Konten dari Pengguna

TikTok dan Pelecehan Seksual di Era Digital

Zulfa Imaniyah
Mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
14 Desember 2024 12:40 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zulfa Imaniyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://www.freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
https://www.freepik.com
ADVERTISEMENT
Pelecehan seksual menjadi fenomena yang semakin mengkhawatirkan dengan munculnya kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh penyandang disabilitas. Hal ini menjadi perhatian karena penyandang disabilitas sering kali menghadapi stigma dan diskriminasi. Faktanya, pelecehan seksual dapat dilakukan oleh siapa saja dan terjadi dimana saja, bahkan di ruang digital seperti media sosial salah satunya TikTok.
ADVERTISEMENT
Anonimitas, akses tanpa batas, dan mudahnya akses di media sosial memberikan ruang bagi seseorang untuk menjadikan platform ini sebagai tempat terjadinya pelecehan seksual. Melalui artikel ini, kita akan membahas penyebab pelecehan seksual di aplikasi TikTok menurut Wijaya dan Rizki (Wijaya & Rizki, 2024).
1. Simbol dan Pemaknaan
Pengguna TikTok sering memberikan makna tersendiri dengan apa yang mereka lihat dan lakukan di platform ini, baik melalui konten, komentar, maupun interakti lain. Lalu pernahkah kalian merasa tidak nyaman dengan komentar atau emoji yang kalian terima di TikTok? Mungkin komentar tersebut awalnya terdengar seperti candaan, tetapi semakin dipikirkan, semakin terasa seperti melecehkan. Di TikTok, simbol seperti emoji atau komentar sering kali dianggap sepele, tetapi sebenarnya bisa menyimpan makna yang mengarah pada pelecehan seksual. Bayangkan, seseorang berkomentar “buka bajunya nanti dikasih gift” atau menggunakan emoji ambigu di live streaming kalian. Apakah hal seperti ini benar-benar layak dianggap hiburan, atau justru bentuk pelecehan terselubung? Hal ini menunjukkan bahwa simbol yang digunakan dalam konten digital dapat disalahartikan oleh individu lain dan dipahami secara negatif yang berujung pada pelecehan.
ADVERTISEMENT
2. Identitas dan Peran
Media sosial seperti TikTok memungkinkan pengguna untuk menyembunyikan identitas dengan akun anonim. Akun-akun tanpa identitas nyata sering menjadi “tameng” bagi pelaku untuk berkomentar seenaknya. Bayangkan, mereka bisa mengatakan apa saja tanpa takut ketahuan. Seberapa sering kalian menemukan akun seperti ini di kolom komentar dan bagaimana rasanya ketika komentar tersebut jelas-jelas tidak menghargai kalian? Akun anonim memang memberi kebebasan, tetapi di tangan yang salah, kebebasan ini bisa menjadi senjata untuk menyakiti orang lain karena mereka merasa tidak akan menerima konsekuensi atas tindakan yang dilakukan.
3. Stereotip terhadap Gender
Stereotip gender juga menjadi salah satu penyebab pelecehan seksual di TikTok. Apakah kalian pernah mendengar komentar seperti ini: “Ya wajar sih dia dilecehkan, lihat saja pakaiannya.” Pernyataan semacam ini sering muncul dan menjadi bukti bahwa stereotip gender masih sangat kuat di masyarakat kita. Di TikTok, perempuan yang mengenakan pakaian tertentu kerap dianggap “mengundang” pelecehan, padahal pakaian tersebut dipilih hanya karena nyaman atau sesuai selera. Bukankah setiap orang berhak berpakaian sesuai keinginannya tanpa takut dihakimi? Mengapa korban justru sering disalahkan, sementara pelaku merasa tindakannya dibenarkan oleh norma yang tidak masuk akal?
ADVERTISEMENT
4. Interaksi Sosial
Pernahkah kalian merasa ada orang yang berkomentar buruk hanya untuk menarik perhatian? Di TikTok, interaksi sosial memiliki jangkauan yang luas, dan beberapa orang memanfaatkan ini untuk mendapatkan reaksi. Komentar negatif atau pelecehan sering dilakukan untuk menciptakan “drama” atau membuat konten viral.
TikTok, seperti media sosial lainnya, memiliki potensi besar sebagai platform untuk berkarya dan berinteraksi. Namun, di balik kreativitas yang tak terbatas, tersembunyi tantangan serius berupa pelecehan seksual yang dapat menimpa siapa saja dan kapan saja. Sebagai pengguna media sosial, kita harus lebih waspada, kritis, dan peduli terhadap lingkungan digital yang sehat dan aman. Ingatlah, setiap tindakan dan komentar yang kita buat, sekecil apa pun, bisa berdampak besar pada orang lain. Sudah waktunya kita bertanggung jawab atas apa yang kita sampaikan, baik di dunia nyata maupun digital. Mari bersama membangun media sosial yang lebih ramah, hormat, dan bebas dari pelecehan seksual.
ADVERTISEMENT
Referensi:
Wijaya, S., & Rizki, S. (2024). Pelecehan Seksual Melalui Aplikasi Tiktok. Pelecehan Seksual Melalui Aplikasi Tiktok Jurnal Guiding World, 7(1), 105–114.