Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Maximus Adalah Kita
26 November 2024 17:27 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Zuhad Aji Firmantoro tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Kita prioritaskan kebijakan Kabupaten Mimika untuk orang asli Mimika,” ujar Maximus Tipagau, calon bupati Mimika, menjelang hari pemungutan suara pada 27 November 2024. Saat pertama kali mendengar pernyataan itu, saya sempat merasa sinis. Terlintas di benak saya, inilah tanda-tanda penyakit pemilihan kepala daerah yang sering muncul: primordialisme berbasis suku. Namun, saya memilih untuk menahan diri dan mendengarkan lebih lanjut apa yang ingin disampaikan oleh Maximus.
ADVERTISEMENT
“Orang asli Mimika yang berasal dari orang asli Papua boleh, orang asli Mimika (bukan suku asli Papua) yang lahir dan besar di Mimika juga boleh, yang penting memiliki kompetensi,” lanjutnya. Kalimat tersebut sederhana, namun sangat istimewa bagi saya, karena keluar dari sosok Maximus — seorang putra Papua dengan kulit hitam, rambut keriting, dan pikiran yang cemerlang. Pernyataan ini membuka perspektif baru, mematahkan stigma tentang pemimpin yang hanya memprioritaskan golongan tertentu.
Maximus bukan hanya berbicara soal inklusivitas, tetapi juga menunjukkan komitmen nyata untuk semua masyarakat Mimika, tanpa memandang asal-usul atau identitas suku. Baginya, keberagaman di Mimika adalah kekuatan yang harus diberdayakan, bukan dijadikan alasan untuk saling memisahkan. Inilah yang menjadi landasan dari visi dan misinya sebagai calon pemimpin Mimika. “Maximus adalah kita” bukan sekadar slogan, tetapi sebuah janji bahwa kepemimpinannya akan merangkul semua golongan, menjadikan Mimika tempat yang lebih baik bagi semua warganya.
ADVERTISEMENT
Mengangkat Martabat Orang Asli Papua
Keistimewaan Maximus tidak hadir begitu saja. Pengalaman hidup yang luas membentuk cara pandangnya yang inklusif dan visioner. Terlahir dari suku Moni di Kampung Bulapa, Distrik Ugapa, Intan Jaya, Papua Tengah, Maximus Tipagau bukanlah sosok yang bergelimang harta sejak kecil. Hidupnya diawali sebagai tukang angkut kayu bakar, pengangkut sayur hasil kebun, dan porter di lapangan terbang desanya. Pengalaman tersebut membentuk karakter Maximus yang pekerja keras dan tidak mudah menyerah.
Maximus juga sempat bekerja sebagai tukang kebun di rumah salah satu karyawan PT Freeport Indonesia di Tembagapura. Dari sana, ia mulai memperluas pergaulan dan wawasannya, hingga akhirnya berhasil menjadi seorang pengusaha yang sukses. Namun, keberhasilan ini tidak membuatnya lupa akan tanah kelahirannya. Justru, pergaulannya yang mendunia semakin mengukuhkan komitmennya untuk membangun tanah Papua.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2012, Maximus mendirikan Yayasan Somatua Papua, sebuah yayasan yang didedikasikan untuk memberdayakan masyarakat Papua. Melalui yayasan ini, Maximus merintis berbagai program di bidang kesehatan, seperti layanan dokter terbang yang mengunjungi daerah-daerah terpencil; di bidang pendidikan, dengan mendirikan sekolah dan pusat pelatihan; serta di bidang ekonomi, melalui peningkatan kapasitas masyarakat dan pengembangan UMKM. Semua upaya ini dilakukan dengan tujuan yang sama: mengangkat martabat masyarakat Papua dan memberikan mereka kesempatan untuk maju.
Pemimpin yang Mengerti Rakyatnya
Kini, Maximus maju sebagai calon Bupati Mimika bersama pasangannya, Peggi Patricia Pattipi, yang akan menjadi calon Wakil Bupati. Keduanya adalah orang asli Papua, yang sering kali dianggap sebagai masyarakat kelas bawah dan terpinggirkan. Namun, mereka kini sedang berjuang untuk menunjukkan kapasitas dan kemampuan mereka dalam memimpin, berusaha berdaulat di atas tanah mereka sendiri. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Otonomi Khusus yang menghendaki adanya penguatan peran orang asli Papua dalam kepemimpinan politik di tanah Papua.
ADVERTISEMENT
Maximus percaya bahwa untuk membangun Mimika, perlu ada pemimpin yang benar-benar memahami kebutuhan dan aspirasi masyarakatnya. Tidak hanya itu, pemimpin tersebut harus mampu menghubungkan keberagaman masyarakat Mimika dan menjadikannya sebagai kekuatan. Maximus dan Peggi Patricia Pattipi berkomitmen untuk mewujudkan Mimika yang bersatu, berdaya saing, sejahtera, dan berkelanjutan.
Dukungan Masyarakat Mimika
Hasil survei yang dilakukan Citra Institute pada periode 22-31 Oktober 2024 memperlihatkan basis dukungan yang kuat Maximus Tipagau berasal dari masyarakat kelas menengah ke bawah di Kabupaten Mimika. Hal ini tidak mengherankan, karena Maximus adalah bagian dari mereka. Ia adalah seseorang yang memahami betul bagaimana sulitnya hidup dengan keterbatasan, karena ia sendiri pernah menjalani kehidupan tersebut.
Maximus dikenal sebagai sosok yang merakyat, yang selalu hadir dan mendengar keluhan masyarakat kecil. Dukungan yang besar dari masyarakat kelas menengah ke bawah ini memperlihatkan bahwa mereka melihat Maximus sebagai pemimpin yang dapat dipercaya untuk memperjuangkan kepentingan mereka. Kehidupan Maximus yang berawal dari keterbatasan, hingga menjadi seorang pengusaha sukses dan mendirikan Yayasan Somatua Papua, menjadi inspirasi bagi masyarakat Mimika. Ia dianggap mampu memahami kebutuhan masyarakat kecil dan memiliki niat tulus untuk membantu mereka. Wajar jika tingkat elektabilitas Maximus Tipagau mengungguli kandidat lainnya. Ini menjadi bukti bahwa masyarakat Mimika, khususnya kalangan menengah ke bawah, benar-benar menaruh harapan besar kepada Maximus untuk membawa perubahan yang nyata di daerah mereka.
ADVERTISEMENT
Maximus Tipagau: Pemimpin untuk Semua
Maximus Tipagau bukanlah sosok yang asing bagi masyarakat Mimika. Ia adalah bagian dari mereka — seseorang yang memahami betul apa yang dirasakan oleh masyarakat kecil, karena ia sendiri pernah merasakan hal yang sama. Ia tidak hanya berbicara tentang mimpi, tetapi juga tentang langkah-langkah konkret untuk mewujudkannya. Dalam kampanyenya, Maximus selalu menekankan pentingnya persatuan di tengah keberagaman. Baginya, Mimika adalah rumah bagi semua, baik yang asli Papua maupun pendatang. Semua berhak mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkembang dan sejahtera.
Maximus mengajak semua masyarakat Mimika untuk bersatu dan bekerja bersama-sama demi masa depan yang lebih baik. Ia percaya bahwa dengan bersatu, Mimika dapat menjadi daerah yang berdaya saing, sejahtera, dan berkelanjutan. “Maximus adalah kita” bukan hanya sekadar semboyan, tetapi sebuah ajakan bagi seluruh masyarakat Mimika untuk berkontribusi dalam pembangunan daerahnya.
ADVERTISEMENT
Tanggal 27 November 2024 akan menjadi hari yang sangat bersejarah bagi Kabupaten Mimika. Maximus Tipagau, putra terbaik asli Papua yang berangkat dari kehidupan yang penuh tantangan, kini berdiri di garis depan untuk membawa perubahan yang nyata bagi tanah kelahirannya. Mereka adalah cerminan dari keberanian dan ketangguhan masyarakat Papua, yang selama ini sering dianggap sebelah mata. Dengan segala keterbatasan yang pernah dialami, Maximus hadir sebagai simbol harapan dan kebangkitan.
Dengan semangat dan komitmen tersebut, Maximus menawarkan harapan baru bagi seluruh masyarakat Mimika. Harapan untuk bersatu, untuk bangkit bersama, dan untuk meraih kesejahteraan di atas tanah mereka sendiri. Karena Maximus adalah kita, dan kita adalah Papua.
Penulis bernama Zuhad Aji Firmantoro. Pengamat Hukum Tata Negara
ADVERTISEMENT