNKJxhfHB_8C4Nq29KERa9vDMfTAV5-U2In85DXV4-GcaAlK8EALw_wcB
Henry. (2022, April 15). Penyebab Pemanasan Global dan Cara Mengatasinya, Salah Satunya Kurangi Mengirim Email. Liputan6.com. Retrieved May 15, 2022, from https://www.liputan6.com/lifestyle/read/4939906/penyebab-pemanasan-global-dan-cara-mengatasinya-salah-satunya-kurangi-mengirim-email
Is Global Warming a Myth? (2009, April 8). Scientific American. Retrieved May 15, 2022, from https://www.scientificamerican.com/article/is-global-warming-a-myth/
Key Findings | United Nations. (n.d.). the United Nations. Retrieved May 15, 2022, from https://www.un.org/en/climatechange/science/key-findings#temperature-rise
Key Findings | United Nations. (n.d.). the United Nations. Retrieved May 15, 2022, from https://www.un.org/en/climatechange/science/key-findings#nature
Key Findings | United Nations. (n.d.). the United Nations. Retrieved May 15, 2022, from https://www.un.org/en/climatechange/science/key-findings#food-agriculture
Kurniawan, A. (2022, April 23). Kesimpulan Pemanasan Global dan Penjelasan dari Meningkatnya Suhu di Bumi | merdeka.com. Merdeka.com. Retrieved May 15, 2022, from https://www.merdeka.com/jabar/kesimpulan-pemanasan-global-dan-penjelasan-dari-meningkatnya-suhu-di-bumi-kln.html
ADVERTISEMENT
Latifah, L. (2022, April 16). Pemanasan Global: Penyebab, Dampak dan Usaha-usaha untuk Menanggulangi Pemanasan Global. Tribunnews.com. Retrieved May 15, 2022, from https://www.tribunnews.com/pendidikan/2022/04/16/pemanasan-global-penyebab-dampak-dan-usaha-usaha-untuk-menanggulangi-pemanasan-global
Maslin, M. (2019, September 24). Lima mitos perubahan iklim, ini bantahannya. The Conversation. Retrieved May 15, 2022, from https://theconversation.com/lima-mitos-perubahan-iklim-ini-bantahannya-123878
Pavlinovic, D. (2021, September 1). Climate and weather related disasters surge five-fold over 50 years, but early warnings save lives - WMO report. UN News. Retrieved May 15, 2022, from https://news.un.org/en/story/2021/09/1098662
7 undeniable climate change facts. (n.d.). Environmental Defense Fund. Retrieved May 15, 2022, from https://www.edf.org/climate/how-climate-change-plunders-planet/climate-facts
10 myths about climate change | WWF. (n.d.). WWF-UK. Retrieved May 15, 2022, from https://www.wwf.org.uk/updates/10-myths-about-climate-change
World Day to Combat Desertification and Drought | United Nations. (2021, June 17). the United Nations. Retrieved May 15, 2022, from https://www.un.org/en/observances/desertification-day
ADVERTISEMENT
Zulfikar, F. (2022, May 12). Pemanasan Global: Pengertian, Penyebab, dan Dampaknya. Detikcom. Retrieved May 15, 2022, from https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6073397/pemanasan-global-pengertian-penyebab-dan-dampaknya