Airlangga Klaim Rupiah Lebih Kuat dari Ringgit dan Yuan, Berikut Datanya

16 April 2024 15:56 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto usai ratas membahas situasi terkini Iran-Israel, Selasa (16/4/2024) Foto: Nadia Riso/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto usai ratas membahas situasi terkini Iran-Israel, Selasa (16/4/2024) Foto: Nadia Riso/kumparan
ADVERTISEMENT
Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengeklaim nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) lebih perkasa ketimbang mata uang ringgit Malaysia dan yuan China.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah anjlok 327,5 poin atau 2,07 persen ke level Rp 16.175.
"Terkait dengan indeks rupiah, kita bandingkan dengan berbagai negara lain relatif tentunya kita sedikit lebih baik dari Malaysia dan juga China," kata Airlangga di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (16/4).
Lebih lanjut, Airlangga menjelaskan won Korea Selatan dan baht Thailand tercatat sedikit lebih baik dari mata uang rupiah. Sehingga menurunnya, mata uang rupiah masih lebih baik dari negara Asia lainnya, yang disebabkan karena kuatnya fundamental RI.
"Yang lebih baik dari kita salah satunya adalah Korea Selatan dan Thailand. Jadi kita tidak yang terdampak tinggi, tapi banyak negara yang terdampak dari kita. Karena fundamental ekonomi kita relatif baik," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Padahal, berdasarkan data di pasar spot mata uang garuda merupakan mata uang terlemah di antara negara-negara tersebut. Rupiah melemah 2,01 persen, won Korea melemah 0,77 persen, baht Thailand menguat 0,05 persen. Kemudian ringgit Malaysia melemah 0,34 persen, serta yuan China melemah 0,01 persen.
Sebelumnya, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Edi Susianto bilang anjloknya rupiah dipengaruhi oleh memanasnya konflik antara Iran dan Israel. Di sisi lain, Ia menyebut selama periode libur Lebaran terdapat perkembangan di global salah satunya rilis data fundamental US makin menunjukkan bahwa ekonomi US masih cukup kuat seperti data inflasi dan retail sales yang berada di atas ekspektasi pasar.
"(Rupiah melemah karena) memanasnya konflik di timur tengah khususnya konflik Iran-Israel," kata Edi kepada kumparan, Selasa (16/4).
ADVERTISEMENT
Edi menjelaskan, kedua sentimen global tersebut menyebabkan menguatnya potensi risk off atau perubahan dalam aktivitas investasi dalam merespons pola ekonomi global. Sehingga mata uang negara berkembang khususnya Asia mengalami pelemahan terhadap USD.
"DXY selama periode libur lebaran menguat sangat signifikan yaitu dari 104 menjadi di atas 106 (bahkan per pagi ini sudah mencapai angka 106,3). Selama libur Lebaran, Pasar NDF IDR di offshore juga sudah tembus di atas Rp 16.000, atau sudah di sekitar Rp 16.100, sehingga rupiah dibuka di sekitar angka tersebut," jelasnya.
Lebih lanjut, Edi menjelaskan BI akan melakukan tiga langkah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Pertama, menjaga keseimbangan supply dan demand valas di market melalui triple intervention khususnya di spot dan DNDF.
ADVERTISEMENT
Kedua, meningkatkan daya tarik aset rupiah untuk mendorong capital inflow. Misalnya melalui daya tarik SRBI dan hedging cost.
"Terakhir, kami akan melakukan koordinasi dan komunikasi dengan stakeholder terkait, seperti dengan pemerintah, Pertamina dan lainnya," pungkasnya.