Konten dari Pengguna

Moral Decline Illusion: Mengungkap Mitos Degradasi Moral Generasi Sekarang

Zidane Akmal Al Furqaan
Mahasiswa Universitas Airlangga
16 Desember 2024 16:47 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zidane Akmal Al Furqaan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi anak tidak mau mendengarkan orang tua. Sumber: Kaboompics/pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak tidak mau mendengarkan orang tua. Sumber: Kaboompics/pexels.com
ADVERTISEMENT
Dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir, mencuat suatu fenomena yang beranggapan bahwa moral pada generasi muda sekarang ini semakin lama semakin menurun. Generasi yang mengalami penurunan atas moral yang dimaksud ialah Gen Z dan Gen Alpha. Hal ini muncul tidak hanya sebatas anggapan belaka, akan tetapi terdapat berbagai kasus-kasus tindak kejahatan yang memperkuat adanya keyakinan tersebut. Seperti kasus yang terjadi beberapa waktu lalu di tanah air tentang seorang siswa yang berperilaku tidak sopan dengan menjawab seenaknya pertanyaan dari gurunya saat sedang dinasehati. Terdapat juga kasus tawuran antar remaja yang berujung hilangnya nyawa dan masih banyak kasus lagi.
ADVERTISEMENT
Kasus-kasus seperti inilah yang membuat generasi-generasi di atasnya seperti Gen Y, Gen X, dan seterusnya, merasa khawatir akan bagaimana kondisi moral dan karakter para generasi selanjutnya untuk kedepannya. Namun, dugaan tentang penurunan moral yang ada pada masyarakat ini nyatanya sering untuk disalahpahami seiring dengan banyaknya pembicaraan terkait benar atau tidaknya hal tersebut. Lalu, Muncullah angin segar yang menjawab keresahan moral tersebut, oleh penelitian yang dilakukan Adam Mastroianni terhadap apa yang selama ini menjadi anggapan benar oleh banyak orang.
Mitos Fenomena Penurunan Moral
Adam Mastroianni yang merupakan seorang Peneliti Pascadoktoral di Northwestern University’s Kellogg School of Management, dengan cemerlang menyatakan bahwa anggapan menurunnya moral yang terjadi saat ini bukanlah suatu realitas, tetapi justru adalah sebuah ilusi belaka. Melalui penelitian yang diterbitkannya yang berjudul The illusion of moral decline, tertulis bahwa terdapat kecenderungan dari manusia untuk memandang masa lalu dalam perspektif romantis. Dalam artian pandangan tentang moral di masa lalu berada dalam kondisi yang jauh lebih baik jika dibanding dengan saat ini atau dapat dikatakan terdapat moral yang menurun. Padahal mitos seperti ini, nyatanya telah ada sejak jaman dahulu kala. Dibuktikan dengan temuan sejarawan Romawi, Titus Livius yang mengeluhkan tentang terjadinya proses penurunan moral yang dihadapi masyarakatnya saat itu.
ADVERTISEMENT
Penelitian lebih lanjut telah dilakukan sejak tahun 1996 demi melihat apakah masyarakat yang hidup di masa sebelumnya lebih beretika jika dibandingkan dengan masyarakat beberapa dekade terakhir? Maka peneliti mengadakan 58 survei dengan melibatkan 350.000 peserta dari 59 negara dengan rentang tahun 1996 hingga 2007. Hasil dari surveinya adalah terdapat kesamaan bahwa rasa moralitas semakin lama semakin menurun, tidak peduli berbagai bentuk pertanyaan yang telah diajukan kepada responden. Dari generasi ke generasi secara konsisten terus menerus percaya, moral masyarakat mereka sedang dalam kondisi menurun.
Orang-orang yang berusia lebih tua mengiyakan adanya kemerosotan terhadap nilai-nilai moral. Didukung karena mereka telah hidup lebih lama sehingga merasa lebih mengetahui perbandingan antara masyarakat di masa mereka dengan masa baru-baru ini. Para responden menjelaskan bahwa penurunan yang terjadi saat ini disebabkan oleh penurunan moralitas sejak tahun-tahun sebelumnya dan juga karena banyaknya muncul orang-orang yang kurang bermoral menggantikan oranng-orang yang lebih bermoral sehingga pemikiran akan generasi baru dianggap kurang bermoral dapat terjadi. Umur, ras, jenis kelamin, tingkat edukasi, ataupun pilihan politik tidak memberikan pengaruhi yang signifikan atas pandangan masyarakat terkait adanya penurunan moral.
ADVERTISEMENT
Moral yang dimiliki oleh masyarakat terkini sebenarnya tidak seburuk dengan apa yang diasumsikan. Melainkan dalam beberapa aspek, masyarakatnya justru menunjukkan perkembangan yang pesat, dengan bukti melalui hasil penelitian yang menganalisis 107 survei termasuk 4 juta orang Amerika, dengan rentang tahun 1965 hingga 2020 menunjukkan bahwa moralitas sehari-hari tergolong stabil dan hasilnya sama di tempat lain di belahan dunia lain.
Mengapa Mitos Penurunan Moral dapat Terjadi
Berdasarkan data-data sebelumnya dapat dikatakan orang-orang di masa kini tidak mengalami penurunan dalam berperilaku baik di setiap harinya, lalu mengapa masih terdapat pemikiran yang menyatakan jika masyarakat dulu lebih baik dibandingkan yang saat ini? Adam Mastroianni pun memberikan penjelasan bahwa mitos ini terjadi dikarenakan adanya dua bias kognitif yaitu the negativity bias dan the memory bias.
ADVERTISEMENT
1. The negativity bias, yakni kecenderungan manusia untuk lebih melihat suatu informasi dari sisi negatifnya. Tidak sedikit media lebih banyak meliput berita yang negatif dibandingkan berita yang lebih positif dikarenakan lebih menjual di pasaran. Seperti berita siswa SMP yang berhasil meraih medali olimpiade tingkat internasional akan tenggelam dengan berita tentang siswa SMP yang berperilaku nyeleneh. Sehingga masyarakat yang melihat akan menilai bahwa moral generasi penerus bangsa telah menurun.
2. The memory bias, yakni kecenderungan manusia untuk tidak dapat mengingat sesuatu dengan cara tidak sepenuhnya akurat. Contohnya ketika kita mengingat masa lalu, maka terkadang kita merasa masa itu lebih baik ataupun bermoral daripada kenyataan sesungguhnya.
Bias pertama akan membuat masa kini terlihat seperti masa dimana moral terasa gersang, sedangkan bias kedua akan membuat masa lalu tampak seperti alam semestanya moral.
ADVERTISEMENT
Penutup
Anggapan bahwa telah terjadi penurunan moral pada generasi tertentu sebenarnya bukanlah hal yang baru dalam sejarah manusia. Sudah sepatutnya kita alih-alih terjebak dalam narasi yang negatif, maka seharusnya kita mau untuk melihat potensi dari generasi penerus bangsa.
Tentunya setiap generasi mengalami rintangan dan masalah yang berbeda-beda, sehingga tidak perlu untuk saling merendahkan atau bahkan menginjak antar generasi.