Iran Serang Israel, Rupiah Diproyeksi Ambruk ke Rp 17.000 per Dolar AS

14 April 2024 14:38 WIB
·
waktu baca 3 menit
Teller Bank Mandiri menunjukkan uang pecahan Dolar AS dan Rupiah di Bank Mandiri KCP Jakarta DPR, Senin (7/1/2019). Kurs Rupiah terhadap Dolar AS menguat 1,3 persen menjadi Rp14.080.  Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
zoom-in-whitePerbesar
Teller Bank Mandiri menunjukkan uang pecahan Dolar AS dan Rupiah di Bank Mandiri KCP Jakarta DPR, Senin (7/1/2019). Kurs Rupiah terhadap Dolar AS menguat 1,3 persen menjadi Rp14.080. Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
ADVERTISEMENT
Ratusan pesawat nirawak alias drone diluncurkan Iran ke Israel pada Minggu (14/4). Memanasnya kondisi geopolitik tersebut tentu berdampak pada nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
ADVERTISEMENT
Direktur Center of Economics and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan, serangan tersebut memicu keluarnya aliran investasi asing dari negara berkembang karena meningkatnya risiko geopolitik. Rupiah bahkan diprediksi akan melemah ke Rp 17.000 per dolar AS jika ketegangan tersebut terus berlangsung.
Berdasarkan data Google Finance, nilai tukar rupiah mencapai Rp 16.117 per dolar AS hari ini, Minggu (14/4). Meskipun berdasarkan data Bloomberg dan juga Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, nilai tukar rupiah pada 5 April 2024 menguat ke angka Rp 15.848. Angka ini naik 44,5 poin atau 0,28 persen.
"Alhasil, investor akan mencari aset yang aman baik emas dan dolar AS, sehingga rupiah bisa saja melemah hingga Rp 17.000 per dolar," kata Bhima kepada kumparan, Minggu (14/4).
ADVERTISEMENT
Hal yang sama diungkapkan oleh Ekonom CORE Yusuf Rendy Manilet. Menurutnya, ketegangan antara Iran dan Israel bakal mempengaruhi nilai tukar mata uang di Indonesia. Sebab, investor akan mencari aset yang lebih aman.
"Tingkat volatilitas rupiah itu akan lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa bulan yang lalu dan kondisi depresiasi yang dialami oleh nilai tukar Rupiah berpeluang akan terjadi lebih lama," ungkapnya.
Rendy mengatakan, Bank Indonesia (BI) akan lebih aktif di pasar valas untuk melakukan melakukan intervensi nilai tukar rupiah. "Jika itu tidak dilakukan maka saya khawatir depresiasi akan terjadi lebih dalam lagi dibandingkan kondisi saat ini," katanya.
"Dalam kasus konflik langsung antara Iran dan Israel, situasinya bisa eskalasi lebih jauh, menyebabkan perang yang lebih luas di Timur Tengah dan berpotensi menjatuhkan ekonomi global ke dalam resesi," pungkas Yusuf.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya pada hari Sabtu, Israel memperingatkan bahwa Iran akan menanggung konsekuensi karena memilih untuk meningkatkan situasi lebih jauh.
Pemandangan panorama Kota Tua Yerusalem saat terbit fajar, setelah Iran melancarkan serangan drone dan rudal ke Israel, Minggu (14/4/2024). Foto: Ronaldo Schemidt/AFP
Sementara itu dikutip dari Reuters, Garda Revolusi Iran telah melancarkan serangan drone besar-besaran terhadap sasaran-sasaran di Israel.
Hubungan Iran dan Israel memanas sejak awal April. Itu disebabkan serangan ke kompleks kedutaan Iran di Damaskus yang menewaskan tujuh orang.
Iran yakin Israel sebagai dalang. Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei bahkan berjanji akan menghukum Israel atas tindakannya itu.
Sampai sekarang Israel belum mengaku bertanggung jawab atas serangan di Kedutaan Iran di Damaskus.
Sementara itu, media Iran, Tehran Times, mengungkapkan serangan Iran terhadap Israel terdiri dari tiga gelombang berturut-turut:
Gelombang pertama: Meluncurkan lusinan drone berpemandu menuju rezim pendudukan Israel.
ADVERTISEMENT
Gelombang kedua: Meluncurkan drone dan menyerang dari wilayah di Irak, Suriah, dan Lebanon untuk memecah sistem pertahanan Israel.
Gelombang ketiga: Peluncuran rudal balistik terpandu.
Kemlu Iran menegaskan, serangan ke Israel adalah upaya mempertahankan kedaulatan, integritas teritorial, dan kepentingannya, dengan memperhatikan prinsip-prinsip Piagam PBB.
Sumber militer Iran menyebutkan bahwa rudal dan drone yang ditembakkan semua menyasar ke area militer Israel.