Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Memaknai Patriotisme dari Drama Korea Mr. Sunshine
31 Juli 2021 21:45 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Zikra Mulia Irawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tahun 2018 lalu, ada sebuah drama Korea berjudul Mr. Sunshine. Drama itu bukan drama percintaan seperti yang biasa booming di masyarakat. Kali ini, aspek sejarah lebih ditekankan.
ADVERTISEMENT
Dalam drama yang bertabur bintang profesional ini, fakta sejarahnya pun memang benar-benar ada, dengan beberapa penyesuaian tentunya. Mr. Sunshine mengambil latar saat negara yang masih bernama Joseon itu dijajah oleh Jepang. Melalui drama ini, kita diajak untuk memahami apa itu patriotisme.
Patriotisme sebagai bela negara
Patriotisme sederhananya berasal dari dua kata, yaitu patriot yang berarti pencinta (pembela) tanah air dan isme yang berarti jiwa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, patriotisme memiliki makna sikap seseorang yang bersedia mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan dan kemakmuran tanah airnya.
Tokoh utama dalam Mr. Sunshine adalah Go Ae Shin. Ia adalah seorang putri bangsawan yang sangat mencintai tanah airnya. Go Ae Shin pun dicintai dan disegani oleh orang-orang sekitarnya karena kebaikan hatinya. Sifat ini menurun dari kakek dan orang tuanya. Ia bahkan tumbuh dewasa dengan keahlian menembak, bukan menyulam seperti putri bangsawan pada umumnya.
ADVERTISEMENT
Dalam drama ini, disinggung pula tentang The Righteous Army. Mereka adalah pasukan anti-Jepang yang pernah diliput oleh jurnalis Daily Mail, Frederick Arthur Mackenzie. Untuk kepentingan cerita, Go Ae Shin menjadi salah satu bagiannya, sementara kakeknya adalah pihak yang membiayai kegiatannya.
Mengutip dari Korea.net , Mackenzie menggambarkan patriotisme The Righteous Army terpancar dari tatapan dan senyuman mereka. Pasukan ini bertempur dengan senjata yang terbatas. Salah satu ucapan anggota pasukan yang diingat Mackenzie adalah, "Mungkin kami memang harus mati. Ya, sudah seharusnya begitu. Ini lebih baik untuk mati sebagai manusia yang bebas daripada hidup sebagai budak Jepang."
Dialog dalam dramanya pun tak kalah mengharukan. Saat pasukan telah terkepung oleh Jepang, pemimpin mereka mengatakan,
ADVERTISEMENT
Dari Indonesia, ada begitu banyak wujud patriotisme dari para pahlawan . Ada kisah Bung Hatta yang enggan menikah sebelum Indonesia merdeka, Jenderal Sudirman yang tetap memimpin perang gerilya, dan masih banyak lagi. Patriotisme telah terbukti mampu menyelamatkan bangsa dari belenggu penjajahan.
Patriotisme di era kemerdekaan
Di negara yang sudah merdeka ini, apakah patriotisme masih dapat diterapkan? Tentu saja bisa! Di masa pandemi ini, patriotisme bisa berawal dari hal-hal sederhana. Contoh paling mudah adalah menahan diri untuk tidak menyebarkan informasi yang belum jelas kebenarannya. Jika kita melakukannya, bayangkan, berapa kepala yang bisa kita selamatkan dari disinformasi?
Pada akhirnya, satu lagi perkataan dari proklamator kita, Bung Karno, terbukti. Perjuangan kita saat ini lebih berat karena harus melawan negara bahkan diri sendiri. Di era perang pemikiran ini, penting untuk berhati-hati membagikan opini. Dibantu kemajuan teknologi, satu saja perkataan kita mampu menembus banyak kepala. Jika sudah seperti ini, opini kita dapat memperbaiki atau justru memperkeruh suasana.
ADVERTISEMENT
Kembali lagi kepada bahasan patriotisme, ego negatif harus dikorbankan jika ingin mencapai opsi pertama. Atau, jika terlalu berat, dengan tidak membuat keonaran saja, itu sudah lebih dari cukup. Semoga kita sama-sama bisa menjadi warga yang senantiasa mencintai negara dengan tulus.