1.500 Jasad Pejuang Hamas Ditemukan di Israel

10 Oktober 2023 14:08 WIB
·
waktu baca 2 menit
Warga Palestina memeriksa kehancuran di lingkungan yang rusak parah akibat serangan udara Israel di kamp pengungsi Shati Kota Gaza, Senin (9/10/2023). Foto: MAHMUD HAMS / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Warga Palestina memeriksa kehancuran di lingkungan yang rusak parah akibat serangan udara Israel di kamp pengungsi Shati Kota Gaza, Senin (9/10/2023). Foto: MAHMUD HAMS / AFP
ADVERTISEMENT
Sekitar 1.500 jasad milisi Hamas ditemukan di Israel dekat perbatasan Jalur Gaza. Penemuan terungkap saat serangan udara Israel terjadi sepanjang Senin (9/10) malam.
ADVERTISEMENT
"Setidaknya ada 1.500 jenazah (pejuang) Hamas ditemukan di sekitar Jalur Gaza," kata jubir militer Israel, Richard Hecht, seperti dikutip dari AFP, Selasa (10/10).
Dia menambahkan, aparat keamanan merebut kembali beberapa wilayah di sekitar perbatasan di Gaza.
"Sejak kemarin malam kami tahu sudah tidak ada lagi yang datang, tapi penyusupan masih bisa terjadi," jelas Hecht.
Ia juga menjelaskan tentara Israel hampir menyelesaikan evakuasi ke seluruh komunitas di sekitar perbatasan.
Sebanyak 35 batalion kini dikerahkan di sekitar perbatasan Israel dan Gaza.
"Kami membangun infrastruktur untuk operasi kami di masa depan," jelas dia.
Perang antara Israel dan Hamas pecah pada Sabtu (7/10) setelah Hamas melakukan serangan tak disangka-sangka ke wilayah selatan Israel. Serangan yang disebut telah mempermalukan Israel yang memiliki alutsista canggih ini menewaskan 900 warga negara Zionis itu.
ADVERTISEMENT
Merespons serangan Hamas, Israel meluncurkan serangan udara masif ke Gaza—wilayah pendudukan Israel yang diblokade tembok pembatas setinggi 6 meter. Akibatnya, 687 warga di Gaza tewas.

Akar Masalah Palestina vs Israel

Pemerintah Indonesia lewat Kemlu menjelaskan, akar konflik Palestina-Israel adalah pendudukan wilayah Palestina oleh Israel. Akar masalah ini harus diselesaikan sesuai parameter yang sudah disepakati PBB.
Indonesia dan sejumlah negara selama ini mendukung solusi dua negara (two state solution) untuk menyelesaikan konflik yang telah berlangsung sekitar 7 dekade ini. Namun, PM Netanyahu yang beraliran ultranasionalis enggan menerima solusi ini.